Home / Fantasi / Lintas Takdir dan Kutukan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Lintas Takdir dan Kutukan: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Jejak di Tanah Terlupakan

Bab 31: Jejak di Tanah TerlupakanFajar menyingsing perlahan, memercikkan warna keemasan di atas kanopi hutan. Ananta melangkah dengan pelan, tubuhnya masih terasa berat setelah pertarungannya dengan bayangan misterius malam sebelumnya. Rasa dingin embun pagi menembus pakaiannya yang robek, tetapi ia tetap melangkah maju, terpaku pada tujuan yang ia sendiri belum sepenuhnya pahami.Di hadapannya, jalan setapak mulai tampak. Jalur itu terlihat tua, hampir tertutup oleh akar-akar pohon yang menjalar dan tumbuh liar. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Ananta—bekas tapak kaki. Jejak itu terlalu baru untuk diabaikan.“Apakah ada orang lain yang melewati daerah ini?” gumamnya pelan.Ia berlutut, memeriksa jejak itu dengan cermat. Sepintas, jejak itu tampak seperti milik manusia, tetapi ukurannya terlalu besar dan bentuknya tidak sepenuhnya wajar. Jejak itu memancarkan aura aneh yang membuat bulu kuduknya meremang.“Ini bukan manusia biasa,” pikirnya sambil mengencangkan pegangan pada
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Pertempuran Cahaya dan Kegelapan

Bab 32: Pertempuran Cahaya dan KegelapanLangit di atas danau perlahan berubah menjadi gelap, seolah-olah dunia turut merespons intensitas pertarungan yang akan segera terjadi. Makhluk penjaga terakhir melayang dengan anggun, sayapnya yang kontras—satu bercahaya, satu gelap pekat—menciptakan aura yang sulit dipahami. Ananta berdiri tegak, Pedang Cahaya di tangannya menyala dengan terang, sementara Kirana berada beberapa langkah di belakangnya, bersiap dengan busur dan anak panah yang diarahkan.“Tidak perlu ini berakhir dengan kekerasan!” seru Ananta, mencoba meredakan ketegangan.Makhluk itu tidak menjawab, tetapi mata ungunya menyala lebih terang. Dalam sekejap, ia mengangkat tangannya, menciptakan lingkaran energi bercahaya yang memancarkan panas yang menyesakkan. Energi itu lalu meluncur ke arah Ananta seperti meteor kecil.“Lindungi dirimu, Kirana!” teriak Ananta sambil melompat ke depan.
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Kegelapan di Ambang Kehancuran

Bab 33: Kegelapan di Ambang KehancuranLedakan energi yang tercipta dari pertemuan cahaya dan kegelapan mengguncang seluruh tanah di sekitar mereka. Langit yang sebelumnya hanya mendung kini dipenuhi oleh kilatan cahaya dan awan gelap yang berputar, seperti pertanda pertempuran kosmik yang terjadi di bumi. Kirana, yang tergeletak tak jauh dari sana, membuka matanya perlahan. Sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, tetapi ia tetap memaksakan diri untuk berdiri.“Ananta...” gumamnya dengan suara parau, matanya tertuju pada sosok yang kini diselimuti cahaya terang di tengah pusaran energi.Di pusat pertarungan, Ananta dan Amarta berdiri berhadapan. Tubuh Ananta kini bersinar terang, auranya semakin kuat setiap detik. Di sisi lain, Amarta tampak berjuang melawan kegelapan yang terus menariknya lebih dalam. Kekuatan mereka saling bertolak belakang, tetapi tak ada yang tampak unggul.Pusaran Cahaya dan KegelapanAmarta menggertakkan gigin
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Pintu Kegelapan Terbuka

