Home / Romansa / Dendam Membara Kekasih CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dendam Membara Kekasih CEO: Chapter 41 - Chapter 50

214 Chapters

Apa Ini? Adegan Romantis Seperti Dalam Drama?

Di tengah hujan yang berjatuhan dari awan, mereka ikut menari di dalamnya. Seorang pria yang memiliki wanita di rumahnya, menunggu kepulangan sang pria itu. Tapi yang dia lakukan sekarang malah menggendong wanita lain. Walaupun hujan, itu bukan berarti kesengsaraan untuk Leo. “Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa dia tidak mendengarkanku untuk menurunkan tubuhku?” batin April kesal. Adegan romantis yang sering ada di dalam drama, April tidak menyukainya jika dia harus melakukan hal romantis dengan pria ini. Tanpa April sadari, hal ini menguntungkan April untuk misinya. Tapi April malah terus mengumpat pria ini di dalam hatinya. Mereka menepi di bawah pohon. April mengernyitkan keningnya heran. “Apa dia ingin kita mati?” batin April. “Setidaknya, disini kita berteduh,” ungkapnya dengan wajah yang polos. “Kita akan mati.” Leo membelalakan matanya mendengar ungkapan April yang tiba-tiba. Yang benar saja, kenapa mereka harus mati, ketika mereka berhasil menghindari kematian tadi? p
Read more

Pria, Wanita Dan Mie Instan

“Ramyeon meokgo gallae?” DEG! DUAR! Jika Leo adalah anime, dia harus menyemburkan darah dari hidungnya. Pertanyaan April yang membuat Leo berdebar. Beruntung, leo bukanlah karakter fiksi. Dia adalah manusia yang jika merasa malu lalu berdebar, hanya sel darah merah yang merangkak naik ke atas wajahnya. “Hah! Hahaha! Bercanda!” April terus menertawakan Leo yang terus menerus merasa malu itu. Dia bahkan sempat melempar setu cup mie ke tubuh Leo. April tidak berpikir rasa apa yang Leo inginkan. Tapi walaupun begitu, Leo ikut tertawa. Dia mulai melupakan semua hal yang mengganjalnya. “Kemarilah, Leo,” panggil April. April mengambil mie instan milik Leo itu, lalu membantu untuk menyeduhnya. Lagi-lagi, April tidak peduli jika orang-orang memiliki takaran air, bumbu dan kepedasan yang berbeda. “Ini adalah mie favoritku. Saat aku bekerja di tempat kerjaku yang pertama, aku makan mie ini setiap hari,” ujar April sambil tersenyum walaupun yang dikenang adalah masa pahit. Sebelum Ap
Read more

Satu Kamar Untuk Berdua? Bagaimana Ini?

Di sebuah penginapan hotel … April dan Leo sedang memesan kamar untuk mereka, masing-masing. “Selamat malam, Kak. Kami ingin memesan dua kamar untuk malam ini saja. Apakah kalian memiliki dua kamar yang kosong?” tanya April kepada sang Resepsionis itu. “Malam, Kak. Kami hanya memiliki satu kamar yang kosong untuk saat ini,” balas Resepsionis itu. April dan Leo pun saling menatap satu sama lain. Mereka berdua tidak ada yang merasa nyaman jika harus tidur bersama. Walaupun nanti mereka tidak perlu tidur satu kasur, karena mereka bisa meminta kasur tambahan untuknya. Tetap saja, satu atap, satu ruangan. Bohong, jika Leo tidak akan melakukan hal gila. “Jika Anda sepasang suami istri, Anda—” “Berikan kami kunci kamar itu,” sanggah Leo dengan cepat. Transaksi mereka pun selesai. Sementara itu, April masih terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Leo. Walaupun ini sangat darurat, tetap saja, kenapa Leo terlihat tidak keberatan. Dia juga memasang wajah yang dingin. “Ada apa d
Read more

