Home / Pendekar / 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of 4 PUSAKA PENAKLUK JAGAT: Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

Bab 101 : Manusia Berkekuatan Iblis

Akar-akar hitam berukuran besar yang menjalar dari dalam tanah itu semakin kencang saja melilit tubuh Argani. Sekarang badannya tiba-tiba merasakan kesemutan, aliran darahnya tertahan oleh kuatnya belenggu itu.Ki Martadi terus berkonsentrasi, dia berusaha menambah kekuatan pada akar-akar itu agar lilitannya jadi terus semakin kencang, Namun, di saat sekumpulan akar itu mencapai puncak kekuatannya, dari badan Argani tiba-tiba terpancarlah cahaya kilat yang terang benderang!“Eaaaa!”Ledakan yang dahsyat muncul dari badan Argani. Semua akar yang tadi membelenggunya seketika hancur begitu saja. Argani merentangkan kedua tangannya dalam keadaan terkepal, cahaya kilat tampak sangat terang menari-nari di sekitar tubuhnya.Ki Martadi sontak terbelalak setelah tahu betapa besarnya kekuatan yang dimiliki oleh Argani. “Apa? dia mampu menghancurkan belenggu Rambut Bumi! Kesaktian orang ini memang sudah setara dengan Iblis!”Akhirnya t
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 102 : Percakapan di Malam Terakhir

Malam hari setelah syafak merah tenggelam di ufuk barat, rembulan munyala terang menghiasi langit dan taburan bintang berkelap-kelip, Giandra bersama Tubagus Dharmasuri dan juga Kamajaya tengah duduk di sebuah ruangan dalam Padepokan Rajawali Angkasa.Kamajaya menuangkan kopi hangat ke dalam gelas-gelas yang tersedia di meja. Giandra mengambil salah satunya dan memberikan minuman itu kepada Tubagus Dharmasuri.Sudah genap satu minggu lamanya patih kerajaan itu berada di sini untuk melatih Giandra, dan malam ini adalah malam terakhir bagi mereka untuk duduk bersama sambil menikmati kopi tubruk.“Ajian Tatapan Rajawali Menembus Awan yang kaupelajari telah sempurna hingga tingkatan kesembilan, Giandra. Besok tiba waktunya kita harus pergi ke istana dan bergabung dengan para pendekar yang lain,” ujar Tubagus Dharmasuri.Giandra mengangguk, “Malam ini Gusti Patih harus beristirahat, sebab perjalanan besok cukup panjang dan tentu akan sangat m
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 103 : Bunga Yang Paling Memikat

Di halaman Istana yang sejuk, penuh dengan aneka bunga-bunga dan pohon yang hijau, Puteri Seroja sedang berjalan ditemani oleh dua orang dayang.Selagi malam masih belum larut, dia sejenak ingin berkeliling menikmati suasana, menghirup udara segar sambil menatap keindahan bintang-bintang yang bertaburan di langit.Halaman istana ini tetap terang walaupun saat malam hari, karena ada banyak sekali obor-obor yang terikat pada setiap batang bambu di sekitaran halaman.Aroma bunga cempaka, mawar, dan juga melati menyemerbak harum, suasana langit begitu cerah, tak ada sedikit pun awan hitam yang bertengger di wajah rembulan.Patrioda rupanya juga sedang berada di luar, dia menguntit Puteri Seroja secara diam-diam, sambil mengendap di antara pohon bunga, dia terus memperhatikan kecantikan wanita itu.“Kau sungguh cantik, Puteri Seroja. Andai wanita sepertimu bisa menjadi milikku,” batinnya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri. Dia sangat be
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 104 : Cinta Yang Digantungkan

