Home / Romansa / AKU BUKAN ANAK AYAH! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of AKU BUKAN ANAK AYAH!: Chapter 71 - Chapter 80

82 Chapters

Bayiku Mirip Gatra

“Dokter … pasien sadar!”Aku mendengar seorang wanita entah di sisi kanan atau kiriku berbicara. Tunggu? Dokter? Di mana ini? Aku mulai takut, jantungku berdebar-debar cepat dan aku berusaha mengerakan tanganku.“Tambah obat biusnya!”Aku berhasil mengerakan tangan dan sesuatu yang kabur dan berwarna abu-abu muncul di atasku. Siapa? Apa yang berusaha mereka lakukan padaku? Aku harus berteriak. Aku harus memberitahu seseorang kalau aku ada di sini.Sebentar. Bukankah tadi aku mendengar suara Gatra saat semuanya mendadak menjadi gelap. Benar. Aku hanya perlu berteriak memanggil Gatra saja lagi. Gatra akan datang kalau mendengar suaraku.“Tidak apa-apa, Nyonya, Anda berada di tempat yang aman!”Setelah mendengar hal itu, kesadaranku kembali mengabur. Dan aku tengelam dalam mimpi aneh yang tidak kumengerti. Aku berada di rumahku di kampung. Pria yang aku panggil Ayah masih hidup dan duduk di bale depan rumah. Ibu tampak sangat cantik, tetapi dia tidak bersama Ayah. Dia bersama Pak Prana y
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Nama Anak Kita

Seolah tahu kalau makanan rumah sakit itu tidak enak, berdiri banyak sekali rumah makan dari berbagai daerah di depan gerbang rumah sakit. Aku jadi tidak mengerti kenapa tadi membawa mobil keluar sendiri. Seharusnya kusuruh saja sopir yang membawa Oma kemari membeli di depan.“Apa Ibu hamil bisa makan semuanya?” Aku berdiri di depan semua rumah makan nasi Padang dan terpana. Bukan hanya makanan berat saja ada di sini.Semua makanan seolah dipindahkan dari suatu tempat dan dipaksa berdiri saling berdempetan.Aku putuskan masuk ke rumah makan Padang tersebut. Tidak terlalu ramai karena jam makan telah berakhir. Aku melihat menu yang masih tersedia, kecuali beberapa yang sepertinya juga tidak disukai Ayu, masih ada menu lengkap.“Masnya mau pesan apa?” Seorang pelayan yang mengenakan celemek dengan nama rumah makan tersebut menghampiri.“Menu yang tidak pedas!”Selama menjadi suami Ayu, aku mendengar kalau wanita itu tidak pernah menyentuh makanan yang terlalu pedas. Muni bahkan selalu m
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Kontrak Kita Sudah Selesai

Setelah melakukan latihan berjalan pada hari kedua, Ayu malah semakin lincah saja dalam bergerak. Sehingga aku menjadi cemas kalau-kalau wanita itu mencoba untuk melarikan diri.Kontraknya selesai setelah melahirkan anakku.Setiap kali aku datang untuk membawakan makanan--yang kupilih sendiri dengan hati-hati sesuai perintah Oma--dan menemukan kalau wanita bernama Ayu itu tidak ada di dalam ruangan rawatnya, jantungku seperti berhenti berdetak.Hari ini juga begitu. Saat aku sampai pada jam makan siang setelah mengalihkan semua pekerjaan pada Erlan, Ayu tidak ada di kamar rawat inap. Bahkan tidak ada box bayi yang ada di sana.Aku melempar makanan yang kubawa ke sofa dan dengan panik bertanya pada perawat di meja jaga.“Ibu dan bayinya tadi sedang berjemur, Pak!”“Siang?” kataku tidak percaya.Perawat itu tersenyum dan mengangguk. Lalu ia membawaku ke tempat Ayu berada. Wanita itu tampak setengah tertidur memeluk bayi di pangkuannya. Seorang perawat berjaga di dekat Ayu kalau-kalau ka
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Gunakan Kepalamu!