Manipulatif

“Jangan memanggil orang yang sedang mandi. Itu tidak sopan,” balas April dengan nada yang kesal. Siapa yang berani memanggil April saat sedang mandi kecuali Ibunya dulu. Itupun karena ada urusan mendesak. Seorang pria asing mengetuk pintu dan memanggil orang yang sedang mandi. Sungguh, April ingin segera pergi. Leo orang yang menjengkelkan lebih dari Angga. “B-baiklah,” jawab Leo dengan suara yang kecil. Ternyata, Leo hanya ingin memberitahu April bahwa Leo akan pergi dari hotel itu dan membiarkan April menginap seorang diri. Leo sudah bulat dengan keputusannya. Dia juga bekerja sama dengan resepsionis dan mengatakan bahwa Leo datang seorang diri. “Camilla akan menjemputku, karena mobilku rusak. Kemudian, April bisa tidur sendirian. Aku lebih khawatir jika dia bersamaku,” katanya. Tidak perlu lama untuk Leo menunggu kedatangan istrinya itu. Dia sudah datang lebih cepat dari dugaan. “Huh, apakah aku pria yang tidak memiliki perasaan? Aku seolah-olah sedang menyakiti perasaa
Read more

Menyusup Ke Kamar Hotel Wanita

Sementara itu, di hotel, April sedang membaca surat dari Leo. Surat itu berisi, “April, maafkan aku. Aku meninggalkanmu di hotel ini sendiri. Kita tidak mungkin tidur bersama dan kamu juga terlihat tidak nyaman saat aku mengiyakan resepsionis tadi. Maaf karena membuatmu tidak nyaman sejak pertama kali kita tiba di restoran. Maaf membuatmu harus menginap karena kita sempat kecelakaan. Aku akan mengemudi dengan baik nanti. Aku pergi bersama Camilla. Tenang saja, dia tidak tahu apa-apa. Dari Leo.” “Cih!” April memutar kedua bola matanya. Meremas surat itu dan membuangnya ke sembarang arah. Sambil membuka kimononya, dia berbaring di kasur tanpa mengenakan satu helai kain pun. Lalu, dia menatap atap langit itu dengan smirk nya. “Biar aku tebak, Leo. Kamu takut hilang kendali, bukan? Padahal aku sudah menyiapkan diri dengan baik. Aku sudah memakai banyak parfum, aku juga sudah berpikir dengan lama aku harus apa,” kata April yang malah dia terlihat sedikit kecewa. April mengangkat
Read more

Bukan Siapa-Siapa Tapi Berani Meminta Penjelasan

“Aku mengikutimu sejak awal,” balas Angga. “Kenapa?” tanya April dengan ekspresi yang takut. April juga mendorong tubuhnya ke belakang. “Itu karena kamu pergi dengan bajingan itu. April, aku meminta izin untuk memecat Leo sekarang. Seperti yang kamu bilang, dia tidak akan mati jika hanya tidak bekerja di perusahaanku,” ujar Angga. Angga terus mendorong tubuhnya ke depan. Dia membuat April terpojok dengan tubuh yang tingginya itu. “Jangan. Akan ada masalah antara kamu dan Tomi. Bukankah Leo anak dari Tomi? Tomi mungkin akan mendesakmu atau bahkan mendesak Mawar untuk membuatnya kembali di perusahaan kamu,” balas April. April berhasil lepas dari cengkraman Angga. Dia pergi ke tempat tidur dan mulai menyelimuti tubuhnya dengan ketat. Sekarang, April terlihat seperti manusia salju. Hanya wajah cantik dan imutnya yang terlihat. Angga duduk walaupun memunggungi tubuh gadis itu. “Apa kamu melakukan sesuatu disini? Dimana dia menyentuhmu? Bagaimana perasaanmu setelah itu? Apa kamu mul
Read more

April Curiga Kepada Leo, Tentang Pembunuhan Orang Tuanya

“Apa kamu tidak tidur?” tanya April. “Aku sudah tidur tadi siang, bukan? Di rumahmu?!” balas Angga. “Ah, kau benar. Aku masih punya rekamannya saat kamu tertidur.” April mulai menggodanya. Rekaman Angga yang sedang tertidur seperti peri. April punya senjata untuk membuat Angga merasa malu. Padahal, Angga selalu tidur dengan wajah yang tampan. Hanya saja, Angga tidak merasa percaya diri. “Baiklah, aku ingin berbicara dengan serius. Ada yang ingin kukatakan kepadamu, Angga. Dan ada yang ingin aku pinta darimu,” kata April. Kini, Angga sedang mendengarkannya dengan serius. “Saat aku menunggu Leo yang pergi ke kamar mandi, aku menemukan ponsel lain milik Leo,” ujarnya. Angga menyipitkan matanya sambil berpikir. “Maksudmu dia memiliki ponsel yang lain?” tanya Angga untuk memastikan. April mengangguk sebagai jawaban dari Angga yang benar. “Kau tahu? Siapa yang menghubunginya?” tanya April. “Tomi.”“Binggo!” jawabnya dengan satu jentikan jarinya itu. “Dia memberikan pesan tentang
Read more

Sebentar, Kenapa Pria Ini Malah Tidur Di Sampingku?