Kata-kata Patrioda itu membuat Puteri Seroja jadi malu. Ternyata pendekar satu ini begitu berani berucap demikian, dia tidak segan-segan melakukan gombalan meski pada seorang puteri kerajaan.Namun walau hal ini sebenarnya tidaklah pantas, Puteri Seroja bisa maklum dan menghargai Patrioda. Dia akhirnya tahu alasan kenapa Patrioda suka memperhatikannya dari jauh bahkan mengendap-endap, rupanya ada perasaan yang terpendam ingin Patrioda ungkapkan kepadanya.“Tuan Pendekar bisa saja memujiku.Terimakasih,” Kata Puteri Seroja.Perbincangan mereka di halaman istana membuat Patrioda merasa kalau dirinya sudah semakin dekat saja dengan Puteri Seroja. Sebab wanita cantik itu ternyata cukup ramah dan tidak sombong.Akhirnya tanpa ragu-ragu, Patrioda pun mengeluarkan setangkai bunga mawar merah yang dari tadi dia sembunyikan di belakang.Dengan berani, Patrioda mempersembahkan bunga itu untuk mewakili isi hatinya. “Maaf, Gusti Puteri. Aku ta
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 105 : Berakhirnya Buruk Rupa Argani Bhadrika

Di puncak Gunung Ratri, di depan pintu gua yang pernah menjadi sarang Iblis Hitam, tujuh orang anggota Persaudaraan Iblis bersama Dewa Kalajengking kembali akan melakukan ritual. Malam ini adalah penyempurnaan bersatunya sukma Iblis Hitam ke dalam tubuh Argani Bhadrika.Sambil berdiri menghadapi Dewa Kalajengking yang tegak di depan pintu gua, Argani Bhadrika memegang dua cupak tempurung di kedua belah tangannya yang berisi darah perawan. Dia menuangkan darah dalam cupak-cupak tempurung itu ke mulutnya secara bergantian kiri dan kanan. Pada kedua tepian bibirnya melelehlah sisa darah itu hingga ke bawah dagunya.Sesuah selesai minum, Argani lalu melemparkan kedua tempurung itu ke atas tumpukan tempurung-tempurung lain yang berserakan di tanah. Dia kemudian menyapu bekas lelehan darah di dagunya dengan punggung tangan.“Darah belas gadis perawan telah habis aku minum. Rasanya sangat manis dan kental. Sekarang lanjutkanlah upacaranya, hai Dewa Kalajengking!&
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 106 : Sihir Tipuan

Di waktu siang saat terik matahari menjilati kulit, langit biru begitu cerah dan gumpalan awan putih berkilauan hingga ke ujung cakrawala, Giandra dan Tubagus Dharmasuri masih dalam perjalanan menuju istana. Mereka sudah bergerak dari pagi tadi meninggalkan padepokan, dan sekarang telah keluar dari kawasan Desa Tanjung Bambu.Perut keduanya kini mulai keroncongan, dahaga terasa menggelegak di tenggorokan, butir-butir keringat membasahi leher dan juga lengan mereka, bahkan kuda yang jadi tunggangan pun kelihatannya sudah capek dan ingin beristirahat.Karena hari beranjak semakin siang, akhirnya mereka pun memutuskan untuk berhenti dahulu demi melepas lelah. Tidak jauh di hadapan mereka terlihat ada sebuah warung tempat makan, Giandra mengajak Tubagus Dharmasuri untuk mampir di sana sebentar.Sesampainya mereka di depan warung itu, Keduanya pun turun dari atas tunggangan. Giandra menyeret kudanya dan kuda Tubagus Dharmasuri ke dekat pohon kelapa di seberang jalan,
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 107 : Tewasnya Celeng Ireng

Melihat temannya yang terkena totokan, Manik Maya segera menotok balik leher Celeng Ireng dengan dua jari untuk membuka lagi aliran darahnya. Namun walau demikian, Giandra dan Tubagus Dharmasuri sudah sampai ke dekat mereka, tak mungkin lagi bagi keduanya untuk kabur.“Sekarang kalian mau lari kemana? Aku tahu kalian pasti sedang merencanakan niat jahat. Cepat katakan!” bentak Tubagus Dharmasuri.Manik Maya dan Celeng Ireng pun saling bertatapan sesaat. Mereka tak menyangka kalau harus bertemu dengan dua pria ini. Tidak mudah bagi mereka untuk bisa selamat jika sudah dalam keadaan begini.“Ilmu Malih Rupomu sangat hebat sekali, hai Siluman Babi. Tapi sayang, kini penyamaranmu telah terbongkar,” ujar Giandra pada Celeng Ireng.Karena memang tidak ada pilihan lain kecuali bertarung, Manik Maya pun segera mencabut pedangya dari pinggang. Celeng Ireng juga mengangkat tangan kirinya, lalu tombak trisula pun tiba-tiba langsung muncul di
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 108 : Ada Yang Diam-diam Menguping

