Semua Bab AKU DAN BADAI PERNIKAHANKU: Bab 71 - Bab 80

87 Bab

Bab. 62

"TEGA KAMU, YA!!!" Raungan bu Helena setelah menampar putranya membuat Gavin hanya tersungkur, tertunduk dan tak berani menatap wajah murka dan terluka ibunya. Kecewa betul bu Helena dengan kelakuan anak satu-satunya ini. Sengaja bu Helena berkunjung ke kediaman anak dan menantunya. Bukan apa-apa, tapi wanita paruh baya ini mendapat banyak laporan dari luar tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh putranya. Kania tak bercerita. Belum. Kania belum ingin bercerita sebab ia belum melihat dengan mata kepala sendiri. Namun kahadiran mertuanya hari ini, memaksa bibir Kania untuk mengungkap kemarahan Gavin padanya beberapa hari yang lalu. Termasuk saat suaminya itu melemparkan kue ulang tahun itu ke atas lantai. Kania mungkin belum melihat dengan perempuan siapa suaminya bermain gila. Namun ibu mertuanya sudah melihat potongan-potongan gambar antara Gavin dan kekasih gelapnya itu. "Kenapa kamu setega ini, Gavin?" Geraman kemarahan bu Helena disertai isak
Baca selengkapnya

Bab. 63

Tak perlu Kania merekam. Tak perlu Kania mempermalukan lebih jauh lelaki yang telah ia layani cukup lama. Keributan dan kelakuan suaminya dan perempuan berambut pirang ini mengundang kehebohan para kryawan.Beberapa di antaranya nekat merekam kelakuan bos mereka dan tamu perempuan yang sudah mereka curigai sejak lama.“Pantasan sering datang.”“Kalau datang pasti lama banget di ruangan bos,”“ternyata perempuan gak bener.”“Pelakor mah nggak punya malu memang.”“Ya Allah, kurang baik apa bu Kania.”Ramai karyawan disini menggunjingkan bosnya sendiri.Raungan kemarahan bu Helena benar-benar membuat malu keduanya. Terutama selingkuhan putranya yang tak sempat memperbaiki pakaiannya tadi tapi sudah mendapat tamparan.Karyawan yang merekam bisa melihat dengan jelas bagian tubuh perempuan itu dan juga atasan mereka yang tergesa merapikan resleting celananya.Sungguh tak tahu malu dan tak tahu adab!“Astagfirullah, Mas. Sejauh ini dosa yang udah kamu lakukan,” Kania tersedu-sedu di antara
Baca selengkapnya

Bab. 64

Melihat lembaran pakaian yang belum sempat Kania masukkan kedalam lemari, buku catatan keuangan rumah mereka dan juga beberapa buah alat tes kehamilan yang pernah dibeli oleh Kania membuat Gavin yakin bila istrinya itu telah pergi dari rumah ini. "Ternyata tak perlu repot-repot mengusirmu, Kania. Maafkan aku. Aku memang tak pernah mencintaimu." Gavin bahkan tersenyum miris saat netranya tertumbuk pada alat tes kehamilan itu yang tak pernah menampilkan hasil garis dua. Mungkin saja memang ia tak ditakdirkan punya anak dengan Kania. Tapi nanti dengan Aline. Cukup lama Gavin memandang isi kamar tidur ini. Bukan karna mengenang apa yang pernah terjadi antara dirinya dan Kania disini, tapi ia mulai merancang barang-barang mana yang harus ia keluarkan dan barang-barang apa yang harus ia beli agar Aline bisa nyaman tinggal disini.Niatnya ingin menghubungi ibunya tentang kepergian Kania tanpa pamit, tapi lelah menderanya. Maka Gavin memilih memejam mata sebentar. Kelelah
Baca selengkapnya