“Aku tidak memiliki kesalahan! Aku hanya menyingkirkan penganggu di dalam rumah tangga kita!” Alina dengan tegas mengatakan hal itu padaku.Kalau saja ia mengatakan tentang penganggu yang berdenggung seperti lelat di telingaku dulu, yang menjelek-jelekan dirinya, dan tergabung dalam sebutan teman-teman Alina pasti aku sangat senang.“Dia bukan penganggu!” kata Alina dengan pasti.Aku tidak pernah mau mengakui di mana salahnya sehingga kehidupan rumah tangga bahagia yang berharap kujalani bersama Alina menjadi seperti ini. Namun, yang jelas semua tidak dimulai dengan kedatangan Ayu.Tidak. Semua tuduhan Alina pada Ayu sama sekali tidak benar.“Kamu hanya mencari kambing hitam saja!” kataku padanya.Aku menjauhinya. Pembicaraan ini sama sekali tidak pantas untuk dilakukan. Ayu sama sekali tidak menjadi masalah utama. Sejak awal masalahnya adalah Alina.“Kamu membelanya dengan terang-terangan?” Alina tertawa.Dulu tawa Alina sangat merdu di telingaku, bagaikan bidadari yang tengah berny
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bolehkah Aku Berharap Padamu?

Aku memirigkan kepala sama sekali tidak mengerti kenapa Gatra tersenyum seperti orang bodoh di depanku begini. Aku yakin kalau sedang tidak bermimpi. Aku sangat sehat saat ini dan sudah terbebas dari pengaruh obat tidur.“Bunga itu untukku?”Gatra mengangguk. “Kamu tidak suka?” tanyanya.Tidak. Aku sangat suka dengan buket yang tampaknya dikerjakan dengan sepenuh hati oleh pembuatnya itu. Yang tidak akan mengerti adalah keberadaan buket bunga tersebut saat ini.Aku telah tenggelam dalam dugaan selama semalaman tentang kontrakku dengan Gatra. Anehnya aku sama sekali tidak gembira dengan fakta kalau sebentar lagi aku tidak akan bertemu dengan pria ini.Aku merasa sedih.“Apa aku salah memilih bunganya?” Gatra bergumam sendiri saat ini. Ancungan bunganya yang setinggi dadaku tadi mulai turun hingga ke pinggang dan wajahnya tidak berseri lagi kulihat.“Aku hanya terkejut!” kataku jujur.“Kenapa kamu terkejut?”Apa aku perlu bertanya padanya kapan ia memberiku bunga. Itu sudah lama sekali
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Sudah Saatnya Pergi

Keanehan yang kurasakan pada Gatra juga kurasakan pada Oma. Namun, setiap kali aku merasa begitu. Aku juga selalu memperingatkan diriku untuk tidak terlalu menerima semuanya.Aku tidak boleh terbiasa dengan sikap lembut orang-orang padaku.Aku habis menyusui bayi itu, anakku dan Gatra. Wajahnya semakin hari semakin mirip saja dengan Gatra. Saat menandangnya seperti ini muncul keinginan di dalam hatiku untuk membawanya bersamaku.Bolehkah aku dengan egois meminta anak ini pada Gatra.Aku segera tahu kalau jawabannya tidak. Aku tahu kalau keegoisanku hanya akan melukaiku jika kulakukan semakin dalam. Makanya setelah selesai menyusui, aku memberikan anak itu cepat-cepat pada perawat.“Nyonya tidak mau mengendongnya lebih lama?” Muni bertanya padaku.Aku mau, tapi aku tidak bisa melakukannya. Maka aku diam saja.“Aku boleh jalan-jalan, kan?” Aku bertanya pada Muni.“Boleh Nyonya. Saya mendapatkan perintah dari Dokter untuk mengawasi sesi terapi Anda. Luka operasinya masih belum kering, An
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Kenyataan

Aku tertidur selama perjalanan. Begitu aku bangun, tak ada satu pun pemandangan yang aku kenali. Semuanya begitu asing, tetapi juga tidak kubenci karena indah.“Ini di mana?” tanyaku pelan sambil menguap dan mengucek mata.Bekas operasi cesarku tiba-tiba saja terasa sedikit nyeri sekarang. Aku mengerang sedikit, menengadah menatap langit-langit mobil. Beberapa kali aku mengambil napas panjang, berusaha menepis rasa sakit yan datang. Lalu pada akhirnya aku berhasil bertahan sedikit.“Kamu baik-baik saja?”Aku berusaha tersenyum pada Pak Prana, tetapi yang berhasil tercipta di mulutku hanyalah seringaian. Perlahan aku beringsut keluar dari mobil. Sedikit pusing saat pertama kali kaki ini menginjak tanah.“Kemarilah, aku akan memapahmu!” kata Pak Prana masih dengan perhatian yang terlihat tulus di matanya.Aku mundur selangkah hingga punggungku terbentur badan mobil. Kehangatan dan perhatiannya mengangguku. Aku tidak terbiasa dengan kebaikan hati seperti yang dipancarkannya saat ini.“Ak
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Titik Temu

