Home / Pernikahan / Jodoh Dari Anakku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jodoh Dari Anakku: Chapter 11 - Chapter 20

94 Chapters

Bab 11 Rujuk

Rama menyenggol bahu kakaknya. "Ada apa? Kayaknya serius banget.""Bukan urusanmu. Ngapain, sih, kesini lagi?" Sahut Ines ketus."Jangan ketus-ketus banget sama adikmu. Nanti kalau aku udah nikah Mbak pasti kesepian karena nggak ada yang ngajak main Icha.""Ck.." Ines memandang sinis Rama lalu pergi meninggalkan Rama. Maryam sudah terlalu lama bicara di luar. Ia takut Maryam kenapa-kenapa atau tengah bimbang.Ines menyusul keluar.Seperti dugaannya, Maryam sudah selesai bicara. Wanita itu sedang termangu menatapi ponsel. Maryam memang tengah bimbang. Ia mengambil keputusan untuk tidak bertemu laki-laki yang telah banyak menggoreskan luka di hatinya itu. Juga luka pada anak-anaknya.Maryam bertanya soal keputusannya apa sudah benar pada Ines. Ines menggeleng lalu memeluk Maryam. "Kamu perlu waras untuk tetap hidup dan mencari kebahagiaan bersama anak-anak kamu. Dan dia hanya akan merusak kebahagiaanmu. Biarin aja dia cari cara pulangnya sendiri." Kata Ines. Ia melepas pelukannya. "Mati
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

Bab 12 Membuka Cerita Lama

"Ceritanya panjang. Alasan saya tidak bisa pulang setelah pergi dinas itu karena saya di guna-guna oleh salah satu warga di tempat dimana saya dinas. Saya di guna-guna dan dinikahkan paksa dengan gadis disana. Maafkan saya, Yah. Saya mau lepas darinya, saya masih ingin sama-sama sama Mar."Ujar Enggar tanpa mempedulikan perubahan raut kedua lawan bicaranya.Pak Ahsin dan istrinya terlihat sangat enggan mendengar cerita dari mulut Enggar. Mereka tak peduli. Enggar mau dipaksa menikah atau sukarela menikah dengan gadis lain, tanpa itu semua mereka sudah kecewa dengan laki-laki itu karena telah menyusahkan anaknya."Saya selalu diancam agar tidak keluar dari desa itu. Mereka selalu bilang mau celakain Maryam kalau saya nggak menuruti kemauan mereka. Mereka punya ilmu hitam yang kuat, Yah." Terang Enggar."Kalau begitu apa yang kamu lakukan disini sekarang? Kamu harus menuruti mereka agar anak saya tidak celaka. Lagipula, anak saya pasti lebih kesusahan kalau kamu disisinya." Tukas Bu Ahsi
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

Bab 13 Awal Mula Petaka

Tiga tahun yang lalu, Enggar datang bersama beberapa rekannya menangani proyek yang akan berjalan di pedalaman Kalimantan. Sebuah pembangunan jembatan yang melibatkan perusahaan tempatnya bekerja.Itu adalah proyek pertama Enggar yang berada di luar provinsi, luar pulau bahkan. Dan juga, kali pertama ia harus berjauhan dalam kurun waktu yang lama dengan keluarganya.Dalam kunjungan itu Enggar dan rekannya harus menginap di rumah-rumah warga karena terbatasnya fasilitas penginapan dan akses jalan yang buruk jika harus bolak balik ke kota. Dan juga demi efisiensi waktu dan biaya operasional.“Proyek ini merupakan hasil lelang dari pemerintah setempat, kalau biasanya lelang akan dimenangkan oleh yang bertaruh paling mahal, namun, untuk jenis lelang proyek dari pemerintah seperti ini kita main di harga paling murah. Yang bisa memberikan RAB dan biaya operasional termurah dia lah pemenangnya. Dan perusahaan kita yang menang. Jangan harap dapat tidur nyenyak di hotel ber-ac. Bisa dapat kasu
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

