Home / Fiksi Remaja / Ratu Indigo VS Bad Boy / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ratu Indigo VS Bad Boy: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Bab 71. Terpeleset Fakta

Di lorong perpustakaan yang sepi, Amira disudutkan oleh Raga. Cowok itu terus melangkah mendekat sampai punggung Amira menabrak rak buku di belakangnya. “Menurut lo, gue gimana?” Tanya Raga, tanpa berkedip. Amira memalingkan wajah. Dia bingung, apa sekarang dia harusnya lari saja? Atau lebih baik jawab? “Kenapa enggak jawab?” Desak Raga. Amira jadi kehilangan kesempatan. Saat ini, Raga sudah kepalang memegang tangannya. Dia tidak bisa melarikan diri. “Lo itu ….” Amira berusaha memikirkan jawaban, tapi tidak ada satupun kata yang terlintas. Tak sabar menunggu, Raga menarik Amira mendekat. Dia membuat jarak wajah mereka hanya terpaut beberapa inchi. “Lo ganteng,” cicit Amira, hampir tanpa suara. Sumpah, Amira malu setengah mati. Namun, tidak ada hal lain yang bisa dia pikirkan sekarang. “Lo juga cantik,” balas Raga sambil mengulum senyum. Senyum Raga membuat Amira salah tingkah. Perut Amira terasa geli, seolah ada ribuan kupu-kupu menggelitik di dalamnya. Mata Amira beruba
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 72. Bukan Salah Paham

Pada jam istirahat, di tengah keramaian kantin Laveire, Amira bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Debarannya menggila, membuat dia merasa jika semua orang mungkin bisa mendengarnya. “Ha … hahaha ….” Amira tertawa canggung. Habis mau bagaimana lagi? Dia tidak tahu cara merespon ucapan Raga yang mengatakan jika cowok itu akan memasak untuknya setiap hari. Ini ajakan nikah atau apa? “Lo pasti suka banget masak,” ucap Amira sambil menyendok makanan ke mulutnya cepat-cepat. Amira rela melakukan apapun, agar Raga berhenti menatapnya. Sekarang, dia merasa ingin salto karena saking bingungnya. “Emang,” jawab Raga tenang. Raga masih terus menatap Amira tanpa menoleh sama sekali. Sengaja, Raga ingin membuat Amira lebih salah tingkah lagi. “Gue suka banget masak, apalagi masak buat orang yang gue suka.” Tak. Sendok yang Amira pegang, jatuh begitu saja. Dia tidak bisa bergerak, sama sekali. Bahkan Amira hampir lupa caranya bernapas. “Uhuk!” Amira terbatuk. “Uhuk! Uhuk!” Semak
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 73. Terseret Rasa

Raga menggeleng pelan. Dia tak ingin menyentuh makanannya lagi. Amira telah membuatnya kehilangan selera, membuat perasannya berantakan. “Ck!” Raga mengeluh dengan decakan. Sungguh, Raga masih tak habis pikir. Bagaimana bisa Amira yang berniat menolaknya, tapi tetap mengatakan Raga sebagai orang spesial yang paling dipercaya? Apa Amira sedang mempermainkannya? “Jadi, Kakak mau bicara apa?” Pertanyaan Amira menyadarkan Raga dari lamunan. Raga memandang Amira yang kini nampak penasaran. Sepertinya Amira sudah tidak sabar, ingin tahu apa yang hendak dikatakan oleh Febby. “Itu … sebenarnya … gue cuma mau tau apa yang lo omongin sama Pak Reynald.” Febby terlihat canggung saat bicara. Tangannya bergerak gelisah, seperti takut mendengar jawaban dari Amira. “Gue enggak ngomongin apa-apa sama Pak Reynald, Kak.” Amira sengaja menutupi kesepakatan yang dia buat dengan Reynald, tapi Raga menegurnya. “Ngomong aja yang jujur.” Raga memberikan saran yang sama sekali tidak Am
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 74. Main Bareng

