Semua Bab Pengasuh Kesayangan Tuan Duda: Bab 141 - Bab 150

171 Bab

Perasaan yang Hancur

Sejak awal sebenarnya Claudia tahu usahanya tidak akan membuahkan hasil, tapi ia tidak sanggup melawan hatinya yang selalu menginginkan Malven, seseorang yang sayangnya tidak mungkin menjadi miliknya. Tapi, Claudia ingin mengatakannya setidaknya sekali saja betapa ia mencintai Malven. Kalau sudah mengungkapkan perasaannya dan pria itu tidak memiliki perasaan yang sama, setidaknya Claudia bisa menyerah dengan hati yang lebih damai.Claudia ingin memperjuangkan perasaannya agar tidak ada penyesalan, tapi kalau begini caranya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menghilang dari kehidupan pria itu dan kembali pada kehidupannya sendiri. Claudia menghapus air matanya dan menarik napas panjang berkali-kali, menenangkan hatinya yang bergejolak.Setelah agak tenang, wanita itu langsung bangun dan pergi meninggalkan restaurant, mengabaikan panggilan pelayan, meninggalkan sebuket bunga yang sebelumnya Claudia beli dan meninggalkan seluruh kenangannya bersama Malven di sebuah meja berlapis kain
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

Rumah Untuk Pulang

Takdir seolah kembali ke titik awal. Claudia menangis dalam diam ketika hujan mulai turun perlahan dan membasahi tubuhnya. Kenapa selalu hujan setiap kali Claudia patah hati? Ini bahkan bukan novel dan Claudia bukan pemeran utama di mana pun, tapi kenapa dunia seolah selalu menambah suasana murung dalam hidupnya? Rasanya seperti Claudia ditertawakan oleh alam semesta.Mungkin satu-satunya perbedaan dari kejadian kali ini adalah tidak ada pertemuan dengan Raga dan Malven. Claudia tidak berhenti di mana pun untuk berteduh. Ia lelah, seluruh tubuhnya terasa lemah dan air matanya tidak berhenti mengalir meski hujan menutupinya, tapi Clauda tidak bisa berhenti berjalan, berharap semua yang ia tinggalkan di belakang akan terbawa arus hujan dan tidak lagi mengganggunya.Entah Deon, Selena, maupun Malven, Claudia berharap tidak lagi merasa sakit karena mereka. Tapi, kemana ia harus menyembuhkan luka-lukanya?"Aku ... sebenarnya apa yang telah kulakukan?" Suara Claudia bergetar, "Kenapa aku ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

Sebentar Saja

Suara Claudia lirih terdengar. Keheningan menyelimuti setelahnya, Regan tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Claudia menyelesaikan ceritanya.“Dia orang baik, memperlakukanku dengan lembut dan hangat, tapi kenapa dia tidak mencintaiku? Ayah, memangnya aku tidak pantas dicintai?” Claudia bertanya dengan air mata berurai.Perasaannya benar-benar kacau kali ini, Claudia tidak tahu berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk menenangkan hatinya dan melupakan Malven. Tidak seperti ketika dikhianati Deon dan Selena, Claudia bisa melarikan diri dan bertemu dengan Raga yang mengobati sedikit demi sedikit luka di hatinya. Tapi, bagaimana dengan sekarang? Claudia mungkin bisa meninggalkan dan menghilang dari hadapan Malven, tapi ia tidak bisa berpisah dari Raga. Di sisi lain, kehadiran Raga membuat Claudia otomatis akan selalu mengingat Malven. Ia harus apa?Claudia terus mengatakan keluh kesahnya, setiap luka dan kisah tidak sempurna yang membuatnya menitikkan air mata, kenyataan tentang kepe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

