Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 11 - Chapter 20

210 Chapters

Bab 11

Amisha tak pernah menyangka akan ada hari untuknya bertemu lagi dengan Kenzo. Seseorang yang ingin dihindarinya seumur hidup. Lelaki yang telah memperkenalkannya pada indahnya cinta sekaligus menorehkan jejak luka yang mendalam di relung hatinya.Masih terbayang jelas pengkhianatan Kenzo bertahun-tahun silam. Juga senyum mencemooh yang baru saja dipertontonkan lelaki itu dengan pongah bersama perempuan jalang simpanannya. Perempuan yang tak memiliki rasa empati sedikit pun terhadap sesama wanita.Luka lama Amisha seakan berdarah kembali. Namun, air matanya tak lagi tersisa untuk menangisi semua kepedihan itu. Air matanya telah terkuras habis bersama derasnya hujan di malam itu. Malam ketika terik kehampaan membakar hangus keyakinannya akan adanya cinta suci di hamparan bumi ini.Dede berulang kali melirik Amisha dar
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Bab 12

Kacamata hitam di tangan Amisha jatuh ketika tahu-tahu Dede sudah berdiri di depannya, menghidangkan secangkir cappuccino.Amisha mendongak. Pandangan mata kagetnya bersirobok dengan tatapan tajam Dede. Sesaat Amisha membatu kaku.Di usianya yang menjelang kepala tiga, untuk pertama kalinya seorang lelaki yang bukan keluarga dan orang terdekatnya melihatnya tanpa kacamata, mempertontonkan bentuk asli kedua netranya.‘Oh My God! Manik mata itu sungguh indah luar biasa!’ Dede berseru takjub dalam hati.Malam itu ia telah terpesona dengan kecantikan Amisha tanpa kacamata. Kini, dalam jarak yang begitu dekat ia seakan terbius oleh sepasang iris merah jambu keunguan, menatapnya dengan panca
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

Bab 13

“Apa? Mama diopname karena serangan jantung?” Amisha terlonjak kaget dari tempat duduknya.“Iya, Misha.” Suara berwibawa papanya menyahut lesu dari seberang telepon.“Kenapa bisa begitu, Pa?” tanya Amisha sedih.“Belakangan ini mamamu selalu memikirkan tentang pernikahanmu. Darah tingginya kambuh gara-gara stres.”“Maafkan aku, Pa.” Amisha merasa bersalah.Andai cinta suci dapat ia temukan di pasar loak, mungkin telah lama ia mencarinya di sana. Tak masalah ia bukan yang pertama. Selama ia menjadi pemilik terakhir, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Bukankah cinta terakhir hanya akan terpisahkan oleh kematian?“Sayang, papa sangat berharap kamu bisa menjenguk mam
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

Bab 14

Amisha mengira Dede akan dengan senang hati menyetujui kontrak yang ditawarkannya. Mengingat ia sudah sangat royal memberikan kompensasi sepuluh kali lipat dari gajinya sebagai office boy, ditambah dengan beragam fasilitas mewah lainnya selama ia menjadi tunangan kontrak. Ia benar-benar tak menduga jika lelaki itu akan jual mahal dan mencoba bernegosiasi dengannya.‘Apa dia tidak takut dipecat?’ pikir Amisha, semakin heran dengan sosok Dede.“Terserah Nona kalau memang Nona keberatan. Aku hanya mencoba menciptakan suasana kerja yang nyaman untukku, supaya aku bisa menjalankan peranku dengan baik. Hak Nona untuk menolak persyaratanku, tapi jika mau Nona seperti itu, maaf, aku tidak bisa membantu Nona.”Selesai berkata begitu Dede b
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

Bab 15

Begitu menginjakkan kaki di Bandar Udara Heathrow, Amisha disambut langit musim semi Kota London yang berwarna biru cerah. Rasa lelah setelah melakukan perjalanan hampir dua puluh empat jam penerbangan ditambah dengan dua kali transit seakan lenyap seketika.Seorang lelaki muda dan sebuah mobil BMW i8 warna silver telah menanti kedatangan Amisha begitu ia keluar dari pintu bandara. Lelaki itu berlari menyongsong Amisha dan mengambil alih koper di tangannya.Amisha masuk ke mobil tanpa menunggu lelaki itu membukakan pintu untuknya. Sementara Dede masih menyimpan kopernya di bagasi bersama sang sopir.“Are you going to visit your mom right away, Miss Harist?” tanya si sopir, melirik Amisha dari kaca spion beberapa menit kemudian.
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