Bab. 65

** "PEREMPUAN MANDUL, MISKIN, BUSUK. MATI AJA KAMU DI NERAK, ..." BRUKKK! "ALINE!"Tubuh Aline terpental keras mengenai pagar pembatas rumah makan itu dan trotoar sebelum terguling cepat ke tengah jalan dan terinjak sebuah sepeda motor yang melaju kencang. Tiba-tiba saja tadi ada sebuah truk pengangkut pasir yang kehilangan kendali dari arah pertigaan di depan toko baru itu. Mobil itu melaju tanpa bisa di rem dan menabarka Aline yang belum menyelesaikan sumpah serapahnya pada Kania.Setelah tubuhnya tertabrak dan terguling ke tengah jalan, motor yang melaju kencang dari arah kiri menginjak lagi tubuhnya yang terguling cepat ke badan jalan. Ban motor sport itu tepat mengenai wajah Aline di bagian mulutnya.Dar-ah berceceran dimana-mana seiring teriakan histeris Gavin dan keriuhan orang-orang yang berkerumun.Kejadian itu begitu cepat. Membuat pengunjung toko dan rumah makan itu keluar berhamburan melihat apa yang terjadi.Mereka ingat perempuan yang tertabrak tadi marah-mara
Baca selengkapnya

Bab. 66

Kepergian bu Helen hari ini membuat para tetangganya sangat terkejut. Sebab perempuan paruh baya itu tidak sedang sakit, hanya saja memang sesekali sering mengeluh pada salah seorang tetangga dekatnya bila kerap mengalami pusing karna tensi tinggi dan kolesterol.Namun bukan hanya itu yang membuat mereka terkejut, tapi juga kehadiran Gavin dan Kania yang dikawal satu orang polisi.Berita tentang perselingkuhan Gavin dan kecelakaan yang menimpa kekasih gelapnya sungguh membuat riuh suasana di rumah duka pagi ini.“Ada apa ini, Pak?” Pak RT sebagai pemimpin warga di lingkungan ini bertanya pada polisi yang ikut hadir. Lalu penjelasan polisi yang tadi meminta Gavin untuk ikut ke kantor polisi membuat semuanya tercengang tak percaya.“Padahal rumah tangganya bersama Kania baik-baik saja.”“Kami benar-benar nggak menyangka bila putra bu Helen selingkuh dan mendapat musibah hari ini.”Aib tentang perselingkuhan selalu menjadi bahan hangat untuk dibicarakan. Terutama di kalangan ibu-ibu.La
Baca selengkapnya

Bab. 67

** “Mas Gavin. kamu dimana, Mas?”Rasa nyeri dan sakit luar biasa yang Aline rasakan sekarang ini. Sekujur tubuhnya seolah memar dan benar-benar nyeri.Setelah mendapat penanganan dan dilakukan pemeriksaan, ternyata ada beberapa tulang di bagian tubuhnya retak. Bahkan tulang selangkangannya nyaris patah.Tubuh seksi yang ia bangga-banggakan untuk menggaet suami perempuan lain, kini tinggal kenangan saja. Kenangan yang diikuti rasa sesal.Bahkan Gavin yang selama ini selalu ada waktu untuknya dan tak pernah membantah inginnya, hingga dua hari ini belum muncul di rumah sakit.“Aku ingin mati saja. Sakittt,”Semua keluhan dan sesal itu hanya bisa sampai di tenggorokan wanita ini. Aline tak bisa mengeluarkan suaranya yang manja itu.Lihat, bagaimana perempuan ini harus menanggung derita dari perbuatannya yang telah mencaci maki Kania sedemikian rupa. Dia yang mennggoda suami orang, dia pula yang mencela dan meghujat istri lelaki itu.Diam dan kesabaran Kania telah membuat wanita ini mend
Baca selengkapnya

Bab. 68

“Kenapa dikunci, Mas?”Kania bertanya panik. Baginya , antara dirinya dan Gavin sudah tak pantas untuk berdua-duaan dalam kamar seperti ini.Bahkan ia gegas menyambar bergo yang tadi sempat ia lepas.“Kania. Aku mohon jangan panik begitu!”Gavin benar-benar seolah dihempas nelangsa. Pengadilan belum memutuskan perceraian di antara mereka, tapi melihat Kania membatasi diri sedemikian rupa membuatnya merasa seolah kehilangan.Baru sekarang merasa kehilangan. Bahkan kemarin-kemarin rasanya ia sangat tak sabar bisa segera berpisah dari istrinya itu.“Nggaj usah dikunci pintunya, Mas. Aku hanya mengambil daster lamaku di lemari kamu.”Bahkan Kania seolah enggan menatap lelaki yang beberapa tahun ini tiap hari menunggu kepulangannya dengan rasa rindu.“Ijinkan aku bicara sebentar, Kania.”Pelan sekali nada bicara lelaki ini. Seolah ia bukan Gavin yang kemarin-kemarin. Seolah ia bukan suami yang telah memberikan perpisahan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka.Gavin terus melangkah,
Baca selengkapnya