Mulai Menata Hari

"Ayah mau berangkat sekarang?" Claudia yang sedang mencabuti rumput-rumput kecil di taman bunga belakang rumahnya, langsung berdiri saat sang ayah menghampiri."Iya, jadwal kali ini tidak bisa ditunda." Regan mendekat, membersihkan bekas tanah di pipi putrinya. "Tidak apa kan, kalau kamu sendirian?" Claudia tersenyum kecil dan mengangguk. Sudah satu minggu sejak ia pulang, kondisi tubuhnya membaik dan Claudia juga mengisi waktunya dengan mengurus taman di halaman belakang. Selama satu minggu itu pula Regan tidak pergi ke mana pun, memilih membatalkan kelas-kelas dan seminarnya. Ada banyak hal yang mereka bicarakan, hal-hal kecil, kenangan-kenangan manis di masa lalu dan rencana untuk berlibur bersama."Nanti Aira pasti ke sini, jadi jangan khawatir." Hari ini Regan akan berangkat ke Malaysia untuk menghadiri seminar yang juga dihadiri para ilmuan dari seluruh dunia, sebuah seminar yang hanya mengirimkan profesor terbaik dari negaranya untuk hadir. Acara itu juga sudah terjadwal seja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Hari-Hari Membosankan

Claudia Raline Elvina, direktur yang selama sembilan bulan menghilang begitu saja tanpa siapa pun mengetahui keberadaannya, kini kembali. Hal pertama yang Claudia lihat begitu turun dari mobil adalah balon-balon merah muda dan ungu menghiasi pintu masuk, beberapa staff keamanan berdiri berbaris membentuk jalan sembari menunduk, lengkap dengan pakaian hitam, earphone di telinga dan walkie talkie di kantung baju. Sebuah karpet merah membentang dari tempat Claudia berdiri hingga pintu masuk.“Selamat datang kembali, Direktur!”Belum sempat Claudia meneriaki para staff keamanan-nya, ia sudah disambut oleh suara keras yang membuat telinganya berdengung, membuatnya menyadari bahwa yang sedang berbaris bukan hanya staff keamanan, tapi juga para staff lain yang berdiri rapi di kedua sisi pintu bagian dalam. Wajah mereka tampak cerah, seolah baru saja menerima gaji setelah tiga bulan tidak dibayar.Claudia menghela napas, mulai menapakkan kaki di karpet merah dan melangkah, melewati para staff
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Panggilan dari Kakek

Claudia baru saja menutup laptopnya setelah menyelesaikan revisi terakhir sebuah proposal besar ketika ponselnya berdering. Ia melirik layar, keningnya mengernyit begitu melihat nama yang tertera. Opa Tersayang. Napasnya langsung terasa lebih berat. Sudah lama ia tidak berbicara dengan pria tua itu sejak keras kepala ingin menikahi Deon. Kakeknya sekarang mungkin akan mencecar dengan berbagai macam kata-kata setelah akhirnya Claudia kembali setelah beristirahat sejenak. Meski begitu, Cludia bersyukur kakeknya baru menelpon setelah satu bulan ia kembali. Dengan sedikit rasa cemas, Claudia menjawab panggilan itu. “Halo, Opa,” sapanya, mencoba terdengar santai meskipun hatinya sedikit berdebar. “Akhirnya kamu menjawab juga, Claudia!” Suuara tegas di seberang langsung menghentakkan telinga Claudia. “Apa kamu dan ayahmu sudah lupa siapa aku?! Aku sudah memanggil kalian berulang kali, tapi tak seorang pun dari kalian datang!” Claudia menghela napas, sedikit mengernyit mendenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Dua Garis

Claudia duduk diam di kursi belakang mobil, memandang pemandangan yang berganti-ganti di luar jendela. Jalan menuju kediaman kakeknya cukup panjang dan berliku, melewati bukit-bukit hijau dan desa-desa kecil yang seolah terjebak di masa lalu. Shouki, pengawal pribadinya, duduk di kursi depan dengan ekspresi serius seperti biasanya, fokus mengawasi jalan di depan. Namun, pikiran Claudia tidak berada di tempat itu. Kepalanya penuh dengan berbagai hal—pekerjaan yang ia tinggalkan, pertemuan yang tidak diinginkannya dengan pria yang tidak ia kenal, dan sesuatu yang baru saja terpikirkan olehnya. Sudah berapa lama? Ia mengerutkan kening, menghitung dengan jari di pangkuannya. Lima minggu? Delapan? Perasaan tidak nyaman mulai menjalar di dadanya. Claudia berusaha mengingat, tapi kepalanya terasa kacau. 'Tidak mungkin … aku terlalu sibuk untuk memperhatikan. Tapi, apa mungkin?' Claudia menghela napas panjang, menatap punggung Shouki dengan ragu. “Sho,” panggilnya akhirnya. “Ya, Non
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Harapan Kosong