Bab 16

Pertanyaan tak terduga yang meluncur begitu saja dari bibir Claudya membuat Amisha terbatuk. Ia menoleh kepada Dede.Dede langsung tanggap dengan maksud tatapan Amisha. Dede menghampiri Amisha, lantas berdiri di sampingnya.“Tentu saja, Tante. Aku sangat mencintai putri Anda.” Dede tersenyum meyakinkan Claudya.Selama beberapa detik Claudya menantang bola mata Dede, seolah mencari setitik kejujuran di sana. Ia pun tersenyum senang saat menyadari Dede tidak berbohong. Melihat kehangatan yang membias dari tatapan Dede setiap kali lelaki itu memandang Amisha, Claudya yakin Dede sungguh-sungguh mencintai putrinya.“Tante harap kau bisa bersabar menghadapi Misha,” lirih Claudya, sedikit resah.Ia dapat melihat kekosongan rasa pada manik mata putrinya. Namun, ia percaya ketulusan cinta Dede, suatu hari nanti, akan mampu mencairkan kebekuan hati Amisha.“Jangan khawatir, Tante. Mohon doa restu Tante dan Om,” pinta Dede tulus seraya memandang Claudya dan Harist bergantian.Claudya mengangguk.
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Bab 17

Makan malam keluarga Harist berakhir dengan perasaan lega. Senyum bahagia menghiasi wajah Harist dan istrinya. Keputusan Amisha untuk menyetujui pernikahannya dengan Dede laksana sebongkah berlian yang berhasil ditemukan Harist dan Claudya, setelah bermandi peluh dan kehabisan tenaga, menggali di kedalaman kerak bumi yang nyaris merenggut nyawa.Amisha berbaring gelisah pada sebuah sofa panjang, yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tidur santai. Sofa berwarna cokelat gelap dengan corak kuning emas itu terletak di pojok Barat Laut kamarnya.“Apa yang telah aku lakukan?” Amisha seakan menyesali keputusannya menuruti kehendak kedua orang tuanya.Nasi sudah menjadi bubur. Pantang bagi Amisha untuk menjilat ludahnya kembali. Jika manusia tak mampu memegang teguh ucapannya sendiri, maka tak ada lagi yang bisa dipercaya dan tersisa dari dirinya.Tak peduli apa pun yang akan dihadapinya di masa depan, saat ini Amisha tak boleh melangkah mundur. Genderang perang untuk mengalahkan egonya tela
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Bab 18

FIUH!“Untung saja tidak ketahuan!” Dede mendesah lega.Ia tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Amisha andai tadi gadis itu menyaksikan dirinya sedang bekerja. Penyamarannya akan terbongkar. Parahnya lagi, semua usahanya akan berakhir sia-sia.“Terima kasih, Tuhan!” Dede menengadah, mengucap syukur karena Tuhan masih berpihak kepadanya.Rumah kediaman Harist dilengkapi dengan sebuah ruang kerja. Ruang di mana Harist tetap bisa menyelesaikan pekerjaan kantornya ketika ia berada di rumah. Ruang itu cukup luas.Sebuah lemari arsip ukuran besar berdiri gagah, hingga menyentuh plafon di dinding sebelah Timur. Lemari arsip itu dipenuhi puluhan atau bahkan ratusan dokumen yang tertata rapi dalam
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Bab 19

Harist, yang tengah asyik mengagumi ketampanan calon menantunya, menyipitkan mata saat melihat kekagetan Dede. Tampaknya Dede tertarik dengan salah satu foto dalam album itu, karena tanpa sadar ia tersenyum simpul setelah keterkejutannya hilang.“Amisha pernah belajar di SD A ya, Om?” tanya Dede seraya menunjukkan kumpulan foto berseragam sekolah dasar kepada Harist.Harist mendekat. Sejenak ia mengamati foto yang diperlihatkan Dede.“Iya, tapi cuma satu semester, kemudian pindah.”Senyuman Dede melebar mendengar jawaban Harist.“Boleh aku minta foto ini, Om?” tanya Dede, dengan tatapan penuh harap.“Tentu saja. Kau boleh mengambil foto mana pun yang kau mau.”Harist memberi kebebasan kepada Dede untuk memilih foto yang diinginkannya.“Terima kasih, Om. Foto ini saja.” Dede melepaskan foto itu dari album.Ia menatap tak berkedip pada sosok gadis kecil berambut pirang keemasan di dalam foto itu. Gadis itu adalah Amisha kecil.Amisha duduk bersandar pada sebatang pohon di hamparan padang
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Bab 20

‘Huh? Siapa itu?’Amisha menoleh ke sebelah kiri. Arah dari mana suara bernada lembut menyapanya.Tampak sebuah gazebo berbentuk unik berdiri anggun di sisi kiri fountain. Sebuah kursi taman dengan sandaran berbentuk ekor merak terentang indah, melengkapi keanggunan gazebo itu.Seorang lelaki berpostur tinggi dan gagah berdiri di tepi depan gazebo. Tangan kirinya bersembunyi di belakang tubuhnya, mengingatkan Amisha pada sikap bangsawan zaman kuno. Sangkaan itu diperkuat dengan pakaian kebesaran yang melekat di tubuh lelaki itu. Pakaian itu bergaya era Victoria.Pandangan Amisha terus naik. Lelaki it
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more
PREV
123456
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status