Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 501 - Chapter 510

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 501 - Chapter 510

528 Chapters

Bab 501 – TA S2 - Ingin Diet

Suara dering ponsel terdengar, Marsha yang tengah tertidur lelap harus terbangun karena dering ponsel itu tak kunjung berhenti. Perlahan Marsha mulai membuka matanya, dia mengerjap beberapa kali. Ketika Marsha membuka matanya, dia mengalihkan pandangannya ke samping, menoleh sudah tidak ada William di sampingnya. Namun, seketika Marsha mendengar suara gemericik air dalam dari kamar mandi. Kini Marsha yakin, sang suami yang tengah mandi.Dering ponsel tak kunjung berhenting, Marsha langsung mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, lalu menatap kelayar tertera nomor Frans yang menghubunginya. Tanpa menuggu lama, Marsha menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Frans?" jawab Marsha saat panggialn terhubung, dengan suara serak khas baru bangun tidur."Marsha, apa kau mengganggumu? Kau sudah di Milan, kan?" ujar Frans dari seberang line."Iya, aku sudah di Milan. Ada apa, Frans?" "Mommyy......" Marsha terkejut, saat mendengar
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 502 – TA S2 - Pesta Dansa

Marsha mematut cermin, dia memoles wajahnya dengan bold make up. Tidak lupa dia pun memakai lipstik merah, menyempurna penampilannya. Malam ini, Marsha memilih untuk menggulung rambutnya, membiarkan leher jenjang dan putih mulusnya terlihat begitu indah. Gaun off-shoulder perak yang dia kenakan benar-benar begitu mewah. Pantas saja, Alana adalah designer khusus Ibu mertuanya, karena Marsha sungguh puas dengan gaun yang dipilihkan Alana. William yang tengah mengancingkan kemejanya, dia menatap sangat istri dengan tatapan kagum. Kemudian, dia melangkah mendekat, lalu mengedup bahu istrinya. "Kau sangat cantik," bisiknya dengan nada rendah. "Aku rasa kita tidak perlu datang ke pesta pernikahan Antonio dan Orina. Aku ingin mengurungmu di sini, sayang." Marsha mendengus, dia membalikan tubuhnya lalu menatap sang suami. "Kau ini bicara apa, jangan bicara yang tidak-tidak," ucapnya sambil mengambil alih mengancingkan kemeja William. "William," panggil Marsha yang kini menatap wajah suamin
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 503 – TA S2 - Mengantar Renata

Malam semakin larut, William dan Marsha memutuskan untuk segera pulang dari acara pernikahan Antonio dan Orina. Kini William dan Marsha melangkah menuju lobby, bersama dengan Renata yang berdiri di samping Marsha. Wanita berambut hitam itu pun memilih untuk segera pulang. "Renata, kau tinggal di hotel apa?" tanya Marsha sambil menatap Renata."Four Seasons Hotel, Marsha," jawab Renata. Marsha mengangguk. "Sejak tadi kau belum dijemput, apa kau mau pulang bersama denganku dan William?" "Tapi aku tidak mau mereporkanmu dan suamimu, Marsha," tukas Renata yang merasa tidak enak. Tatapan Marsha kini teralih pada William yang berdiri di sampingnya. "William, kita tidak apa-apa, kan pulang bersama Renata?" "Ya," jawab William singkat dengan menunjukan wajah datar. Marsha tersenyum, lalu dia melihat ke arah Renata seraya berkata, "Renata, lebih baik kau pulang saja bersama denganku. Bagaimana?" Renata mengangguk pelan. "Terima kasih, Marsha." Kini William dan Marsha masuk ke dalam mob
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 504 – TA S2 - Marsha Sakit

