Home / Romansa / Tuan, Aku Hamil! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tuan, Aku Hamil!: Chapter 71 - Chapter 80

94 Chapters

Menggoda Gavin

Sepanjang perjalanan menuju apartemen, ada sesuatu yang tak bisa kujelaskan—gairahku membara semakin liar, mendorongku untuk terus menggoda Gavin. Aku ingin menguji batasannya, melihat sejauh mana dia bisa menahan diri. Hasrat nakalku meluap, seiring dengan sensasi panas yang mengalir di seluruh tubuhku.Aku merangkulnya dari samping, membiarkan tanganku menjelajah, menyusuri lengannya, lalu turun ke lehernya. Dengan lembut, aku mencium kulitnya, mengirimkan getaran kecil di sepanjang tengkuknya. Gavin hanya menggeram rendah, napasnya semakin berat, sementara aku terus bermain-main dengannya.Tanganku mulai bergerak lebih jauh, menyelinap ke pahanya, meremas pelan tapi cukup kuat untuk membuatnya menggeliat. Jari-jariku bergerak mendekat ke area yang lebih sensitif, menyentuh bagian dalam pahanya, tepat di dekat intimnya. Aku bisa merasakan tubuhnya menegang, seolah sedang berperang dengan dirinya sendiri untuk tetap fokus di jalan.“Arghh... Ratihh, please...” desahnya, suaranya sera
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Fiancée

“Fiancée? Sembarangan!!” Gavin menukas dengan nada marah, memotong ucapan Sheila dengan tegas. Sorot matanya beralih ke arahku, matanya penuh keputusasaan bercampur rasa bersalah.“Ratih, aku bisa jelaskan,” katanya, suaranya terdengar mendesak. Gavin melangkah ke arahku, tapi Sheila tak tinggal diam.“How do you even get here?” Gavin menoleh cepat ke Sheila, suaranya penuh frustrasi.“Gak penting gimana aku bisa di sini, itu siapa?” Sheila menuntut, matanya masih terfokus padaku dengan tatapan tajam yang menusuk.Aku berdiri kaku di tempat, merasa seluruh dunia di sekelilingku runtuh. Sheila... Sheila tampak bukan orang biasa. Penampilannya yang elegan, gaun merah yang membalut tubuhnya dengan sempurna, serta raut wajah yang begitu tegas—semuanya mengisyaratkan bahwa dia bukan sekadar wanita biasa yang berdiri di apartemen ini. Siapapun dia, jelas dia memiliki kedudukan yang penting dalam hidup Gavin.Tapi... tunangan? Benarkah dia tunangannya? Aku tak tahu harus berkata apa. Otakku
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Murka

Begitu aku tiba di rumah Devan dan Talitha, pintu depan langsung terbuka sebelum aku sempat mengetuk. Talitha berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh kekhawatiran, dan tanpa berkata apa-apa, dia langsung menyambutku dengan tangan terbuka. Tubuhku seakan luruh dalam pelukannya, dan perasaanku yang kacau perlahan mereda dalam kehangatan pelukannya.“Ohhh sayangku,” bisiknya lembut sambil mengusap punggungku, memberikan rasa nyaman yang sangat kubutuhkan saat ini.Air mata yang tadinya kutahan sepanjang perjalanan mulai mengalir lagi. “Maaf, aku nggak tahu harus ke mana,” ucapku dengan suara yang bergetar, merasa begitu rapuh di hadapannya. Semua perasaan yang kupendam sepanjang malam ini akhirnya menemukan pelarian.Talitha melepas pelukannya sejenak, memegang kedua pundakku dan menatap mataku dengan lembut. “Sayang, kamu jangan bilang gitu. Aku kan udah bilang, kalau ada apa-apa, cari aku,” katanya dengan nada penuh perhatian. “Kamu nggak pernah sendirian.”Aku hanya bisa mengangguk pe
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Buas

