Ben benar-benar menyukaiku. Begitu tahu aku daftar kuliah, dia juga langsung daftar di kota yang sama denganku.Setelah tak ada anak buah di sekitarnya, sorot matanya tak lagi searogan dulu, malah terlihat lebih lugu.Tingkahnya masih sangat santai, "Teman sebangkumu ini sudah mengejarmu begitu lama, kasih kesempatan dong.""Boleh."Dia kira salah dengar, jadi memastikan lagi, "Apa kamu bilang? Coba ulangi lagi.""Aku bilang boleh, aku kasih kamu kesempatan."Dia malah langsung malu, telinganya merah, senyuman juga langsung terukir di wajahnya, "Benaran, sayang?"Kata ibunya Tyra, semakin cantik seorang perempuan, semakin jago dia bohong. Tapi sepertinya, pria cakep juga sama saja lihainya.Sama saja seperti ayahnya.Gara-gara pria brengsek itu, sekarang aku sudah bukan lagi perempuan yang gampang malu-malu. Tapi, Ben masih polos sekali, jadi aku juga harus berpura-pura. Aku pura-pura malu-malu, "Kamu apain? Ada banyak orang di sini."Dia seperti anjing besar yang berbulu, menjawabku,
Baca selengkapnya