Semua Bab Sandiwara Pernikahan Sang CEO : Bab 21 - Bab 30
126 Bab
21. Keputusan Mendadak
Di dalam rumah, ternyata kakek Hendra sudah menunggu kedatangan mereka. Padahal tadi, saat mereka keluar dari gedung perusahaan dan meninggalkan acara, kakek Hendra masih ada di sana sebab acara memang belum selesai."Lidya, Ardiansyah. Bagaimana di luar, kalian aman?" Kakek Hendra menyambut mereka dengan senyuman hangat di wajahnya."Kami baik-baik saja, kakek. Terima kasih sudah datang menjemput kami," jawab Lidya dengan hormat - mengenai mobil sedan merah tadi."Ardiansyah, kakek sudah menyiapkan sesuatu untuk kalian berdua. Ada yang ingin kakek bicarakan," ujar Kakek Hendra serius.Ardiansyah dan Lidya saling bertatap muka, mencari tahu apa maksud dari kata-kata Kakek Hendra barusan."Sudah lama kakek ingin bicara dengan kalian berdua mengenai masalah ini," lanjut Kakek Hendra."Maksud kakek?" Ardiansyah bertanya, semakin penasaran."Kakek tua ini bukan anak kecil. Kakek sudah mengetahui tentang perjanjian antara kal
Baca selengkapnya
22. Bukan Sandiwara
"Apa maksudmu pergi?" tanya Kakek Hendra terkejut.Kakek Hendra juga bingung dengan jawaban cucunya tadi, tapi itu membuat Ardiansyah tertawa kecil."Bukankah kakek meminta kami menjalani pernikahan ini secara benar, bukan lagi sandiwara?" tanya Ardiansyah, membuat kakeknya mengangguk tegas. "Nah, kami mau pergi malam pertamalah!""Ehh, hahaha ... dasar bocah gemblung!"Seketika itu, kakek Hendra tertawa terbahak-bahak sedangkan Lidya membelalakkan matanya terkejut dan malu dengan jawaban suaminya.Semua tersenyum lega dan tersenyum bahagia. Kegelapan yang sebelumnya menyelimuti hubungan mereka berhasil ditembus dan kini cahaya kebahagiaan kembali bersinar di antara mereka.Lidya dan Ardiansyah merangkul satu sama lain, melepaskan keterpurukan bayang-bayang tentang sandiwara pernikahan mereka agar bisa melangkah maju bersama menuju masa depan. Sekarang mereka tahu bahwa cinta sesungguhnya tidak bisa dipaksa, ditentukan oleh status sosial atau kesepakatan hukum. Dan mereka pasti berdua
Baca selengkapnya
23. Terbuka
Lidya bangkit dari posisi tidurnya kemudian berjalan menuju ke arah pintu yang menghubungkan ruangan kamar sebelahnya. Ia bertekad untuk membuat semuanya selesai malam ini juga.Ceklek!Ardiansyah yang sedang memperhatikan layar laptopnya menoleh cepat saat mendengar pintu terbuka, lalu Lidya masuk."Ardi, apakah... apakah kamu baik-baik saja?" tanya Lidya dengan hati-hati."Hm ... Sejujurnya, Lid, aku masih mencoba menerima semua ini. Tapi aku sedang belajar untuk memahamimu, juga situasi yang kita hadapi." Ardiansyah berusaha terbuka, dengan menutup laptopnya dan fokus dengan istrinya yang berdiri di depannya."Duduklah," pintanya memberikan tawaran.Lidya duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut, lalu Ardiansyah berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju ke sofa dan duduk di sampingnya.Ardiansyah tersenyum tipis, tapi Lidya tidak bisa mengartikan senyuman tersebut. Apalagi menurutnya pribadi, pria yang telah menjadi "suaminya" itu memiliki kepribadian yang ganda sehingga cep