Bab. 69

"Mas," Aline coba gerakkan tangan. Berusaha memberi tanda pada Gavin yang berdiri tak jauh dari brankar tempat ia dibaringkan dengan bermacam alat penopang hidup. Hampir seminggu berlalu barulah lelaki ini datang menjenguk. Tentu bukan karna tak punya empati. Tapi kepergian ibunya yang mendadak seolah menjadi tamparan buat lelaki ini. Menjadi pengingat bila ia terlalu jauh menyakiti istrinya. Gavin yang melihat tanda dari Aline pun tak segera beranjak mendekat. Ia malah memilih mengamati wajah yang tiba-tiba berubah sedemikian rupa. Selain semakin kurus, wajah Aline juga terlihat lain dengan mulut tanpa gigi. "Kau harus menikahinya, Gavin. Saya dan Hera tidak mau tahu. Semua orang tahu kalian sudah berhubungan terlalu jauh. Video tak senonoh kalian bahkan sudah tersebar kemana-mana." Doni yang berdiri di belakang Gavin nampak berusaha menahan geram. Walau ia juga tahu pria manapun tak akan mungkin menikahi perempuan yang keadaannya sudah cacat begini.
Baca selengkapnya

Bab. 70

*** “Bagaimana dengan sidang cerai kalian?”“Sepertinya mas Gavin enggan melanjutkan. Mungkin selingkuhannya sudah nggak menarik lagi dimatanya.”Kania menjawab sambil menyeruput minuman coklat yang Sita bawakan. cuaca memang cukup panas hari ini. Bila siang hari panas, biasanya sore atau malam pasti hujan. Tadi sebelum Sita datang, Kania sudah mencuci pakaian kotornya dan menjemur di bagian belakang kost-kostan ini.Kania kemudian tersenyum miris saat mengingat saat mencuci tadi ia masih bertanya dalam hati siapa yang mencucikan pakaian kotor suaminya.“Bagaimana dengan kamu, Nia? Maksudku nggak ada salahnya memberikan kesempatan kedua, asalkan hatimu ikhlas.” “Entahlah, Sit. Hatiku terlalu sakit pada mereka.” Kania berhenti sebentar, berusaha menghalau air mata yang datang mengintip. “Kata-kata wanita itu kemarin mungkin nggak bisa aku lupa seumur hidupku.”Akhirnya embun di pelupuk benar-benar jatuh. Walau hanya setitik, tapi sudah cukup menandakan bila sakit itu benar-benar mem
Baca selengkapnya

Bab. 71

***“Apa sih, yang ada di pikiran kamu saat memilih menyelingkuhi Perempuan sebaik Kania?”Rahmat bertanya sambil menatap iba juga geram pada Gavin yang terlihat frustasi dan tak ada semangat.Lelaki itu terlihat menghembuskan dengan kuat asap nikotin yang dihirupnya kuat-kuat. Gavin sudah cukup lama tak mengisap tembakau. Namun bercelarunya pikiran akan perbuatannya sendiri membuatnya membeli sebungkus nikotin beraroma mentol kesukaannya dulu.Bahkan saking frustasinya, ia meminta Rahmat untuk dating mendengarkan keluh kesahnya.Keduanya duduk di balkon rumah berlantai dua ini. Balkon Dimana banyak meninggalkan kisah indah antaranya dirinya dan Kania. Keindahan yang hadir sebelum ia ciptakan badai dan menghancurkan segalanya.“Aku khilaf,” ucapnya sambil menghembuskan lagi kepulan asap putih dari bibirnya yang kecoklatan.“Heh? Khilaf?” Rahmat tertawa menyeringai. Jengkel rasanya. Ia juga lelaki jadi tahulah apa yang membuat Gavin sampai selena itu Bersama mantan masa lalunya. “Mana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status