All Chapters of Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan: Chapter 191 - Chapter 200

212 Chapters

191

"Halo, Bik Wati?" sapa Mutia. "Mbak, Mbak Mutia! Nenek pingsan, Mbak! Nenek pingsan!" Suara teriakan bercampur cemas terdengar di seberang telepon membuat Mutia sangat terkejut sekaligus kuatir dan takut. "Apa, Bik? Kenapa nenek bisa pingsan? Bagaimana keadaannya?!" teriak Mutia dengan wajah yang sangat cemas. "Bibik tidak tahu, tadi baik-baik saja. Apa yang harus Bibik lakukan, Mbak?" tanya wanita di sebrang tak kalah cemas. Mendengar kecemasan dalam suara dan raut wajah Mutia, Fahri yang akan menyendokan makanan ke mulutnya tangannya mengambang di udara dan tidak jadi memasukkan makanan ke mulutnya. lelaki itu memperhatikan wanita di hadapannya dengan intens. "Sekarang bibik hubungi paman Furqon, minta tolong dia cari mobil dan bawa ke rumah sakit daerah. Tolong ya, Bik." "Baik, mbak!" Mutia langsung berdiri dalam keadaan linglung, apa yang terjadi pada neneknya? padahal tadi pagi sebelum dia shalat subuh neneknya masih menelponnya dan nada suaranya masih baik-baik saj
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

192

"Bik Wati, kenapa nenek bisa seperti itu, Bik?" tanya Mutia dengan nada yang sangat sedih. "Anu, Mbak. Tadi siang nenek kedatangan tamu seorang perempuan cantik. Waktu itu bibik ke belakang untuk membuatkan minum, tetapi setelah bibik kembali, nenek sudah terkapar dan perempuan itu sudah pergi dari sana." "Siapa? Siapa yang menemui nenek, Mbak?" tanya Mutia dengan suara yang menekan, matanya bahkan menatap tajam ke arah wanita itu. "Saya juga nggak tahu, Mbak. Dia datang naik mobil bagus, terus dia pakai baju bagus juga, penampilannya modern, pakai gaun pendek, rambutnya panjang dan ujungnya ikal, pokonya cewek itu cantiklah, mbak. Nampaknya nenek Rosida juga tidak asing sama cewek itu, dia bilang cewek itu cucunya." Cucunya? Mutia membelalakkan matanya. Kalau cucunya berarti dia adalah Evita. Kalau sudah menyangkut gadis itu tidak akan mungkin berakhir dengan baik, gadis itu pasti sudah membuat gara-gara pada nenek hingga wanita tua bisa Anfal seperti ini. Kepala Mutia lang
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

193

Mutia hanya bisa mengatakan hal-hal baik pada Diaz setelah mendengar perkataan lelaki itu yang begitu memiliki harapan tinggi pada proyek tersebut. Dia akan mengatasi kekuatiran pada neneknya sendirian, nanti ketika Diaz pulang baru dua akan memberitahunya, semoga nenek cepat sadar. Mutia masih menunggu neneknya di rumah sakit, Bik Wati bolak-balik membawakan keperluan Mutia, sementara Fahri akan balik lagi ke Jakarta untuk mengurus surat kepindahannya. Nanti kalau urusannya sudah selesai dia akan datang lagi menemui Mutia. Hari berganti, Mutia masih kuatir dengan keadaan neneknya. Hari ini Fadil dan Tasya datang ke rumah sakit daerah, karena kesibukannya, dokter Fadil sampai tidak sempat memeriksa ponselnya, baru tadi pagi dia sempat memeriksa ternyata mengetahui kabar dari Mutia, Tasya pun baru sempat pagi ini memberitahunya tadi malam lelaki itu juga pulang sudah terlalu larut malam. "Bagaimana keadaan nenek?" tanya lelaki itu dengan langkah tegap ke arahnya, sementara Tasya
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