Baca selengkapnya
24. Virgin?
Tentu saja Lidya mengangguk pelan sembari tersipu malu, saat tangan suaminya itu kembali membelainya.Setelah membuat Lidya rileks, Ardiansyah membuka pakaian istrinya satu persatu secara perlahan-lahan. Menikmati setiap momen yang sebenarnya sudah ia nantikan."Ahh, Ard ...""Shttt ... tidak apa-apa," ujar Ardiansyah menenangkan istrinya yang gugup.Dengan sabar, Ardiansyah juga membimbing istrinya agar bisa membantunya melepaskan pakaian yang tersisa, kemudian setelah selesai, ia membuka satu persatu pakaiannya dengan tergesa.Pelan tapi pasti, Ardiansyah mulai melakukan apa yang sudah ia pelajari sejak lama meskipun belum pernah mempraktekkannya. Ia kembali mencium kening, turun ke hidung lalu bibir Lidya. Setelahnya ia membaringkan tubuh istrinya kembali dengan lembut.Dengan pelan-pelan dan penuh kesabaran, Ardiansyah mulai mengosok miliknya pada Lidya untuk pengenalan agar bisa membuat istrinya kembali mendesah nikmat. Tida
Baca selengkapnya
25. Jadwal Bercinta
Lidya tetap memejamkan mata sambil membiarkan tubuhnya yang tertutup selimut tebal. Namun pikirannya masih terus memikirkan kata-kata terakhir suaminya yang menggoda dan membuatnya merinding sendiri."Kenapa harus sekarang?" gumamnya dalam hati.Namun tak lama kemudian, terdengar suara air yang mengalir dari kamar mandi. Lidya merasa lega bahwa ia masih bisa mengambil beberapa detik untuk merenungkan semuanya.Namun tiba-tiba, suara pintu kamar mandi terbuka dan Ardiansyah muncul dari balik pintu, memakai celana training dan kaos putih yang masih saja membiarkan beberapa bagian tubuhnya basah oleh air."Bangun sayang," pinta Ardiansyah sambil memeluk istri tercinta, tapi tidak dengan membuka selimut.Lidya merasa nyaman dengan pelukan suaminya yang hangat. Namun sekarang dia harus bangun dari tidurnya dan menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya."Apa yang akan kamu lakukan, sih?" tanya Lidya penasaran - membuka matanya."Aku masih ingin bermain, sayang. Apa aku tidak memiliki hak
Baca selengkapnya
26. Kejutan
Lidya keluar dari kamar mandi setelah mandi dan bergabung dengan Ardiansyah dan kakek Hendra untuk sarapan pagi. Namun, hatinya masih teringat-ingat akan kejadian semalam dan ia merasa sangat malu saat bersama suaminya di hadapan kakek Hendra."Bagaimana tidurmu semalam, cucuku?" tanya kakek Hendra sambil tersenyum lebar."A-aku tidur cukup nyenyak, Kakek," jawab Lidya gugup."Apa kamu suka makan makanan seadanya untuk sarapan, Nak? Perlu kucarikan sedikit makanan tambahan?" tawar kakek Hendra."Tidak perlu, Kakek. Lidya sudah puas dengan apa yang ada," sahut Lidya sambil tersenyum kecil.Kakek Hendra hanya mengangguk mengerti dan kembali menyantap makanan di hadapannya. Namun, Ardiansyah tetap tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya saat melihat kakek Hendra yang terlihat seperti mencuri pandang pada Lidya."Ard, kamu kenapa diam saja?" tanya Lidya mencoba memecah keheningan."Oh, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kele
Baca selengkapnya
27. Memutuskan Pergi
