“Stevan, tanganmu terluka!” Elisa refleks meraih tangan Stevan dan melihat beberapa luka terbuka di sana. Bekas darah yang keluar terlihat dibiarkan mengering begitu saja. Tak ada perban maupun kain kasa yang membungkusnya. “Bukan urusanmu!” sergah Stevan kasar, menarik tangannya dan sedikit menjauh dari jangkauan gadis itu. “Apa-apaan itu? Bukan urusanmu. Bukan urusanmu,” cibir Elisa tanpa suara, menirukan ucapan Stevan barusan dengan bibir meleyot. Dia sebal menghadapi sikap Stevan. “Sudahlah, biarkan saja. Hidupnya bukan urusanku, hidupku bukan urusannya. Lagi pula, dia tidak kesakitan sama sekali. Mungkin dia memang sengaja melukai tangannya sendiri,” gumam Elisa sambil membalikkan badannya. Toh, kelihatannya Stevan tidak berniat untuk menjawab maupun berbicara lagi dengannya. “Selamat malam, Stevan. Selamat istirahat,” pamit Elisa tanpa menyadari kemarahan pria itu. Dia ingin segera berendam air hangat dalam bathtub setelah melewati hari yang cukup melelahkan. “Badanku pegal
Last Updated : 2023-08-10 Read more