Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 101 - Chapter 110

167 Chapters

Chapter 101

"Kapan kalian akan mengumumkan pernikahannya?" tanya Brata, menatap bergantian kedua cucunya itu. Darren menoleh ke arah Nadia, lantas berkata, "kamu mau kapan?" "Kalau nggak keberatan ... aku mau menunggu sampai tujuh hariannya Ayah, Kak." Darren mengangguk paham. "Bagaimana, Kek?" "Nggak masalah, dong. Kalian bebas menentukan kapan waktunya, Kakek yang akan menyiapkan acaranya nanti. Kalau sudah siap, bilang saja." "Baiklah, Kek. Kami juga ingin membantu persiapan pernikahannya Renaldy sama Ara yang tinggal lima hari lagi. Selama ini mereka selalu membantu kami, dan inilah saatnya membalas semuanya," tutur Darren. "Oh, iya ... mereka akan menikah 'kan? Kakek sampai lupa, untungnya kamu bilang. Kakek juga akan ke sana aja, temanmu itu baik sekali selama ini sudah mau mengurus butikmu," ucap Brata yang membuat Darren membelalak. Pria itu mengisyaratkan kakeknya untuk diam, tetapi sepertinya pria senja itu tidak paham. "Kamu kenapa melotot-melotot seperti itu, Darren?
Read more

102 || Sentuhan Pertama

"Eum ... jangan salah paham dulu, Nak Darren. Kedatangan kami ke sini untuk membahas kerjasama antar perusahaan. Seperti yang kita sepakati diawal perjodohanmu dan Alana," ucap Rudi. Darren mengulas senyum tipis, lantas menoleh menatap wajah istrinya, tampak gadis itu hanya diam tanpa ekspresi berlebih. "Maaf, Om. Saya tidak bekerjasama dengan orang yang sudah menyakiti perasaan istri saya. Sebagai kepala rumah tangga, kenyamanan istri adalah yang paling lama. Dan orang yang telah membuat kenyamanan istri saya terganggu, maka sampai kapanpun saya tidak bisa mentolerir kesalahannya," sahut Darren. Rahayu meneguk salivanya dengan susah, kini menyesal pun juga tidak ada gunanya. Darren sudah terlanjur kecewa. "Tolong ucapan tantemu jangan dimasukkan hati, Nak. Tantemu memang suka bercanda, tapi sejujurnya bukan itu yang mau dia katakan tadi." Rudi terkekeh pelan, menyenggol kaki istrinya sebagai kode agar membantunya merayu Darren. "Maaf, ya, Nak ...." "Iya, Darren. Tante cuma
Read more

103 || Pesta Bisnis

Satu minggu berlalu .... Setelah sibuk mengurus pernikahan dan semuanya berjalan lancar, Nadia mau istirahatkan tubuhnya seharian ini di kamar. Dua hari lalu acara pernikahan Renaldy dan Ara, kini dia dan Darren harus mengembalikan energi setelah membantu di acara besar itu. "Nanti malam ada pesta bisnis, Padahal aku masih capek banget," keluh Darren. "Minta diwakili Jacob saja, bisa 'kan?" "Nggak bisa, Sayang. Jacob lagi demam, sudah tiga hari." Darren menghela napas kasar, tidak mungkin mengajak sekretarisnya yang merupakan seorang wanita, khawatir Nadia cemburu. "Gimana kalau datang sama kamu?" "Aku harus ngapain, Kak? Aku nggak tahu apa-apa," sahut Nadia. Dia baru ingat kalau Jacob sakit, sementara suaminya tidak mungkin pergi sendirian. "Nemenin saja, yang penting aku nggak sendirian. Lagipula lusa pernikahan kita akan diumumkan, sekalian untuk perkenalan," rayu pria itu sambil menggenggam tangan istrinya. Nadia tampak berpikir sejenak, hingga akhirnya dia setuju kar
Read more

