"Sudah, Tan. Jangan seperti anak kecil. Salahmu sendiri yang membuatku terkejut dengan berita jika kalian akan segera menempati rumah baru. Kapan kamu membelinya?" Naren memisahkan Marissa dan Tristan yang terlibat cekcok kecil. "Tidak penting kapan aku membelinya, yang jelas aku dan Marissa setuju untuk segera menempati rumah itu," balas Tristan. "Ah, sungguh?" Tuan Baruna menimpali. "Rissa, katakan apa yang Tristan maksud itu benar," seloroh ayah mertuanya. Marissa mengangkat dagunya dan memandang ke arah pria yang mengajaknya bicara itu. "Benar, Pa. Kami akan belanja untuk mengisinya dan kami akan segera berkemas," jawab Marissa. Hal itu membuat Tristan semakin senang, dia merasa menang dan Marissa dalam genggamannya. Walau tak mudah untuk dikendalikan, tapi Marissa cukup mengetahui jika semuanya tidak serta merta sebuah hal yang bisa dia anggap kecil dan remeh. "Jadi, kamu memutuskan untuk pindah? Apa yang kamu inginkan, Rissa?"
Baca selengkapnya