Bab 34: Pintu Kegelapan TerbukaSuara mengerikan yang bergema dari simbol di tengah kawah membuat udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Ananta dan Kirana berdiri terpaku, tubuh mereka dipenuhi keringat meskipun angin dingin terus berhembus. Simbol merah itu perlahan-lahan memancarkan cahaya, dan dari dalamnya, muncul kabut hitam pekat yang bergerak seperti makhluk hidup, merayap di tanah dan menguasai ruang.“Kita harus pergi dari sini!” Kirana menarik lengan Ananta, suaranya terdengar panik.Ananta menatap simbol itu dengan ekspresi penuh kewaspadaan. “Tidak. Jika kita meninggalkan ini sekarang, kita mungkin tidak akan pernah bisa menghentikannya.”“Tapi kita bahkan tidak tahu apa ini!” balas Kirana dengan nada frustrasi.“Kita harus tahu. Kalau tidak, semuanya akan sia-sia,” jawab Ananta tegas.Sebelum Kirana bisa membalas, kabut hitam mulai berkumpul di atas simbol,
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Cahaya di Ujung Kehilangan

Bab 35: Cahaya di Ujung KehilanganAngin lembut membawa aroma tanah yang basah setelah pertempuran besar. Langit kembali cerah, dengan matahari yang perlahan muncul dari balik awan. Namun, bagi Kirana, keindahan ini terasa hambar. Tubuh Ananta terbaring kaku di depannya, tak bergerak. Darah mengalir perlahan dari luka-lukanya, menyatu dengan debu dan abu di tanah.“Ananta…” Kirana berbisik lirih, menggenggam tangan pemuda itu erat-erat. Ia mengguncang tubuh Ananta, berharap ada tanda kehidupan, tetapi tidak ada respons. Air matanya mengalir tanpa henti, jatuh ke tanah yang kini terasa terlalu sunyi.“Tidak seperti ini. Tidak seharusnya berakhir seperti ini,” pikir Kirana.Namun, saat harapan hampir sirna, cahaya lembut mulai menyelimuti tubuh Ananta. Cahaya itu bukan berasal dari Pedang Cahaya yang kini redup, melainkan dari dalam dirinya sendiri. Kirana mengangkat kepala, matanya penuh keheranan.
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bayangan di Lorong Gelap

Bab 36: Bayangan di Lorong GelapLorong yang mereka masuki terasa seperti perangkap tanpa ujung. Langkah Ananta dan Kirana bergema di antara dinding batu yang dingin dan lembap. Cahaya dari Pedang Cahaya Ananta menjadi satu-satunya penerang, memantulkan sinar lembut yang sesekali membentuk bayangan aneh di dinding.“Apakah kau merasa sesuatu mengawasi kita?” tanya Kirana dengan suara bergetar. Ia menggenggam erat busurnya, matanya mengawasi setiap sudut lorong.Ananta mengangguk tanpa menjawab. Ada aura mencekam yang memenuhi lorong ini, seperti nafas dingin yang mengintai setiap langkah mereka.“Berhati-hatilah,” Ananta berbisik. “Tempat ini bukan hanya lorong biasa. Ini seperti hidup… dan menunggu kita membuat kesalahan.”Kirana menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. Tetapi bayangan yang bergerak di sudut matanya membuat rasa takutnya semakin nyata.Serangan dari Kegelapan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Ujian di Perbatasan Kegelapan

Bab 37: Ujian di Perbatasan KegelapanLorong itu semakin sunyi, seakan menunggu Ananta melangkah lebih jauh. Setiap langkahnya terasa berat, bukan hanya karena kelelahan fisik, tetapi juga karena tekanan mental yang terus menghantamnya. Cahaya dari Pedang Cahaya yang ia pegang tetap menyala terang, tetapi sinarnya terasa redup dibandingkan kegelapan pekat di sekitarnya."Aku harus menemukan Kirana," gumamnya pelan, lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri daripada sekadar berbicara.Namun, sesuatu yang tidak ia duga terjadi. Suara langkah kakinya, yang biasanya bergema di dinding batu, tiba-tiba menghilang. Ananta berhenti, memandangi sekeliling. Lorong itu kini seperti ruang tanpa ujung dan batas, seperti ia berjalan di kehampaan.“Di mana aku?” pikirnya.Tiba-tiba, suara gemuruh keras terdengar dari kejauhan, mengguncang tanah di bawah kakinya. Ananta bersiap, menggenggam pedangnya lebih erat. Suara itu semakin mendekat, s
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Ujian Sang Penjaga Keseimbangan