104 || Membawa Darren

Sean berjalan mendekati Darren, membuka obrolan dengan membicarakan beberapa bisnis. Darren menyambutnya dengan hangat, dia masih cukup asing dengan wajah Sean sehingga tidak menaruh kecurigaan apapun."Saya tertarik untuk berinvestasi, Pak. Perusahaan cabang Anda sepertinya masih sangat baru, apa Anda tidak ingin mengundang investor?" tanya Sean yang membuat Darren terkekeh lirih."Sepertinya iya, tapi kemungkinan akan dilakukan setelah mengumumkan pernikahan saya ke depan publik. Sambil mempersiapkan hal-hal lain juga," jawab Darren.Sean berusaha membuat Darren fokus pada dirinya, hingga akhirnya kesempatan itu datang. Saat Darren memusatkan tatapan pada manik matanya, tangannya bergerak merogoh saku celana guna meraih botol kecil yang berisi cairan obat tidur. Perlahan-lahan dia meneteskan obat itu ke gelas, lantas kembali memasukkannya ke dalam saku. Semuanya dilakukan dengan sangat halus dan cepat, dia yakin Darren tidak menyadari hal ini. "Mari kita minum dulu, Pak." Sean men
Read more

105 || Dijebak

"Eugh ...." Darren melenguh lirih saat perlahan-lahan mendapatkan kesadarannya. Dia bangun dan merasakan pusing yang teramat sangat, sisa obat semalam masih membuatnya pening.Kelopak matanya mengerjap-erjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pupil. Hingga sepersekian detik kemudian ketua pupil mata itu melebar sempurna saat mendapati ternyata dia bangun di sebuah kamar asing. Namun, hal yang membuatnya tercengang adalah mendapati seorang wanita tengah tertidur di sampingnya dengan posisi miring."Alana ...!" Darren sontak bangun, pupil matanya semakin membelalak lebar saat mendapati dirinya polos tanpa sehelai benang pun."Hei, bangun!" sentaknya seraya menggoyang-goyangkan tubuh wanita di sampingnya. Jantungnya bertalu kencang, berharap semua ini hanya mimpi. Sayangnya, saat menepuk pipinya malah terasa sakit dan dia sadar kejadian ini memang nyata."Sial! Cepat bangun, Alana!" Darren kembali berteriak, pikirannya frustasi.Tidak ada respon, dia semakin bingung dan langsung
Read more

Chapter 106

Beberapa saat sebelumnya ...."Oh, iya ... saya ditugaskan untuk mengantarkan Anda pulang nanti, Bu. Pak Darren ada urusan mendadak, dan beliau baru saja mengirim pesan bahwa saya diperintahkan untuk memastikan Anda selamat sampai pulang nanti. Untuk sekarang saya akan menemani Anda menikmati pesta, saya juga akan melayani kalau Anda butuh sesuatu," jelas Liana — sekretaris pribadi Alana.Nadia yang masih polos tidak tahu apa-apa hanya mangut-mangut, membuat Liana tersenyum senang karena korbannya mudah sekali ditipu.Liana beranjak mengambilkan banyak makanan dan minuman, berharap Nadia tidak kepikiran Darren dan rencana atasannya berjalan lancar. "Makasih banyak, Liana. Kamu biasa datang ke pesan seperti ini, ya?" tanya Nadia setelah Liana menaruh banyak makanan di meja."Tidak sering, Bu. Hanya kalau diajak saja, kebetulan malam ini ikut serta.""Oh, begitu. Aku kira selalu diajak, mungkin karena Jacob lagi nggak enak badan. Makanya kamu ikut, ya?"Liana meneguk salivanya dengan s
Read more

Chapter 107

Jacob datang ke rumah Darren setelah melakukan penyelidikan di hotel, dia membawa rekaman CCTV kejadian semalam. Meskipun harus menyuap dalam jumlah besar, tetapi beruntung manajer hotel memperbolehkannya mengakses CCTV. "Bapak bisa lihat rekamannya, manajer hotel juga mengatakan Bu Rahayu menyuap mereka untuk mengosongkan hotel selama beberapa jam, juga menutupi kasus ini dari siapapun. Tapi untungnya setelah saya memberikan uang dengan jumlah tiga kali lipat lebih besar dari uang yang Bu Rahayu berikan, mereka akhirnya mengizinkan saya mengakses CCTV," jelas Jacob. Darren melihat rekaman yang ada di ponsel Jacob, rahangnya mengeras mengetahui bahwa jebakan ini sudah direncanakan. "Aku juga mau minta tolong," kata Darren. "Iya, Pak? Apa yang bisa saya lakukan?" Darren menarik napas panjang, seolah masih belum yakin. "Aku menemukan kamera tersembunyi di kamar hotel, aku yakin itu digunakan untuk merekam kejadian saat penjebakan. Aku takut kalau hasilnya memang ... aku melak
Read more