Dia meraih wajahku dengan satu tangan, mengangkat daguku sehingga aku tak punya pilihan selain menatapnya langsung. "Kamu hanya perlu mengerti satu hal, Ratih. Kamu milikku. Aku nggak peduli siapa Sheila, siapa pun yang lain, hanya kamu yang penting buatku."Matanya berkilat, penuh dengan keinginan dan kontrol yang begitu kuat. Kata-katanya menyentuh sesuatu yang dalam di diriku, membuatku tersesat di antara ketakutan dan gairah yang tak terkendali."Gavin ini....mhhhh,"Gavin tidak memberiku waktu untuk berpikir. Kata-kataku terhenti oleh ciumannya yang dalam dan mendominasi, penuh dengan gairah yang tidak terbendung. Pelukannya semakin erat, tubuhnya menekan tubuhku, dan kami terhempas ke tempat tidur, setengah badan kami rebah di atasnya. Setiap gerakannya begitu intens, membuat pikiranku berputar dan membuat sulit untuk memisahkan antara hasrat dan ketakutan yang tiba-tiba menjalari diriku.Dalam sekejap, dia sudah melepaskan celananya, dan sebelum aku bisa benar-benar memahami apa
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Kecelakaan

Keesokan paginya, suasana rumah terasa tenang. Anak-anak sudah berangkat sekolah, dan Devan sudah pergi ke kantor. Di meja makan, hanya ada aku, Gavin, dan Talitha. Suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi satu-satunya yang terdengar, di antara percakapan ringan yang sesekali mengalir. Aku merasa sedikit lebih tenang pagi ini, tapi bayang-bayang dari malam sebelumnya masih menghantui pikiranku.“Hmmm, belum semalam, sudah kembali,” goda Talitha sambil tersenyum kecil, tatapannya penuh dengan maksud tersembunyi saat dia menatap kami berdua.Aku menunduk, wajahku memerah mendengar kata-katanya. Seperti biasa, Talitha selalu tahu cara menggoda dan membuatku merasa canggung dalam situasi yang tak terduga. Aku menghindari tatapannya, sibuk dengan sisa sarapanku, berusaha menyembunyikan reaksi di balik senyum malu-malu.Gavin di sebelahku hanya tersenyum kecil, seolah tidak terpengaruh. "Tentu saja," katanya sambil menatap Talitha dengan pandangan santai, seolah dia menikmat
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Dunia Tipu-Tipu

Aku menatap Talitha yang sedang dengan cepat mencari berita di ponselnya, jarinya menggeser layar dengan panik. Gavin, yang berada di ruang tamu, tengah menelepon seseorang dengan nada serius. Atmosfer di ruangan ini terasa berat, seolah semua orang menahan napas, menunggu kabar buruk yang mungkin akan datang kapan saja.“Aku nggak berani nanya ke Devan, saat-saat gini dia pasti sibuk,” Talitha berkata dengan nada rendah, sedikit bimbang. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat cemas.Aku hanya bisa mengangguk, pikiranku melayang-layang, mencoba menepis rasa takut yang tiba-tiba mencengkeram hatiku. Widodo... meskipun hubungan kami sudah retak, dia masih ada di sana—sebagai bagian dari hidupku yang tak bisa sepenuhnya kulepaskan. Berita ini menakutkan, meskipun aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa mungkin ini hanya kecelakaan biasa.“Aku berangkat ke Kudus besok, kamu jadi ikut?” tanya Talitha, nada suaranya berusaha tetap normal meski aku tahu dia juga merasa tertekan.“Se
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Rahasia

Aku beranjak dari dudukku, tubuhku terasa berat seolah setiap langkah adalah perjuangan. Aku menuju ruangan yang lebih terbuka di lantai 3, butuh udara, butuh jarak dari semua hal yang baru saja kudengar. Namun, tanganku tak bisa lepas dari Talitha. Ada sesuatu tentang sentuhannya yang memberikan kenyamanan di tengah kekacauan yang kurasakan. Dia mengikutiku dengan tenang, seolah tahu aku tak bisa menghadapi ini sendirian."Give us a time," bisik Talitha lembut kepada Devan, tanpa perlu mengatakan lebih banyak. Devan dan Gavin mengangguk, lalu meninggalkan kami berdua di lantai 3. Suara langkah kaki mereka yang menjauh terasa seperti penanda bahwa untuk sementara, aku bisa mengambil napas dan mencari jawabanku sendiri.Aku berdiri di tepi balkon, melihat pemandangan luas di bawahku. Matahari sore perlahan tenggelam, memberikan warna oranye dan ungu di langit. Tapi pikiranku tak bisa terfokus pada keindahan itu. Di dalam kepalaku, segalanya bercampur, beradu, seolah tidak ada yang masu
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Mami Tiri

