Semua Bab Kamu Pasti Menyesal, Mas!: Bab 21 - Bab 30

31 Bab

Bab 21. Mertua yang Baik

Rumah tanpa perabotaan ini terasa lenggang dan tak enak dipandang, namun aku harus tetap di sini, hingga esok hari tiba. Besok rencananya aku akan menempati salah satu rumah yang telah kubeli dari hasil menjarah suamiku yang tukang selingkuh itu. Sore ini aku ingin berkunjung ke rumah orang tua Mas Bambang, yang jaraknya sekitar satu jam dari siniSudah hampir tiga bulan aku nggak ke sana, dan kuharap ini adalah kunjungan tetakhirku. Tepat di samping rumah mertuaku itu, terdapat rumah adik iparku, Bella. Kedua mertua dan adik iparku itu, sangatlah baik kepadaku, namun sayang Mas Bambang telah berkali-kali menghianatiku, jadi dengan berat hati, aku harus berpisah dengan mereka.Dalam perjalanan ke sana, aku melihat seperti Ria tengah berboncengan dengan seorang laki-laki, dia melingkarkan tanganya erat pada perut lelaki itu. Penampilannya kini pun nampak tak seperti biasanya saat dia berada di kompleks. Kali ini dia menggunakan hotpant jeans super pendek dipadu dengan atasan kaos sup
Baca selengkapnya

Bab 22. Bangkrut

Pagi ini, rencananya aku akan pindah ke rumah baruku. Setelah shalat subuh, aku langsung memasukkan tas-tas berisi pakaianku ke dalam mobil, agar tak dilihat oleh para tetangga. Hari ini aku akan membuka lembaran baru, karena bagiku Mas Bambang itu sudah mati, hilang bersama semua kebohongannya.Sengaja aku nanti tak akan berpamitan kepada tetangga, karena nanti malah akan menjadi runyam dan ada yang mengadu ke Mas Bambang, seperti saat aku menjual perabotan kemarin. Biarlah seiring berjalannya waktu, mereka akan tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tanggaku ini.Akan kutinggalkan semua kenangan manis, yang pernah terukir di rumah ini. Kenangan manis yang mungkin sesungguhnya hanyalah tipuan Mas Bambang belaka. Kenangan selamanya akan tertanam di hati, namun tidak untuk diulangi. Dan yang pasti, aku harus bisa mengambil pelajaran dari semua yang terjadi ini.Tepat pukul tujuh, aku telah bersiap berangkat, kebetulan aku juga kemarin telah meminta seorang asisten rumah ta
Baca selengkapnya

Bab 23. Show Must Go On

Show Must Go On"Tapi saat ini aku butuh uang Mas, nggak banyak sih cuma dua puluh juta saja. Aku juga punya hutang sama temanku, hari ini harus di kembalikan. Gimana kamu bisa ngasih nggak uang itu hari ini?""Uangku itu sudah habis, Dek. Paling di ATM juga cuma sisa satu juta saja, itu pun untuk pegangan dan transport besok. Apa temanmu itu nggak mau nunggu sampai aku pulang, setelah jual mobil 'kan bisa kota sisihkan sedikit buat nyaur hutang temanmu itu, Dek. Eh iya kamu kemarin kan jualin perabotan,uangnya lebih dari dua puluh juta kan? Pakai itu saja nanti pasti kuganti." Bujuk Mas Bambang.Hem...memangnya kau pikir aku ini Vivin yang dulu? Yang nurut saja sama semua maumu? Semua manusia itu berubah jadi yang lebih baik Mas, bukan jadi yang lebih bodoh."Uang jualin perabotnya kan uda aku buat beli perabotan baru, Mas. Pokoknya kalau kamu hari ini nggak bisa ngasih aku dua puluh juta, lusa aku juga nggak akan maulah minjemin mobil buat kamu Mas. Males banget deh, mending sekaran
Baca selengkapnya

Bab 24. Melenceng dari Perkiraan

Pagi hari di rumah baru ini, kurasakan sedikit berbeda, karena letak muhalla yang jauh dari rumah, maka mulai sekarang aku shalat subuh di rumah saja bersama Bik Lastri, kebetulan dia tadi mau saat kuajak shalat berjamaah, Alhamdulillah.Hari ini, rencananya aku tak akan pergi kemana-mana, karena kondisi rumah juga masih berantakan, dan banyak perabot yang belum tertata pada tempatnya. Tapi orang tuaku janji nanti mereka akan datang ke sini. Aku juga nanti malam akan mengadakan sedikit syukuran atas pindahan rumah ini. Dengan memberikan bingkisan pada tetangga, kemarin aku juga sudah memesan catering, untuk ini.Saat akan mulai bersih-bersih, aku menengok sebentar handphoneku yang sudah sejak sore kemarin kubiarkan begitu saja di dalam tas. Ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dan juga chat dari Mas Bambang, namun semua itu tak kuhiraukan. Untuk apa mengurusi hak tak penting seperti ini, karena bagiku dia itu kini hanyalah sampah, yang kini sudah kubuang pada tempatnya.Handp
Baca selengkapnya

Bab 25. Benar-benar Sampah

subuh di rumah orang tuaku ini amat khas, mengingatkan dengan masa kecilku dulu. Sebelum azan subuh berkumandang, Ibu pasti akan mengetuk pintu kamarku, agar segera mandi sebelum melaksanakan salat subuh berjamaah di sebuah ruangan yang khusus hanya digunakan untuk salat saja.Setelah melaksanakan salat, kemudian membaca ayat suci alquran. Kemudian kami akan jalan-jalan bersama mengitari kampung. Karena memang suasana pagi hari di kampung ini, udaranya masih sangat fresh dan sejuk. Jadi banyak warga dari kampung lain yang setiap pagi datang ke sini hanya untuk jalan-jalan saja.Setelah selesai jalan-jalan, aku pun membersihkan diri, dan siap membantu Ibu memasak dan membersihkan rumah. Meski telah ada Bik Lastri, rasanya tetap tak afdol jika tak ikut membantu memasak di pagi hari. Tapi sebelumnya, kubuka dulu handphoneku, ternyata banyak sekali chat dan panggilan tak terjawab dari Mas Bambang. Chat tak kubuka dulu, namun aku penasaran dengan hasil pengintaian kamera yang ada di rumah
Baca selengkapnya

Bab 26. Penggerebekan

Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang
Baca selengkapnya

Bab 27. Sedikit Bimbang di Hati

Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih
Baca selengkapnya

Bab 28. Sakit Apa?

[Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di
Baca selengkapnya

Bab 29. Kau Aman

"Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p
Baca selengkapnya

Bab 30. Mas Bambang Sakit

Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status