Chapter 108

Rahayu beranjak mengacak-acak laci meja rias dengan kasar, wajahnya merah padam, matanya melotot tajam. Di sampingnya, Alana, berdiri terpaku, wajahnya pucat pasi. "Mana kameranya?! Mana kameranya?!" teriak Rahayu, suaranya bergetar.Alana mencoba menenangkan ibunya, "Ma, tenanglah. Kita akan menemukannya.""Tenang?! Bagaimana bisa tenang?!" bentak Rahayu, "Kamera itu hilang, Alana! Hilang!""Ma, mungkin kamu lupa menaruhnya di mana," Alana mencoba menenangkan ibunya."Aku sudah memeriksa semua tempat! Tapi nggak ada!" Rahayu menunjuk ke arah meja besar itu dengan jari-jari gemetar."Ma, apa mungkin Darren sudah mengambilnya?" Alana berbisik, suaranya gemetar.Rahayu terdiam sejenak, matanya menyipit tajam. "Mungkin saja," gumamnya, "Tapi, bagaimana dia bisa mengambilnya?""Aku juga nggak tahu, Aku curiga karena bangun-bangun kamarnya berantakan. Tadi Darren marah besar sampai menyiksaku, mungkin dia sempat memeriksa kamar sebelum keluar." Alana berbisik, suaranya semakin pelan.Kedua
Read more

109 || Minta Cicit

Beberapa minggu berlalu, dan Darren serta Nadia seolah melupakan kejadian di hotel. Darren masih menyimpan dendam pada Alana, sepupunya yang licik. Dia bertekad untuk membalas dendam, tapi belum menemukan cara yang tepat.Beruntung baik Alana maupun kedua orang tuanya juga tidak menampakkan diri di hadapan Darren, sehingga emosinya tidak terpanjang lagi."Sayang, aku mau ajak kamu ke Surabaya," kata Darren, tangannya menggenggam erat tangan Nadia yang sedang bersandar pada kruk. Nadia tersenyum, "Ke Surabaya? Kenapa, Kak?""Ada pernikahan Raka dan Embun. Kita sudah diundang langsung oleh Pak Anton dan Bu Anita, kita harus datang ke sana. Lagi pula Raka dan embun juga sangat mengharapkan kehadiran kita," jawab Darren.Nadia terdiam sejenak. Raka, mantan kekasihnya yang pernah mengkhianati dan menyakiti hatinya. Nadia sudah memaafkan Raka, bahkan merasa bahagia melihat Raka telah menemukan wanita yang baik seperti Embun."Aku mau, Kak," jawab Nadia. "Tapi, aku takut ngerepotin k
Read more

Chapter 110

"Sayang," panggil Darren, suaranya sedikit gemetar. Nadia menoleh perlahan dengan perasaan gugup, matanya menatap Darren dengan penuh tanya. "Aku ... aku mau ngomong sesuatu," kata Darren, tangannya mencengkram erat bahu Nadia. Nadia mengangguk. "Ngomong apa, Kak?" Darren menarik napas dalam-dalam. Ia ingin mengulang lagi permintaan Kakeknya tadi, berharap kali ini Nadia tidak memalingkan wajah darinya. Ya, ia takut Nadia akan menolaknya. "Kakek ... Kakek minta kita ... kita ...." Darren terbata-bata. Nadia memilih diam karena sudah tahu ke mana arah perbincangan itu, ia tadi sudah mendengar jelas dari seberang telepon ucapan Kakeknya. Dan kini suaminya hendak mengulangi lagi. "Kakek minta kita ... kita ... cepat punya anak," ujar Darren, suaranya semakin gemetar. Nadia terdiam sejenak. Ia sebenarnya sudah siap untuk melayani suaminya, ye tetapi ia masih gugup. Ia takut tidak bisa memuaskan Darren dengan keadaannya yang cacat. "Kak, aku ... aku masih gugup," kata
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status