Amira mengernyit melihat Raga yang menggeleng. Sebenarnya dia tidak tahu apa yang Raga inginkan, Amira hanya menebaknya saja. “Ya udah, kita balik aja ke kelas, yuk,” ajak Amira. Raga tidak suka pembicaraan basa-basi dengan orang lain, jadi cowok itu pasti tidak akan keberatan untuk kembali ke kelas. Apalagi bel akan berbunyi, Amira juga tak berniat untuk ketinggalan kelas. “Tapi minum gue belum habis,” keluh Michelle. Michelle kelabakan saat Amira beranjak dari kursi. Jusnya belum selesai. Padahal, Michelle sengaja hanya memesan minuman. Dia yakin tidak akan sempat kalau makan. Namun, bahkan jus saja tak bisa dia habiskan. “Enggak apa, sambil jalan aja,” ajak Febby sambil menggandeng lengan Michelle. “Punya gue juga belum habis.” Michelle akhirnya mengangguk. Dia menerima tawaran Febby. Mereka berjalan di belakang Raga dan Amira yang sudah lebih dulu beranjak. Di belakang mereka, ada Reynald yang menyusul. “Nanti pulang, mau bareng?” Tanya Michelle pada Amira. Amira tidak
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 75. Ego dan Perasaan

Raga sudah bersabar. Dia mengalah dengan membiarkan ketiga perempuan itu untuk menumpang dalam mobilnya. Namun, kemurahan hatinya ternyata masih belum cukup.“Lo duduk di depan, dong! Biar kita bisa duduk bertiga di belakang,” ucap Michelle pada Raga.Michelle sepertinya sudah kehilangan akal karena terbawa suasana. Dia begitu senang karena bisa hangout dengan teman-temannya. “Ini mobil gue! Kenapa lo yang ngatur?” Bentak Raga keras.Saat itu juga, Michelle langsung menutup mulut. Dia mengutuk dirinya sendiri karena sempat lupa jika Raga galaknya melebihi singa. “So-sorry,” ucap Michelle dalam suara panik dan ketakutan.Amira sampai turun tangan menengahi. Dia menarik Raga mundur, lalu menenangkan cowok itu. “Santai aja, kali. Michelle cuma mau elo enggak canggung di antara cewek-cewek,” imbuh Amira.Memang benar. Raga juga pasti tidak akan nyaman jika mereka duduk berempat di satu baris kursi. “I-iya ….” Sambung Michelle, tergagap. “Gue enggak bermaksud kurang ajar. Maafin gue ….
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 76. Rasa yang Sulit

Febby dan Michelle berjalan bersisian, menjauh dari Raga. Michelle seperti mengalami trauma permanen karena disemprot Raga. Di dalam mall yang baru mereka masuki ini, keduanya memimpin jalan. Mereka membiarkan Amira dan Raga melangkah di belakang, diiringi Alex. “Coba gue cek,” ucap Amira sambil mengulurkan tangan.Meski Raga mengomel atau mengamuk, cowok itu tetap menurut saat Amira meminta tangannya. “Aman,” jawab Amira kemudian. Sempat Amira khawatir jika Raga akan menjadi incaran di tempat publik seperti ini. Namun, karena mall yang dipilih Febby adalah sebuah mall kelas atas, sepertinya Amira bisa sedikit tenang. “Mau liat sepatu, enggak?” Ajakan Febby memecah keheningan mereka. Salah satu tangan Febby menunjuk ke sebuah tenant sepatu yang tampak mewah dari luar. Bukannya Febby sengaja memilih toko yang mahal, tapi memang semua toko yang ada di dalam mall ini begitu adanya.“Mau,” sahut Michel sambil menggandeng tangan Febby. Saat Febby dan Michelle berjalan di depannya, A
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 77. Termakan Pamrih

“Kayaknya lo seneng banget dapat sepatu,” sindir Raga saat mereka sudah kembali ke dalam mobil.Acara jalan-jalan sudah selesai. Febby dan Michelle diantarkan pulang oleh Reynald karena searah. Sementara Amira, tetap bersama Raga seperti biasa. “Ya enggak nyangka aja dapat gratisan,” sahut Amira tenang. Tangan Amira meletakkan kembali kantong belanja yang sebelum ini dia belai. Amira kemudian memilih untuk memandang keluar jendela saja. Firasatnya mengatakan jika Raga akan mencari masalah setelah ini.“Kalo gratisannya dari gue, kenapa lo enggak pernah mau terima?”Amira menghela. Benar kan, dugaannya? “Karena gue tau, Pak Reynald enggak punya maksud lain,” jawab Amira.Memangnya siapa orang yang tidak suka diberikan hadiah? Namun, kalau hadiah itu diberikan dengan mengharapkan balasan, maka Amira tidak bisa. “Kalau gue bilang gue enggak punya maksud lain, gimana? Gue beneran cuma mau ngasih lo,” kilah Raga.Benarkah Amira tidak bisa melihat ketulusan Raga selama ini? Padahal Raga
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 78. Langkah yang Terpisah