Suara kicauan burung menyapa di pagi hari. Perlahan Marsha yang tengah tertidur pulas, mulai membuka matanya, menggeliat, dan mengerjap beberapa kali. Saat mata Marsha sudah terbuka, Marsha langsung membawa tanganya meraba ke sampingnya, seketika dia sedikit terkejut ketika ranjang sudah kosong. Marsha mendengus, tidak mungkin William sudah berangkat. Kemudian tatapan Marsha teralih ke atas nakas, namun dia tidak menemukan satupun notes yang tergeletak di atas nakas. Ya, itu artinya sang suami belum berangkat ke kantor. "William di mana?" gumam Marsha seraya mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamarnya. "Sudahlah, aku mandi saja..." Marsha beranjak dari ranjang, dia langsung berjalan menuju kamar mandi. Tidak lama kemudian, setelah Marsha mandi dan mengganti bajunya, tapi suaminya itu masih belum juga kembali ke kamar. Marsha langsung mengambil ponselnya, dan segera menghubungi William. Marsha berdecak kesal, saat nomor telepon William sedang sibuk. Kali ini dia yakin, William
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 505 – TA S2 - Renata Johnson?

William melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menelusuri Kota Milan menuju Miler Group. Ya, hari ini William harus menggantikan sang kakek dalam meeting. Mengingat Ansell Miller, kakeknya kini berada di Roma. Sebenarnya, William begitu enggan meninggalkan istrinya, tapi disisi lain, dia tidak mungkin mengabaikan tanggung jawab perusahaannya. Beruntung, istrinya mau memahami kondisi ini.Kini mobil yang membawa William telah tiba di Miller Group. William langsung turun dari mobil, lalu memberikan kunci mobilnya pada security untuk memarkirkannya. Kemudian, dia melangkah masuk ke dalam lobby perusahaan. Para karyawan yang berada di area lobby, langsung menundukann kepala serta menyapa William. Sedangkan William hanya membalas dengan anggukan singkat di kepalanya, dan terus meneruskan langkah masuk ke dalam lift pribadinya. TingPintu lift terbuka, William melagkah keluar pintu lift dan segera menuju ruang meeting. Namun, tepat di saat William hendak melangkah menuju ruang meeting
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 506 – TA S2 - Permintaan Renata

William berdiri di depan Ruang Unit Gawat Darurat. Di sampinnya ada Malvia, yang menemani dirinya. Dia hendak meninggalkan rumah sakit, dan membiarkan Malvia yang mengurus semuanya. Namun, dia mengurungkan niatnya, kala melihat sang dokter begitu panik menangani Renata. William menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan yang melipat dada. Seketika, William teringat sesuatu, dirinya belum menghubungi istrinya. Dengan cepat William mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan hendak menghubungi istrinya itu. "Damn it!" William mengumpat, saat ponselnya ternyata kehabisan baterai. Tadi pagi, dia terlalu fokus mengurus sang istri yang sakit, itu yang membuatnya lupa mengisi daya baterai ponselnya. William membuang napas kasar, dia langsung melihat ke ara Malvia. "Kau ke mobilku, isi daya ponselku." William menyerahkan ponsel dan kunci mobilnya pada Malvia"Baik, Tuan..." Malvia mengambil ponsel dan kunci mobil yang diberikan William, lalu dia pamit undur diri dari hadapan Willia
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 507 – TA S2 - Kenapa Kau Pulang Terlambat?

Suara dering ponsel terdengar, Marsha yang tengah tertidur pulas, dia harus membuka matanya kala dering ponselnya tak kunjung berhenti. Ketika Marsha sudah membuka matanya, dia langsung mengambil ponselnya—menatap ke layar, tertera nomor Clara, Ibunya yang tengah menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Marsha langsung menggeser tombol hijau, untuk menerima panggilam, sebelum kemudian meletakan ketelinganya. "Ya, Ma?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, apa MAma mengganggumu?" tanya Clara dari seberang line. "Tidak, Ma. Ada apa, Ma?" "Begini, besok Mama akan membawa Sean menginap di rumah Mama dan Papa. Mama hanya ingin memberitahumu saja." Marsha tersenyum. "Iya, Ma. Aku yakin Sean pasti akan senang menginap di rumah Mama.." "Tapi Veronica tadi mempersulit Mama. Tadi dia tidak memberiarkan Mama membawa Sean. Mertuamu itu keterlaluan. Sering sekali tidak mau berbagi Sean. Padahal Sean, kan juga cucu Mama.." Clara menggerutu dari seberang line. Marsha terkekeh geli
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 508 – TA S2 - Marsha Pingsan