194

"Mas Fahri, dokter sedang di dalam ruang ICU. Tiba-tiba layar monitor nenek berupa garis lurus. Aku sangat takut kehilangan nenek, Mas." "Sabar, Ra. Jangan seperti ini, kamu harus sabar dan ikhlas dengan apapun yang terjadi pada nenek, agar nenek tenang." Fahri memapah Mutia ke bangku tunggu dan mendudukkan di sana dengan perlahan dan mengelus pundaknya agar tenang. Fahri memberikan minuman hangat, Mutia terpaksa menyesapnya dengan perlahan. "Minum yang banyak agar kau tenang," ujar Fahri membujuk Mutiara. Beberapa saat kemudian seorang dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang perawatan nenek, Mutia yang tengah meminum air langsung menghentikan kegiatannya dan berlari menyongsong dokter, Fahri juga mengikutinya dari belakang. "Dokter? Bagaimana keadaan nenek saya?" "Maaf, Bu. Kami gagal menyelamatkan nyawanya, semoga ibu tabah menghadapi ini semua." "APA?!" Mendengar kabar itu Mutia tampak begitu shock. Hampir saja tubuhnya limbung kalau Fahri tidak cepat mena
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

195

Fahri menatap Mutia dengan perasaan iba, dengan perlahan lelaki itu mendekati Mutia dan menggenggam tangan wanita itu. "Ra, sebaiknya kamu beri kabar suamimu, kamu sedang hamil sekarang." Mutia yang menatap Fahri dengan terkejut, matanya yang sembab itu menyipit, spontan dia memegang perutnya. "Apa? aku hamil?" ujarnya dengan suara lemah. "Iya, kamu tidak mungkin mengatasi masalah ini sendiri, sekarang kita pulang ke rumah nenek, nenek harus diurus jenazahnya." "Kalaupun mas Diaz datang, itu tidak akan terkejar. dia sedang berada di luar negeri, dia sedang di Dubai." "Kalau begitu kita langsung urus jenazahnya, kamu kabari suamimu." "Dia tinggal tiga hari lagi di sana, kalau aku mengabarinya, dia tidak akan tenang di sana dan akan buru-buru pulang, kalau sampai dia meninggalkan pekerjaannya di sana, semua yang dia usahakan akan sia-sia. Biarlah nanti ketika dia pulang akan aku beritahu." "Ya, sudah kalau memang itu keputusanmu. Ayo, kita ambil nenek untuk dibawa ambula
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

196

Fahri Pergi ke pemakaman, Tasya dan Mutia menyusul, setelah pemakaman selesai, Tasya dan suaminya langsung pulang ke Jakarta. “Kapan Mas Fahri akan pergi ke luar negeri? Jadinya ditempatkan di negara mana?” Tanya Mutia setelah pulang ke rumah nenek dari pemakaman. “Belum tahu di negara mana, tetapi nggak sampai satu bulan aku sudah keluar SK ke sana.” Suasana rumah nenek begitu sunyi setelah tamu-tamu pergi dari sana, Bik Yanti dan para tetangga sibuk masak di rumah Bik Yanti untuk acara tahlilan kematian nenek. Mereka melarang Mutia ikut membantu, Mutia cukup tinggal di rumah nenek. Para tetangga yang menghadiri pernikahan Mutia cukup heran, karena lelaki yang menikah dengan Mutia kemarin bukanlah lelaki ini, tetapi mereka tidak ada yang berani menanyakan. “Mas Fahri kalau mau pulang silahkan, aku akan tinggal di sini selama tiga hari, setalah tahlilan nenek tiga hari baru akan pulang ke Jakarta.” “Tidak, Ra. Aku akan menemanimu selama tiga hari ini, melihat kondisimu yang sed
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

197

Diaz keluar dari pesawat yang membawanya dari Dubai menuju bandara Soekarno-Hatta. Dengan kerja kerasnya, juga sering lembur dan mengejar waktu, akhirnya belum sampai tiga hari dia sudah menyelesaikan proyek pembangunan stadion sepakbola di kota itu, nilai proyeknya memang ratusan miliar, namun di sana proyeknya juga mengambil bagian proyek untuk finishing dan desain interior stadion. Lelaki itu keluar dari tubuh pesawat, dia sengaja tidak memberi kabar pada istrinya untuk memberinya kejutan. Rasanya sudah sangat rindu dia menemui istrinya itu setelah satu bulan dia tinggalkan. Kaki Diaz yang panjang melangkah lebar, terburu-buru agar cepat sampai tujuan, Rais sudah menunggu di pintu kedatangan untuk menjemputnya. Setelah keluar dari pintu kedatangan, lelaki itu mengambil koper dan kembali berjalan sampai membuka aplikasi pesan, melihat pesan yang dikirim oleh Rais. “Kak Diaz?!” Panggil seseorang dengan histeris. Diaz menoleh ke arah asal suara, dia melihat Evita yang berlari m
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

