Semua Bab Diusir Keluarga Tiri, Dinikahi Konglomerat Dingin: Bab 151 - Bab 160

455 Bab

Bab 151

"Nona, kejadiannya bukan begitu ...."Wilson baru saja mulai bicara, kedua kaki Rhea telah terasa lemas dan jatuh terduduk di samping sofa. Dia menatap Wilson dengan mata berkaca-kaca. Memang benar dugaan Darwin, Rhea bisa mengatasi masalah sebelumnya dengan mudah. Jadi, tidak masalah jika mereka tidak memberitahukannya terlebih dahulu sebelumnya. Namun jika kejadian kali ini tidak mereka komunikasikan terlebih dahulu kepada Rhea, kemungkinan besar Rhea akan memanggil semua senior Keluarga Sasongko ke sini."Nona Aurel nggak meninggal, Tuan diam-diam mengantarkannya ke markas kedua. Tuan dibawa polisi hanya untuk melakukan pemeriksaan secara formalitas."Rhea baru menghela napas lega, lalu beranjak berdiri dan duduk di sofa."Kenapa Paman bisa terlibat kasus pembunuhan? Bukannya aku sudah berpesan untuk jangan biarkan Aurel dan Richie masuk? Kenapa mereka bisa menyusup?""Nona Aurel masuk dengan menggunakan riasan yang mengubah wajahnya. Mengenai kasus pembunuhan, Tuan dijebak oleh ses
Baca selengkapnya

Bab 152

Pria itu awalnya masih menyembunyikan sesuatu demi keluarganya. Namun setelah dilirik oleh Charlie, dia langsung mengungkapkan semuanya, "Dia juga bilang, kalau kami patuh, dia akan memberikan kami masing-masing satu miliar setelah semuanya selesai. Selain itu, dia bilang ada dua orang bernama Aurel dan Paula. Kami disuruh untuk tidak boleh melukai mereka. Terutama yang namanya Paula, kami harus segera melindunginya agar dia bisa pergi.""Lalu, apa lagi?" Pengawal itu berjalan maju selangkah sehingga membuat pria itu bergidik ketakutan."Selain itu, aku pernah mendengar orang itu bicara dengan bawahannya. Katanya, kalau Pak Darwin mau menanggung kesalahan demi Paula, mereka akan punya cara untuk menetapkan tuduhan itu kepada Pak Darwin. Kalau Pak Darwin nggak mau menanggung kesalahan, mereka akan membunuh Paula agar Pak Darwin semakin bersalah."Charlie dan Wilson saling bertukar pandang sekilas. Semua ucapannya sama seperti pengakuan pelayan lainnya. Saat Wilson datang, Charlie sudah
Baca selengkapnya

Bab 153

"Kemungkinan bahan peledak," tebak Paula. Sebab, dia mendengar Richie mengetuk kotak itu empat kali dengan jarinya ketika dia dijatuhkan, lalu bergumam samar-samar, "Peri kecil ...."Suara yang dia ucapkan sangat pelan, kemungkinan orang yang memukulnya tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Jadi, Paula juga tidak yakin apakah dia salah dengar atau terlalu banyak berpikir. Namun, "Peri Kecil" adalah game yang pernah dia mainkan sebelumnya. Paula ingat, ada sebuah level di dalam game itu yang sangat sulit. Paula kesulitan melewati level itu dan tersangkut cukup lama. Kebetulan Richie melihatnya dan mengejek kebodohan Paula sambil merebut ponselnya.Namun, Richie malah lebih bodoh darinya karena setiap kali selalu saja mati terkena bahan peledak. Di game itu ada empat lantai dan setiap sudut lantai menyembunyikan satu bom."Kenapa kamu bisa tahu semua ini?" tanya Winelli sambil membelalakkan matanya.Paula melambaikan tangannya, "Antarkan dulu benda ini, nanti kujelaskan padamu."Sulit se
Baca selengkapnya