Angga membantu April untuk berdiri. Laki-laki tetap sama pikirannya ketika melihat hal itu. Angga langsung membuang muka setelah melihat apa yang sedang April pakai itu. April menutupi dadanya, lalu berkata, “Dia yang memberikan aku pakai ini,” ungkapnya sambil mendesah. Angga menoleh pada pakaian seksi itu. “Harusnya aku membeli baju yang pantas untukmu. Aku kesal, pria itu sepertinya sengaja membelikan kamu baju dengan model yang seperti itu. Untuk sementara, pakailah dulu. Besok pagi akan ada baju kerja untukmu. Setelah itu, aku akan membakar pakaian murahan itu,” ungkapanya. Jujur, bukan berarti Angga juga tidak pernah membelikan pakaian seksi itu. Tapi karena yang memberikannya adalah Leo, Angga merasa marah. Dia tidak mau tubuh April terekspos bebas di depan Leo. “Kita akan bekerja besok, ya?” tanya April sambil melihat jendela yang setengah tertutup oleh gorden putih itu. “Kenapa? Kau tidak ingin bekerja?” tanya Angga. “Kamu bisa tinggal di rumah selama beberapa hari terle
Read more

Sisi Lain Angga

BUGH! “Jangan! Pergi ke kamarmu, sekarang! Aku tahu kamu punya kamar sendiri, jadi kenapa kamu malah tidur di sampingku?!” jerit April. Setelah gadis itu menendang milik Angga yang akan menjadi masa depan cerahnya, April juga memegang kanvas bunga. Dia hampir mengayunkan kanvas bunga itu dan berniat menakuti Angga dengan berpura-pura akan melemparnya. “Ugh, b-baiklah. Jangan menendangku seperti itu. Ini adalah teman yang akan membuat kita memiliki anak, April—” “Cukup! Jangan katakan itu lagi! Pergi ke kamarmu, sekarang!” teriak April dengan wajah yang ngeri. Ya, April jika sudah benar-benar marah maka manusia tidak bisa membedakannya bahwa April ini manusia atau Iblis. Dia sangat menakutkan, dan Angga menyadari itu. “B-baiklah. Tolong simpan kanvas bunga itu, ya. Aku akan pergi ke kamarmu sekarang. Ah! Ya, seperti itu. Tolong simpan itu,” ucap Angga. Angga menahan rasa sakitnya setelah di tendang April. Angga lupa, bahwa April pernah belajar bela diri, jadi April sangat ku
Read more

Tendangan Gadis Penuh Dendam Yang Mematikan

Keesokan harinya, Angga mengetuk pintu kamar April. Ini masih pagi, dan untuk mereka pergi bekerja hanya membutuhkan waktu selama empat jam lagi. Tapi Angga adalah orang yang terbiasa bangun pagi, bahkan jika dia memiliki waktu dua jam untuk tidur kemarin. TOK! TOK! “Aku Angga. Aku mengantarkan baju kerja untukmu,” ujar Angga kepada April yang sedang membuka pintunya. April terbangun karena suara ketukan pintu. Rambut gadis itu seperti singa, tapi April tetap cantik dengan wajah tanpa make up nya. CEKREK!April mengambil wajah April dengan kameranya. Angga puas tertawa, karena dia akhirnya memiliki koleksi foto April yang baru. Lebih unik dan lucu karena wajah April ini tanpa make up dan dengan rambut yang naik. “Hey, kenapa kamu malah bercanda pagi-pagi seperti ini? Ugh, harusnya aku menendangmu lebih keras kemarin. Milikmu, tidak apa-apa?” tanya April yang sedang mengambil pakaiannya itu. “Maksudmu ini?” Angga menunjukan benda yang tertutup celananya itu. BUGH! April melempa
Read more
PREV
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status