Setelah cukup jauh melarikan diri sambil menggendong Manik Maya, Bayu Halimun kini sampai di tengah hutan belantara yang tak ada satu pun rumah penduduk. Dia mendarat dan kemudian menurunkan wanita itu.“Kau tidak apa-apa?” tanya Bayu Halimun.Manik Maya berjalan menuju ke sebetang pohon beringin. Dia lalu duduk bernaung di bawahnya dan bersandar.Sambil mengusap lambungnya yang masih nyeri, Manik Maya menjawab, “Aku tidak apa-apa. Kalau tadi dirimu tidak segera muncul, maka habislah sudah aku di tangan pendekar itu.”Bayu Halimun tegak di samping Manik Maya. Dia memberitahu, “Aku disuruh oleh Argani Bhadrika untuk mengawasimu dan Celeng Ireng. Sebab Argani tahu bahwa tidak akan mudah bagi kalian untuk menjalankan tugas ini. Setelah bertemu kalian berdua aku pun terkejut, bagaimana bisa sampai terjadi pertarungan dengan para pendekar tadi? Apakah Celeng Ireng terbunuh.Manik Maya menarik Nafas dalam-dalam. Dia pun mena
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 109 : Sihir Kabut Hitam Delapan Penjuru

Manik Maya menduga kalau ada dendam kesumat di hati Nyai Jamanika terhadap Mpu Bhiantar. Pasalnya si nenek berwajah mengerikan ini dahulu pernah ingin merebut kitab catatan racun milik Nyai Maheswari, hingga terjadilah pertarungan di antara keduanya.Dalam perkelahian tersebut hampir saja Nyai Maheswari kalah, tapi Mpu Bhiantar tiba-tiba muncul dan ikut campur, dia menyiramkan ke wajah Nyai Jamanika racun yang bernama “Getah Buah Hutan”. Itu yang membuat wajah Nyai Jamanika pun jadi rusak hingga sekarang.“Katakanlah, hai Nenek Peot, untuk apa dari tadi kau mengendengarkan pembincaraan kami.” desak Bayu Halimun. Dia curiga kalau si nenek ini mata-mata dari kerajaan.“Sebetulnya aku cuma kebetulan lewat dan bertemu kalian di sini. Jika memang kalian ingin berperang melawan Prabu Surya Buana dan para bawahannya, aku tertarik untuk ikut bergabung,” ujar Nyai Jamanika.Bayu Halimun merasa ragu mendengar hal itu. Dia berkata
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 110 : Terpaksa Tunduk

Beberapa saat waktu telah berlalu. Bayu Halimun dan Manik Maya akhirnya terbangun dari ketikdasaran mereka.Saat keduanya membuka mata, mereka memperdapati kondisi tubuh mereka yang digantung terbalik dengan kaki di atas dan kepala menghadap ke bawah.Badan Bayu Halimun dan Manik Maya dililit dengan kencang oleh akar-akar besar dan juga tumbuhan melayap. Mereka sekarang merasa pusing, sebab seluruh aliran darah menumpuk di bagian kepala.Keduanya mencoba untuk menggerak-gerakkan badan supaya bisa lepas. Namun usaha itu sia-sia belaka. Hanya membuang-buang tenaga dan membikin kepala mereka jadi tambah berdenyut.Nyai Jamanika berjalan di bawah sambil menggunakan tongkat. Dia gelak sekali mentertawakan dua pendekar itu. Kini kegeraman si nenek jelek itu telah terbayarkan dan hatinya pun puas.“Siapa suruh kalian mau coba-coba kabur dariku? Aku meminta baik-baik supaya kalian mengantarku menemui ketua Persaudaraan Iblis, tapi kalian malah cara g
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status