Ibunya Lidya meninggal dunia saat ia berusia tiga tahunan. Setelah itu ayahnya merawat Lidya kecil sendirian hingga sering membawanya ke rumah besar keluarga Kusuma - keluarga Ardiansyah, sebab ayahnya Lidya adalah supir pribadi keluarga tersebut. Hal itu ia lakukan jika tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk menjaga Lidya - biasanya Lidya dititipkan tetangga.Tapi lama kelamaan, Ardiansyah merasa memiliki teman bermain jika ada Lidya di rumahnya sehingga meminta pada ayahnya Lidya untuk sering membawa Lidya ke rumah tersebut untuk menjadi teman bermainnya. Lama kelamaan, Ardiansyah justru seperti memiliki adik sehingga meminta pada papanya agar Lidya dan ayahnya ikut tinggal di rumah mereka.Permintaan Ardiansyah dikabulkan sehingga ia merasa senang bisa bermain dengan Lidya dari pagi hingga malam kecuali dia sedang pergi sekolah. Itulah awal kedekatan mereka pada waktu kecil dulu."Cup cup, sudah. Jangan khawatir, ya! Kamu pasti akan menjadi ibu yang
Baca selengkapnya
28. Keputusan Berat
"Ardi, aku tidak bisa. Kontrak ini sudah ditandatangani lama sebelum pernikahan kita terjadi. Aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku." Lidya menatap Ardiansyah serius saat suaminya meminta untuk mengubah jadwal syutingnya."Tapi Lidya, ini bulan madu kita. Aku ingin kita melakukan sesuatu yang spesial bersama-sama." Ardiansyah memandangnya dengan kesedihan di matanya. "Kamu tahu betapa pentingnya karier ini bagiku. Aku tidak bisa membatalkan syuting ini dan merusak reputasi ku sebagai seorang selebriti," jawab Lidya tegas.Mereka berdebat tentang kepergian bulan madu yang seharusnya dilakukan dua hari ke depan, terpaksa ditunda karena Lidya memang ada jadwal syuting.Lidya sendiri melupakan jadwal syutingnya tersebut karena sibuknya persiapan pernikahan dan memikirkan tentang gosip-gosipnya. Ia juga baru diingatkan kembali oleh manajernya satu jam yang lalu.Jadi beginilah jadinya, mereka berselisih karena waktu yang berbenturan an
Baca selengkapnya
29. Penguntit
Keesokan harinya, Lidya sudah mengantar Ardiansyah ke bandara kemudian kembali ke lokasi syuting. Ia bergabung bersama rekan-rekannya. Saat sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke set, ia dikejutkan oleh suara orang yang memanggilnya dari balik pintu."Lidya, aku perlu bicara denganmu," ucap orang itu dengan suara rendah.Lidya menoleh ke arah suara itu dan melihat seseorang yang mengenakan masker dan topi baseball. Ia merasa agak aneh dan takut, tapi berusaha tenang dan menghadapinya."Kamu siapa?" tanya Lidya curiga."Aku tidak bisa memberitahumu siapa aku karena aku tak ingin dikenali. Tapi aku ingin berbicara denganmu tentang Ardiansyah," ujar orang tersebut."Apa ada yang salah dengan Ardiansyah?" tanya Lidya dengan keras.Lidya merasa sedikit tidak nyaman karena orang yang berbicara dengannya sepertinya sedikit aneh dan dia juga tidak mengenalinya. Tapi dia tetap fokus untuk mendengar apa yang ingin dia sampaikan orang ter
Baca selengkapnya
30. Diserang Penculik
Setelah beberapa jam, matahari mulai terbenam dan mereka memutuskan untuk berkemas dan meninggalkan pantai. Namun, ketika mereka berjalan menuju mobil mereka, melalui jalan setapak yang menyelimuti pesisir pantai, mereka melihat pria itu muncul kembali."Dia mengikuti kita," bisik Lidya, merasa semakin cemas."Ayo kita berjalan lebih cepat," kata Ardiansyah mengambil tindakan.Namun, setiap kali mereka mempercepat langkah, pria misterius itu lebih cepat lagi mengejarnya. Hingga, Lidya dengan terpaksa menghentikan langkah.Lidya semakin ketakutan meskipun suaminya berusaha untuk tetap tenang dan memenangkannya. Tapi Lidya berpikir bahwa pria misterius tersebut adalah orang yang sama yang menguntit di lokasi syuting beberapa waktu lalu."Mungkin kita harus bertanya padanya, mengapa dia mengikuti kita?" ujar Ardiansyah sambil mendekati pria misterius itu."Tidak perlu, Ard. Ayo kita pergi dari sini," kata Lidya yang sudah tidak taha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status