Marsha mematut cermin, memoles wajahnya degan make up tipis. Kini tubuh Marsha telah terbalut oleh mini dress berwarna mustard tali spaghetti dan dipadukan oleh leather jacket. Ya, pagi ini, Marsha akan bersam sang suami menuju Galleria Vittorio Emanuele II. Marsha tentu antusias ke mall yang terkenal di Milan. Kali ini, dia akan berbelanja sepuasnya. Dia akan membelikan banyak oleh-oleh untuk keluarganya yang ada di Toronto. "Sayang, kau ingin kita sarapan di sini atau di luar?" William melangkah masuk ke dalam kamar, dia mengecup kening istrinya, lalu duduk di sofa seraya menyesap kopi yang baru saja diantar oleh pelayan. "Di sini saja, aku sudah lapar sekarang." Marsha pun duduk di samping William, dia mengambil sandwich tuna dan langsung menikmatinya. "William, kau sunggu akan menemaniku satu harian penuh? Kau tidak akan ke kantormu, kan?" tanyanya memastikan. Pasalnya, Marsha tidak ingin kecewa, ketika dia tengah berbelanja, sang suami mengatakan harus kembali ke kantor."Tidak
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 509 – TA S2 - Hamil?

William berdiri di depan ruang unit gawat darutat, dia terus mengumpat sudah sejak tadi dokter memeriksa keadaan sang istri tapi belum juga selesai. William terus mondar-mandir, tidak tenang. Antonio dan Orina yang berada di sana, mereka pun ikut cemas. Terutama melihat William yang tidak bisa tenang.CeklekSuara pintu ruang pemeriksaan terbuka, tepat di saat Dokter keluar dari ruang pemeriksan, dengan cepat William langsung menghampiri sang Dokter. Begitupun dengan Antonio dan Orina yang juga menghampiri sang Dokter. "Bagaiamana keadaan istriku?" tanya William cepat ketika melihat sang Dokter. Terlihat wajahnya begitu panik dan cemas. "Tuan, istri anda tidak apa-apa, dia tidak sakit," jawab sang Dokter yang bername tag, Doker Beval. "Tidak apa-apa, bagaimana? Istriku pingsan dan kau bilang dia baik-baik saja?" seru William dengan kilat mata tajam pada sang Dokter. Sang Dokter pun tersenyum. "Tuan, selamat istri anda sedang hamil. Kandungan istri anda sudah memasuki minggu ke dua
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 510 – TA S2 - Salah Paham

Sudah tiga hari Marsha berada di rumah sakit. Sebenarnya Dokter sudah memperbolehkan Marsha untuk pulang. Tapi William masih tidak ingin Marsha langsung keluar dari rumah sakit. Tentu karena William ingin memastikan keadaan istri dan anak-anaknya baik-baik saja. Mengingat kehamilan Marsha kali ini kembar, membuat William jauh overprotective dari sebelumnya. Berita kehamilan Marsha pun sudah terdengar di keluarga, sekaligus media. Beberapa kali, William selalu bangga jika media meminta keterangan kehamilan tentang istrinya itu. Sejak dulu, William membiarkan meliput berita tentang anak dan istrinya. Selama berita itu adalah berita yang baik, maka William sama sekali tidak mempermasalahkan jika media memberitakan tentanga kehidupan rumah tangganya. Kini Marsha tengah duduk di ranjang, sambil menatap pelayan yang tengah mengemasi pakainnya. Ya, siang ini, Dokter akhirnya memperbolehkannya untuk pulang. Jujur saja, Marsha sudah tidak nyaman di rumah sakit. Bahkan rasanya, Marsha ingin s
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1
...
484950515253
DMCA.com Protection Status