Rahayu beranjak mengacak-acak laci meja rias dengan kasar, wajahnya merah padam, matanya melotot tajam. Di sampingnya, Alana, berdiri terpaku, wajahnya pucat pasi. "Mana kameranya?! Mana kameranya?!" teriak Rahayu, suaranya bergetar.Alana mencoba menenangkan ibunya, "Ma, tenanglah. Kita akan menemukannya.""Tenang?! Bagaimana bisa tenang?!" bentak Rahayu, "Kamera itu hilang, Alana! Hilang!""Ma, mungkin kamu lupa menaruhnya di mana," Alana mencoba menenangkan ibunya."Aku sudah memeriksa semua tempat! Tapi nggak ada!" Rahayu menunjuk ke arah meja besar itu dengan jari-jari gemetar."Ma, apa mungkin Darren sudah mengambilnya?" Alana berbisik, suaranya gemetar.Rahayu terdiam sejenak, matanya menyipit tajam. "Mungkin saja," gumamnya, "Tapi, bagaimana dia bisa mengambilnya?""Aku juga nggak tahu, Aku curiga karena bangun-bangun kamarnya berantakan. Tadi Darren marah besar sampai menyiksaku, mungkin dia sempat memeriksa kamar sebelum keluar." Alana berbisik, suaranya semakin pelan.Kedua
Read more