Aku menghabiskan tiga hari di Kudus, dan meskipun jauh dari hiruk-pikuk Jakarta dan drama yang melelahkan di sana, perasaan campur aduk tetap menghantui benakku. Namun, dalam keheningan kota kecil ini, aku menemukan sedikit pelarian. Setiap harinya, waktu yang paling banyak kuhabiskan adalah dengan Opa, pria tua bijaksana yang selalu ramah dan penuh cerita. Dia senang mengajak aku berkeliling pabrik rokok keluarganya—sebuah kerajaan bisnis yang dia bangun dari kecil hingga menjadi besar seperti sekarang.Opa sering bercerita panjang lebar tentang masa-masa awalnya merintis pabrik itu, bagaimana dia dulu harus menghadapi segala tantangan dari industri yang begitu keras. Dengan semangat yang masih sangat hidup, dia mengisahkan perjalanannya membangun sesuatu dari nol. "Dulu hanya ada tiga karyawan, Ratih," katanya sambil tersenyum bangga, “Sekarang lihat, ribuan orang hidup dari sini.” Ada sinar kebanggaan di matanya setiap kali dia bercerita tentang pabrik itu, seolah tempat ini bukan h
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Jealous

Perjalanan pulang ke Jakarta kali ini terasa berbeda. Ada perasaan ragu yang mulai tumbuh dalam diriku, seperti benih yang tak kusadari telah lama tertanam. Perjalanan ke Kudus bersama Talitha dan segala dinamika yang terjadi di sana membuatku bertanya-tanya, apakah aku masih bisa bertahan dalam situasi yang semakin rumit ini? Apakah semua ini benar-benar jalan yang ingin kuambil?Setiba di bandara, aku melihat Gavin dari kejauhan, menungguku dengan senyum lebar. Begitu kami mendekat, dia segera memelukku erat, seolah kami tak bertemu berpuluh-puluh tahun. Rasanya menyenangkan bisa kembali merasakan kehangatannya, meskipun di dalam hatiku masih ada kegelisahan yang belum bisa kutepis.“Sayang, kamu cape?” tanyanya lembut, sambil mengusap punggungku pelan, penuh perhatian.Aku tersenyum kecil, menggelengkan kepala. “Nggak kok, naik pesawat bukan lari,” jawabku sambil sedikit bercanda, mencoba mengusir rasa berat yang masih menggelayut di pikiranku.Gavin tertawa kecil. “Maksudku, tiga
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Transisi

Sore itu, suasana di Sudirman Mansion terasa santai namun penuh dengan keakraban yang tak terhindarkan. Devan datang menjemput Talitha, yang masih berada di kamar apartemen. Setelah berbasa-basi, obrolan ringan pun dimulai, tapi kali ini pembicaraan cepat beralih pada hal-hal yang lebih serius—rencana transisi kepemimpinan Fortune Logistic dari Devan ke Gavin.Mereka duduk di sofa, Gavin terlihat santai sementara Devan memasang ekspresi sedikit tegang, tapi masih penuh canda.“Gimana, Vin? Sudah siap mulai transisi?” tanya Devan dengan nada serius tapi santai, matanya memandangi adiknya dengan penuh pertanyaan.Gavin menghela napas panjang, menatap kakaknya sejenak sebelum memberikan jawaban yang sedikit berbeda dari yang mungkin diharapkan. “Kenapa harus transisi segala? Terusin aja,” jawab Gavin dengan nada santai, seolah masalah itu bukan sesuatu yang penting baginya. “Aku ada funding yang harus diurus, kita juga mau akuisi
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status