198

Mutia selesai diinfus satu botol, dia sudah merasa tubuhnya enakan. Jadi Mutia memutuskan untuk pulang ke rumah, dia merasa tidak perlu dirawat lagi. "Kamu yakin sudah baikan? bagaimana kalau besok saja pulangnya?" tawar Fahri. "Aku sudah merasa baikan, Mas. Aku ini hanya sakit karena sedang hamil muda, selain itu tidak memiliki penyakit lain. Aku akan jaga kondisiku dan akan memaksakan diri untuk makan." "Tapi wajahmu masih pucat, apa kau bisa menjaga diri di rumah sendiri?" "Besok suamiku sudah pulang, aku tidak akan sendiri lagi." "Baiklah kalau begitu. Aku akan mengurus kepulangan mu dulu." "Tunggu, Mas!" Mutia meraih tas tangannya yang ada di meja kopi dekat tempat tidur, dia mencari kartu ATM, tidak enak kan kalau biaya rumah sakit juga dibayari oleh Fahri, dengan lelaki itu menemaninya selama ini saja sudah syukur. "Gunakan kartu ini untuk pembayaran." "Apa? tidak usah, biar aku yang bayar." "Jangan begitu, Mas. Aku sudah cukup bersyukur mas menemaniku dan m
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

199

Sampai di rumah tua, Diaz langsung turun, dia menyuruh Rais langsung membawa semua pakaian yang ada di rumah ini ke rumah baru yang sudah dipersiapkan untuknya dan Mutia. "Apa semua barang di sini dibawa semua, Pak?" "Ya, bawa saja. Semua mobil pengangkut barang!" Diaz mengambil ponselnya dan melakukan panggilan ke nomor istrinya, dia butuh penjelasan dari Mutia. dia tidak bisa hidup dalam prasangka seperti ini. Tetapi beberapa kali dia menelpon, ternyata ponsel istrinya itu tidak aktif sama sekali, rasa jengkel jelas menguasainya. Diaz keluar menuju mini market di lantai bawah, membeli minuman soda dan beberapa bungkus rokok. Ternyata barang-barang Mutia belum ada satupun yang berpindah ke rumahnya, berarti masih berada di rumah kontrakan Mutia itu. Sayang sekali Diaz tidak memiliki kunci rumah itu, dia hanya membawa kunci cadangan rumahnya. Selama ini Diaz memang tidak meminta Mutia memindahkan barang-barangnya ke rumah Diaz di sebelah, hal itu karena tanggung saja, dia te
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

200

Fahri yang sudah menjalankan mobilnya beberapa meter tersadar mana kala menatap bangku sampingnya, di sana teronggok tas wanita milik siapa lagi kalau bukan milik Mutia. Fahri segera memutar kembali mobilnya kembali ke rumah Mutia. Ketika mobilnya tiba, dia melihat dari kaca jendela mobil, Diaz tengah memasuki mobilnya dengan wajah yang teramat dingin, sepertinya lelaki itu menyimpan amarah yang tidak bisa diungkapkan. Apa yang terjadi? apakah mereka baik-baik saja? Fahri segera turun dari mobil, mengambil tas Mutia dan segera turun, dengan berlari dia menaiki tangga. Rasa kuatir nya ternyata terbukti, dia melihat di sana Mutia tengah duduk di lantai, dengan tangisan yang begitu pilu. "Tiara, ada apa? kenapa kamu menangis seperti ini?" tanya Fahri yang langsung meriah tubuh Mutia yang tengah menangis di lantai. Tetapi tubuh Mutia yang sudah lemas, semakin lemas tidak berdaya untuk berdiri. "Sudah kukatakan, kamu masih harus dirawat! aku akan membawamu ke rumah sakit lagi!"
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more
PREV
1
...
171819202122
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status