Bab 154

"Jangan buru-buru, di mana alamat yang kalian temukan?" tanya Paula seraya menyuruh Wilson untuk duduk. Wilson tidak mau menuruti perintahnya. Setelah Winelli memberi isyarat pada Wilson, dia baru menarik napas dalam-dalam dan duduk. Setelah itu, dia baru memberi tahu Paula alamatnya dengan enggan.Dalam hatinya berpikir, 'Tuan benar-benar sudah salah menilai orang kali ini. Wanita ini berniat jahat ingin mencelakaimu! Aku benar-benar nggak ingin menuruti perintah Tuan untuk mematuhinya lagi.'"Orang itu nggak ada di sini, di sini cuma ada bahan peledak. Kalian hanya cari mati kalau ke sana," jawab Paula sambil menunjukkan gambar yang dibuatnya Dia juga baru kepikiran saat mendengar percakapan Winelli dan Wilson di telepon tadi. Di dalam game yang dimainkannya itu, musuh memiliki dua kastel. Salah satunya adalah tempat bosnya berada, sedangkan yang lainnya adalah kastel yang dipenuhi dengan bahan peledak. Namun, pemain biasanya akan langsung menyadari kastel yang lebih mencolok dan mat
Baca selengkapnya

Bab 155

"Sialan, jangan sentuh aku! Siapa kalian? Apa hak kalian menangkapku?" teriak pria itu sambil meronta-ronta. Wilson melemparkan pandangan tajam dengan tidak sabar, lalu menyuruh bawahannya untuk membungkam mulut pria itu."Nona Paula benar-benar hebat bisa melukis wajah orang ini sampai semirip itu. Kalau bukan karena lukisan Nona Paula, kita pasti sudah tertipu. Dia masih sempat mencari orang yang mirip dengannya untuk dijadikan kambing hitam, pemikirannya teliti sekali." Bawahannya menarik rambut pria itu dan memasukkannya ke mobil.Wilson melihat Richie digendong oleh bawahannya berjalan keluar dari gedung dan menyuruhnya untuk mengenali apakah pria yang mereka tangkap itu adalah pelakunya atau bukan. Dengan mata bengkak, Richie meludahi pria itu dan memakinya, "Bajingan! Akhirnya kamu jatuh ke tanganku juga! Akan kubunuh kamu!""Sudahlah, bawa pergi." Wilson menyuruh bawahannya untuk memasukkan kedua orang itu di mobil yang berbeda karena takut Richie akan membunuh pria itu.Setela
Baca selengkapnya

Bab 156

"Ayahnya adalah teman kuliah ibuku dan pernah berusaha mendekati ibuku. Hubungan kedua orang tuaku sangat baik, jadi ibuku menolak ayahnya. Hanya saja, ayahnya masih nggak mau menyerah dan terus mengganggu ibuku. Dia juga bahkan diam-diam bersembunyi di tempat tinggal ibuku dan berniat jahat pada ibuku. Ayahku sangat marah, jadi memukulinya habis-habisan dan mengirimnya ke kantor polisi." Sambil menyesap teh, Darwin memapah Paula untuk duduk di sofa.Paula menatapnya dengan kebingungan. Jarang sekali Darwin berbicara panjang lebar seperti ini. Apalagi masalah ini menyangkut tentang ibunya, Darwin juga sebenarnya tidak perlu menceritakan semuanya."Ternyata begitu," balas Paula mengakhiri pembicaraan ini. Tadinya dia hanya sekadar basa-basi menanyakannya, bukan ingin mencari tahu jawabannya.Namun, sepertinya Darwin tidak berpikir demikian. Dia mengangkat alis dan bertanya, "Nggak tertarik sama urusan keluargaku ya?" Nada bicaranya terdengar agak sedih."Itu masalah privasi ibumu, nggak
Baca selengkapnya

Bab 157

Usai bicara, Darwin bahkan melirik Paula sekilas. Paula merasa tak berdaya dan kesal. Sikapnya yang manja ini tidak terlihat seperti presdir yang berwibawa sama sekali."Kalau begitu, apa kamu mau istirahat dulu?" tanya Paula dengan sabar karena mengingat Darwin baru pulang dari kantor polisi. Darwin menepuk-nepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan Paula untuk duduk. Paula bahkan bisa membaca dari matanya bahwa jika dia tidak duduk dengan patuh dan mendengarkan ceritanya sampai selesai, mereka semua tidak akan bisa pergi dari sini."Teruskan ceritamu," timpal Paula sambil menyuguhkan teh untuk mereka berdua.Wajah Darwin tampak samar-samar di antara uap itu, sehingga memberi kesan yang lebih lembut ari biasanya. "Ceritanya sampai mana tadi?" tanyanya sambil menyeruput teh bak seorang pendongeng handal.Paula tidak kuasa menahan tawa melihat sikap Darwin yang tidak biasanya itu. Dia menjawab, "Sampai ayahmu membuat ayahnya dipenjara."Jika hanya masalah pertikaian asmara antara ayah m
Baca selengkapnya