Claudia berdiri di depan cermin kamarnya, memandangi bayangannya sendiri dengan tatapan yang sulit diartikan. Jemarinya secara refleks menyentuh perutnya yang masih rata, seolah berusaha merasakan kehadiran kehidupan baru di dalam sana. Perasaan cemas dan bahagia bercampur menjadi satu. Benih Malven. Pikirannya berputar ke arah pria itu lagi, namun Claudia cepat-cepat menggelengkan kepala, menyingkirkan bayangan yang hanya membuat dadanya semakin sesak. Setelah menarik napas panjang untuk menenangkan diri, Claudia melangkah keluar dari kamar. Beberapa pelayan sudah menunggunya di luar untuk mengantar ke ruang makan. Di sepanjang koridor yang panjang dan berlampu temaram, Claudia mencoba menguatkan hatinya. Ia tahu apa yang akan ia katakan malam ini bisa memicu kemarahan besar dari kakeknya, tapi ia tidak punya pilihan lain. Begitu tiba di ruang makan, Claudia melihat kakeknya sudah duduk di ujung meja panjang, menunggunya dengan wajah serius namun penuh wibawa. Meja makan sudah di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Identitas Claudia dan Ujian Phantom

Claudia duduk di tepi tempat tidur dengan tubuh bergetar. Air mata terus mengalir deras di pipinya, jatuh ke tangan yang menutupi wajahnya. Segala kenangan bersama Malven kembali menghantui, membuat dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin ia begitu bodoh? Malven tidak pernah benar-benar menginginkannya, dan kini ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa pria itu mencintai wanita lain—Zheva.Dengan isakan yang tertahan, Claudia menggenggam perutnya dengan tangan gemetar. "Aku akan menjagamu. Aku janji," bisiknya pada bayi yang ada di dalam dirinya, seolah mencoba menenangkan diri. Namun, rasa sakit di hatinya tidak kunjung mereda, hingga akhirnya tubuhnya yang lelah menyerah, membuat Claudia tertidur dengan mata sembab dan hati yang terluka.Ketika malam tiba, Claudia turun ke ruang makan setelah melewatkan makan malam bersama. Sang kakek, Adhamar Reynaldi, sedang duduk di perpustakaan pribadinya, meminum teh sambil membaca buku. Ia menoleh saat melihat Claudia mendekat, lalu tersenyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Omong Kosong Berbentuk Cinta

Adhamar mengangguk, senyum tipis bermain di bibirnya. "Tentu saja. Kamu tahu kalau aku lebih suka melihat bagaimana seseorang bertindak tanpa informasi lengkap. Itulah cara terbaik untuk melihat karakter mereka. Aku bahkan memastikan bahwa tak ada satu pun yang menyebut namamu secara langsung di hadapan mereka, bahkan Devan. Malven hanya tahu kalau wanita yang dijodohkan dengannya adalah cucuku, tetapi dia tidak tahu siapa namanya, apalagi latar belakangmu."Claudia mendesah berat, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kalau saja ia tahu soal ini lebih awal, mungkin semuanya tidak akan serumit sekarang."Hal itulah yang memberiku banyak informasi menarik," ucap Adhamar santai. "Termasuk kenyataan bahwa dia lebih memilih wanita lain daripada mencoba mengenal siapa sebenarnya calon pasangannya." "Dan sekarang Opa tahu jawabannya, alasan Malven menolak dan tidak tertarik. Dia bahkan mengatakan bahwa dia mencintai orang lain."Adhamar mendengus pelan, ekspresinya berubah dingin. "Cinta,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status