Chapter: BAB 8Malam ini kebetulan Mas Wira sedang berbaik hati mau mengajak Alfa dan Hafiz untuk ikut jalan bareng. Ia menepati janjinya waktu itu, mengajakku jalan ke Alun-alun Kidul Jogja. Aku tentunya duduk di kursi depan, mau tidak mau seperti itu biar Mas Wira nggak menunjukkan wajah masamnya. Alfa sudah santai-santai saja dengan Mas-nya, seakan tidak terjadi apa-apa. Memang anaknya terlalu santai. Ia duduk dengan tenang di kursi belakang. Hafiz memandangku sesekali, sepertinya dia memang masih menunggu jawabanku. Aku pun masih bingung hatiku ini untuk siapa. “Nanti kita makan gudeg, yuk.” Alfa akhirnya bersuara. Aku menggelengkan kepalaku. “Nggak mau ah. Fita maunya makanan yang pedas.”&n
Last Updated: 2021-05-21
Chapter: BAB 7Tanpa sengaja aku menabrak seseorang, lalu jatuh terpental ke bawah, orang yang tabrakan denganku malah nggak kenapa-napa. Masih berdiri dengan kokoh. Aku mendongak, ternyata aku menabrak Hafiz. Alfa langsung menghampiri dan membantu berdiri. “Ada yang luka nggak?” tanyanya panik. Aku menggeleng. Wajah Hafiz langsung berubah khawatir juga. “Maafin aku, Fita. Kamu nggakpapa kan?” tanya Hafiz sambil memegang wajahku. Alfa menepis tangan Hafiz. “Gimana sih? Kalau jalan pake mata dong, Fiz!” “Jalan pake kaki, kali.” debat Hafiz. Aduh, mulai deh pertemanan seperti Tom and Jerry muncul lagi. Entah apa yang membuat mereka bisa berteman, tapi selalu berantem. Pertemanan yang aneh
Last Updated: 2021-05-20
Chapter: BAB 6“Siap, Ndan.” ujar Alfa. Ia menutup telepon, lalu duduk di kursi taman. Aku menghampiri Alfa. “Nelpon siapa?” tanyaku sambil duduk di kursi sebelah Alfa. “Komandan.” jawab Alfa singkat. Tumben banget. “Mas Alfa polisi juga kayak Kak Hafiz?” Alfa memicingkan matanya. “Kok kamu tau si Hafiz itu polisi?” tanya Alfa curiga. Aku terkesiap. ‘Aduh, mampus! Masa aku jawab kalau aku emang udah ngestalk Kak Hafiz dari dulu’, gumamku dalam hati. “Em…. Nebak aja sih.” jawabku asal.&nb
Last Updated: 2021-05-19
Chapter: BAB 5Setelah sarapan pagi, Mas Wira langsung beranjak ke kamarnya. Aku menarik tangannya, menahan langkah Mas Wira. “Mas, kita ke museum cokelat yuk.” Baru saja Mas Wira membuka mulutnya untuk menjawab ajakanku. Papa Mas Wira tiba-tiba nyeletuk dari belakang kami. “Setujui aja maunya Fita, Mas. Sekalian kan jalan-jalan.” Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Tumben-tumbenan Papa Mas Wira bersuara, biasanya diem-diem bae kayak lagi sakit gigi. Ini lagi nggak berhalusinasi, kan? Mas Wira menatapku dengan tatapan pasrah. “Iya, Pa.” jawabnya singkat banget. Walaupun singkat, nggak bisa dipungkiri sih aku langsung tersenyum senang. Aku otomatis beryeay ria. “Hafiz i
Last Updated: 2021-05-18
Chapter: BAB 4Aku langsung berdiri kembali setelah terhuyung dan ditangkap oleh Mas Wira. Sebisa mungkin aku melemparkan senyum ke arah Hafiz. Aku menyambut uluran tangan Hafiz. “Fita.” Setelahku, Mas Wira juga berjabat tangan dengan Hafiz. “Wira.” “Jangan kelamaan mandangin Fita, Fiz. Dia ini calon istrinya Mas Wira.” Alfa memperingati Hafiz. “Ntar naksir.” “Ayo siap-siap ke masjid.” seru Papa Mas Wira tiba-tiba. Otomatis kami semua menoleh. Aku berpamitan untuk naik ke atas, lalu memutuskan untuk mandi. Tiba-tiba kamarku diketok. “Mbak Fita.” panggil Icha.
Last Updated: 2021-05-17
Chapter: BAB 3Setelah sholat subuh aku berinisiatif untuk turun, siapa tau bisa bantu-bantu Mama Mas Wira untuk masak atau apa pun. Saat aku turun dari tangga, Mas Wira, Alfa dan Papanya pulang dari masjid sepertinya. Mas Wira mengenakan sarung dan baju koko warna putih. Entah mengapa ia kelihatan makin manis jadinya. Aku melempar senyum ke arah Mas Wira, tapi dia justru memasang muka datar saja meresponku. Nyebelin banget! “Pagi Fita!” sapa Alfa dengan senyumnya yang lebar. Aku kaget melihat tingkah Alfa yang tak terduga. “Pagi juga.” “Mau kemana nih?” tanyanya sambil mendekatiku. 
Last Updated: 2021-05-13