Berapa lama waktu yang diperlukan manusia untuk melupakan hal yang ingin dilupakan?Selama apapun aku memikirkannya, aku sama sekali tidak memperoleh jawaban dari apa yang aku inginkan. Aku tidak bisa melupakan hal yang ingin kulupakan walau berusaha setiap hari sekuat tenaga.Bagaimana bisa orang-orang berkata dengan mudah kalau manusia harus melangkah maju?Sudah tiga bulan. Benar. Suah tiga bulan sejak aku meninggalkan rumah Gatra. Luka cesar sudah kering sepenuhnya. Kalau aku merenung masih akan tiba-tiba berdenyut, tetapi hanya itu saja. Tidak ada hal yang lebih lebih dari itu.Benarkah? Yah … aku hanya mengatakan sesuatu yang angkuh saja. Sebab setiap kali luka itu berdenyut aku jadi ingat wajah anakku yang mirip Gatra. Aku jadi ingat Oma. Dan saat sendirian, aku jadi ingat suamiku.Ah … apakah aku masih bisa menyebutnya sebagai suamiku sekarang? Aku kabur loh. Aku melarikan diri dari manusia yang aku sebut suamiku itu karena takut. Aku takut harus mendengar dari mulutnya sebuah
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Tidak Ada Tempat Untukmu Kembali

Aku segera kembali ke rumah, meninggalkan segala pekerjaan yang ada di kantor. Pencarian ini lebih penting. Dan aku benar-benar harus bersiap jika tidak ingin kehilangan Ayu lagi.Suara putraku terdengar begitu aku masuk ke dalam rumah. Tampaknya dia terbangun dari tidurnya atau sudah saatnya anak lelakiku itu makan malam. Beberapa pelayan berlarian dengan nampan. Dan tak lama Oma muncul dari kamar yang harusnya dihuni Ayu dan putraku.“Ada apa, Oma?” tanyaku sedikit binggung karena Oma tampaknya dalam keadaan marah.“Wanita itu … kenapa dia tidak pergi dari rumah ini setelah kamu ceraikan!” teriak Oma di depan wajahku.Aku tahu betul siapa yang Oma maksud. Aku juga tidak mengerti kenapa Alina bertahan di tempat ini setelah kami bercerai. Bahkan sikapnya menjadi lebih baik pada Oma dan aku. Tentu saja itu tidak berlaku pada putraku dan Ayu.“Apalagi yang dilakukannya?”“Aku tidak melakukan apapun!”Aku menoleh lekas ke arah suara yang kukenali sebagai milik Alina. Wanita itu berdiri d
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Aku Mencintaimu, Aku Akan Katakan Berulang Kali

Apa aku melakukan kesalahan? Aku jelas pergi seperti yang diinginkan?Aku sangat terkejut begitu melihat Gatra di halaman. Tanpa mempedulikan apapun, aku berlari pergi. Tapi, aku bisa tahu kalau orang-orang itu berteriak-teriak mencegahku untuk berlari. Hal yang tidak kuhiraukan sama sekali.Namun, pada akhirnya aku tersandung dan tergolek di atas gundukan pasir pantai. Secubit pasir masuk ke dalam mulutku, rasanya tidak menyenangkan dan aku terbatuk-batk karena hal itu.“Apa yang terluka? Ada yang sakit?” Suara penuh kekhawatiran yang kemudian disusul dengan penampakan wajahnya hanya beberapa inci di depan wajahku terlihat.Sial!Dorongan untuk berteriak dan memaki mendesak keluar. Akan tetapi, yang lebih dulu terlaksana adalah menangis. Aku tahu. Sebab pandanganku menjadi kabur karena itu. Aku terisak.“Kita ke rumah sakit! Tidak. Aku melihat tempat praktek dokter saat dalam perjalanan kemari!” katanya sambil mengenggam kedua bahuku, menarikku untuk berdiri.Aku mendorongnya hingga
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status