Bab 38: Ujian Sang Penjaga KeseimbanganRuangan besar itu berubah drastis. Dindingnya yang semula gelap mulai bersinar dengan pola bercahaya yang rumit. Langit-langitnya tampak tak berujung, dan lantainya kini seperti cermin, memantulkan setiap gerakan Ananta dan Kirana. Di tengah ruang itu berdiri penjaga keseimbangan, makhluk besar dengan tubuh seperti asap berkilauan, bagian cahaya dan kegelapan yang terus bergerak dalam harmoni.“Kalian telah melangkah terlalu jauh,” ujar makhluk itu, suaranya bergema, “tetapi layakkah kalian melangkah lebih jauh?”Kirana menggenggam simbol yang ia bawa, merasakan energi hangat tetapi berat di tangannya. “Jika kau ingin menguji kami, lakukanlah. Kami tidak akan mundur,” katanya dengan suara penuh keyakinan.Ananta mengangkat Pedang Cahaya di tangannya, bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. “Kami tidak mencari keseimbangan ini untuk diri kami sendir
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Jejak Takdir di Balik Portal

Bab 39: Jejak Takdir di Balik PortalPortal berkilauan itu menghisap Ananta dan Kirana ke dalam pusaran energi yang tak terlukiskan. Dunia seolah membalikkan dirinya sendiri. Mereka merasa melayang di ruang tanpa gravitasi, dikelilingi oleh warna-warna yang terus berubah. Telinga mereka berdengung, dan tubuh mereka terasa ringan, seakan-akan mereka kehilangan wujud fisik.Namun, tiba-tiba, semuanya berakhir dengan keras. Mereka terjatuh di atas lantai batu yang dingin dan kasar. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh obor-obor kecil di sepanjang dinding.Kirana mengerang pelan sambil bangkit, meraba lengan kirinya yang terasa nyeri. “Di mana kita sekarang?”Ananta berdiri perlahan, matanya memandang sekeliling dengan waspada. “Entah. Tapi kurasa ini adalah bagian dari ujian itu.”Ruangan itu seperti koridor panjang yang menuju ke sebuah pintu besar di ujungnya. Dinding-dindingnya dihiasi ukiran-ukiran an
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Di Balik Gerbang Takdir

Bab 40: Di Balik Gerbang TakdirSaat gerbang besar itu terbuka, kilauan cahaya menyelimuti Ananta dan Kirana. Angin lembut menerpa wajah mereka, membawa aroma tanah basah dan bunga liar. Di balik gerbang itu, mereka menemukan dunia yang berbeda—sebuah padang hijau yang luas, dihiasi oleh danau berkilauan di kejauhan, dan pegunungan menjulang tinggi di cakrawala.“Aku tidak menyangka ujian ini membawa kita ke tempat seperti ini,” kata Kirana, mengamati sekeliling dengan hati-hati.Ananta mengangguk. “Jangan tertipu oleh keindahannya. Sesuatu di sini pasti menyimpan bahaya.”Langkah kaki mereka melintasi padang rumput, dan mereka mulai menyadari bahwa tempat ini terasa terlalu sepi. Tidak ada suara burung, tidak ada tanda-tanda kehidupan lain. Hanya angin yang berhembus lembut, menciptakan suasana yang aneh.Di tengah perjalanan, suara samar mulai terdengar—seperti gemerincing logam dan bisikan angin
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status