Bab 158

Darwin mengangguk, "Memang sudah kejadian lama. Saat itu aku baru berusia sekitar 4 atau 5 tahun. Istri orang itu membawa anak-anaknya berlutut di hadapan ibuku dan memohon ibuku untuk menampung mereka. Kalau nggak, mereka pasti akan mati dipukuli oleh pria itu. Ibuku berhati lunak dan akhirnya menampung mereka. Kami membiayai hidup mereka selama tiga tahun dan bahkan memberi sejumlah besar uang kepada pria itu agar dia nggak datang untuk mencari masalah lagi dengan istri dan anaknya."Mata Paula berkaca-kaca menatap Darwin. "Setelah itu pasti ada sesuatu yang terjadi, 'kan?"Darwin menghindari tatapannya, lalu mengangguk dan melanjutkan, "Saat itu Keluarga Fonda masih di ibu kota dan bertetanggaan dengan Keluarga Sasongko. Ibuku sangat menyukai Cindy dan sering menyuruhnya untuk main ke rumahku. Suatu hari, aku berkelahi dengan anak orang itu demi Cindy. Pembantu di rumah menyadari luka di tubuhku dan langsung mengurung anak itu. Wanita itu awalnya sangat jujur dan lemah lembut, tapi
Baca selengkapnya

Bab 159

Jadi, itulah alasannya mereka langsung kepikiran untuk membalas dendam terhadap Darwin begitu memiliki kemampuan?"Ceritanya sudah selesai," timpal Darwin. Melihat Paula tidak bereaksi, dia berdiri dan berkata, "Ini adalah cerita pertamaku kepada anak-anak ya? Bisa dibilang ini pendidikan prenatal?"Paula terkejut hingga tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Masa Darwin menyebut cerita ini sebagai pendidikan?"Pendidikan prenatal? Apa yang mau kamu ajarkan pada anak-anak?"Darwin menjawab dengan malu-malu, "Mengajarkan mereka untuk bersyukur karena memiliki orang tua yang mencintai mereka."Paula benar-benar kehabisan kata-kata. Siapa yang bisa mengerti? Anak-anak bahkan belum lahir tapi sudah harus tahu bersyukur. Paula sendiri yang memutuskan untuk melahirkan anak ini, mereka adalah hadiah dari langit untuknya. Seharusnya Paula yang harus merasa bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya, bukan sebaliknya.Saat Paula baru saja hendak mengoreksi Darwin mengenai hal ini, dia melihat Darwin
Baca selengkapnya

Bab 160

"Benaran mau pindah?" tanya Darwin sambil menatap Paula, seakan-akan ingin menebak isi hatinya. Namun, Paula hanya menunduk untuk menghindari tatapannya. Paula bisa merasakan bahwa pertanyaan Darwin kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, nada bicaranya menyiratkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan antara kedua orang itu.Paula yakin bahwa perasaan ini bukan hanya khayalannya semata, juga bukan karena dia bertepuk sebelah tangan. Darwin juga pasti bisa merasakannya, tetapi Paula tidak yakin perasaan ini akan bertahan lama. Karena itulah, dia memilih untuk mundur."Ya," jawabnya pelan.Setelah cukup lama tidak ada tanggapan, Paula bisa merasakan bahwa Darwin sedang menatapnya dengan intens. Perasaan yang membuatnya tertekan itu membuat Paula tidak berani mendongak untuk melihat Darwin. Dia hanya bisa menunduk dan meminum supnya dengan diam.Suara keramik yang saling berbenturan terdengar sangat nyaring dan memecahkan keheningan di ruangan itu."Aku ingin tahu, kamu nggak memben
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
46
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status