Hari masih pagi, tapi suasana hati Raga sudah berantakan. Tidak juga membaik setelah semalam dia mengamuk. “Tuan, kita sudah sampai.” Alex memberikan informasi pada Raga. Raga melihat sepintas ke arah luar jendela. Dari dalam mobilnya, dia mendapati Amira yang sedang berjalan di kejauhan. Seperti biasa, Amira datang tepat waktu. “Silakan masuk, Nona Amira,” sapa Alex ramah. Tidak biasanya Alex mewakili Raga bicara. Keanehan itu membuat Amira memicing curiga pada Raga. “Pagi,” sapa Amira canggung. Setelah sibuk dengan konflik batin, Amira memilih untuk menyapa Raga duluan. Meski cowok itu tampak cuek dan tak menoleh padanya, Amira berusaha. “Pagi.” Jawaban singkat Raga membuat Amira mengernyit heran. Raga sangat berbeda hari ini. Tak ada lagi Raga yang penuh semangat menyambut Amira. Tak ada pula tarikan memaksa minta pengecekan setiap saat. Saat ini, Raga benar-benar bersikap tidak peduli. “Lo … enggak apa-apa?” Keanehan Raga membuat Amira ingin memastikan jika cowok i
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 79. Evan dan Raga

Evan, salah satu cowok paling populer di Laveire, dengan wajah tampan dan statusnya sebagai anak pemilik hotel bintang lima paling mewah di kota. Evan, tertarik pada Amira. Nama Amira membuat Evan penasaran. Selalu ada berita tentang Amira yang membuat Evan gerah. Amira yang dekat dengan pewaris Exscales. Amira yang melawan pembullyan Michelle. Amira yang punya backingan guru. Amira yang bersahabat dengan kakak kelas. Kenapa selalu Amira? “Gue kelas XI-B,” ucap Evan, dengan tangan yang masih terulur menunggu balasan Amira. “Boleh kan kita kenalan?” Pertanyaan Evan sukses membuat lorong sekolah ramai. Amira menatap Evan curiga. Dia penasaran tentang apa yang membuat Evan menghampirinya. “Boleh,” jawab Amira, membalas uluran tangan Evan. Dalam sekejap, Amira bisa melihat apa yang terjadi di masa depan. Cowok di hadapannya ini akan– “Aw!” Amira memekik keras, merasakan sakit yang tiba-tiba di tangannya. Pandangan Amira tertuju pada orang yang menarik tangannya, Raga. “Siapa l
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 80. Game of Hearts

Setelah keributan di lorong Laveire terurai, Amira benar-benar mengajak Michelle, Febby, dan Raga masuk ke dalam kantin. Mereka makan di sana, sambil berbincang sebentar sampai waktu istirahat habis. Michelle sudah kembali ke kelasnya, begitu juga Febby. Tersisa Amira dan Raga yang melangkah pelan menuju kelas mereka, XI-A. “Lo liat apa tadi?” Tanya Raga sesampainya mereka di kursi masing-masing. Raga yakin sejuta persen jika Amira melihat masa depan lewat Evan. Mereka kan berjabat tangan tadi. “Cowok gila. Dia mau ngejebak gue,” jawab Amira sinis. Seketika, Amira menoleh ke arah Raga. Dia memasang wajah terkejut, membuat Raga bingung. “Kenapa?” Tanya Raga sambil memegang wajahnya sendiri. Apa ada yang aneh di wajah Raga sampai Amira melotot begitu padanya? “Lo udah mau ngomong sama gue lagi?” Ternyata hal itu yang dipertanyakan Amira. Memang, Raga sempat mengabaikan Amira sebelum ini. Dia irit bicara dan hanya menjawab jika ditanya. Tidak seantusias biasanya. “Udah e
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status