Bab 14 Firasat

Pedalaman Kalimantan, saat ini..4 hari kemudian..PYAARRRRPRANGGGBRAKKK"Fifi!!" Ibu-ibu paruh baya berlari setelah mendengar suara gaduh di rumah anaknya yang hanya berjarak lima langkah dari rumahnya sendiri. "Kamu kenapa? Kenapa semuanya berantakan begini, Fi? Ada apa denganmu?!" Ibu itu adalah ibu Fifi sekaligus ibu mertua Enggar. Ibu itu menyapu seluruh ruangan yang berantakan karena si anak. Ibu Fifi memeluk Fifi dari belakang dan menghentikan gerakan yang hendak melempar barang-barang lagi."Enggar keterlaluan! Dia berani bohongi Fifi." Teriak Fifi histeris."Bohong apa? Kemana suamimu?" Tanya Ibu panik mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah panggung itu."Enggar akan terima akibatnya!" Desis Fifi dengan suara ketatnya. Matanya melotot memerah menatap ibunya. "Fi! Ada apa? Jangan marah begini. Ngomong baik-baik." Bujuk sang ibu. "Enggar menemui mantan istrinya. Enggar bohong soal kerjaan itu, Enggar kembali ke pulau itu dan menemui istrinya!" Fifi berteriak. Am
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 15

Untuk kali pertamanya Rama melihat Maryam muncul di depannya dengan wajah kusut dan penuh kekhawatiran. Biasanya, perempuan itu akan selalu berpura baik-baik saja dan selalu rapi."Sampe lupa ada orang disini.. Buru-buru banget." Gumamnya saat Maryam melewatinya begitu saja.Rama melirik jam di tangannya. Sudah lewat dari waktu yang ia janjikan. Rama ikut bergegas pergi ketika Salma selesai berpamitan padanya.Orang yang hendak ia temui telah duduk rapi menyesap minuman di cafe di depan matanya. Rama merapatkan bibirnya. Ia siap dengan apa yang akan ia dengar."Selamat sore." Sapa Rama."Selamat sore, Pak Rama?"Kedua orang itu saling berjabat tangan."Ya. Saya. Maaf saya terlambat." Kata Rama."Saya juga belum lama. Silakan duduk.""Saya langsung saja. Saya mau dengar apa yang sebenarnya terjadi beberapa tahun silam." Kata Rama. Hasil yang dimintanya pada bawahannya beberapa hari yang lalu sudah ia pegang. Lalu bertemulah ia pada orang di hadapannya ini yang katanya mengerti benar ce
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Bab 16 Semakin Terluka

"Tante. Kenapa nangis?" Tanya Icha.Maryam menggeleng tapi air matanya justru semakin menderas. Firasatnya sudah tak enak sejak semalam. Pikirannya terus tertuju pada orang tuanya tapi ia tak sempat pulang. Lalu tiba-tiba kabar duka itu datang menghantam dadanya hingga sulit bernapas.Icha berlari masuk memanggil mamanya. "Ma. Tante Maryam nangis banget. Aku nggak tau kenapa."Ines langsung berdiri meninggalkan Salma dan Fatih tak sempat memperhatikan raut Salma yang tiba-tiba cemberut."Mama nangis?" Tanya Salma.Icha menyadari kesalahannya. Seharusnya ia tak mengatakan terang-terangan di depan Salma soal mamanya. "Salma di sini dulu sama Mbak. Mama Salma biar ngomong sama Mamanya Mbak Icha dulu, ya?" Kata Icha.Salma mengangguk dan langsung tertunduk. Apa karena papa lagi? Pikir Salma.Maryam menunduk dengan memegang ponselnya sangat erat. "Ada apa, Mbak? Mbak Mar kenapa?" Tanya Ines."Ayah. Saya-, Ayah saya. Saya ma-u pulang." Jawab Maryam terbata. Air matanya semakin deras mengali
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Bab 17 Datang Lagi

"Ayah. Mana ayah, Bu?""Di sana. Ayo." Ibu Ahsin menuntun anaknya. Saat melewati Rama, Ibu Ahsin memandang Rama cukup lama. Dan Rama mengangguk sebagai sapaan.Ia undur diri memberikan waktu untuk Maryam berduka. Menahan diri untuk memperkenalkan diri dan kembali ke mobil setelah mendapat jawaban soal jadwal pemakanam ayah Maryam pada salah seorang warga.Maryam tak menangis. Melihat wajah pucat sang ayah yang sudah diliputi kain kafan Maryam justru tak menangis. Ia mengusap wajah ayahnya. Duduk bersimpuh di samping jasad sang ayah lalu menunduk."Ayah. Maafkan Mar belum bisa membahagiakan ayah. Mar minta maaf karena jarang mengunjungi ayah. Mar..." Maryam tercekat. "Mary minta maaf karena dulu tak mendengar kata-kata ayah. Maafkan Mar, Yah... Mar akan hidup lebih baik setelah ini. Mar akan berusaha."Ibu Ahsin tersedu di belakang Maryam. Maryam menoleh ke belakang dan menggenggam tangan sang ibu.Mereka hanya berpandangan cukup lama lalu kembali berpelukan. Banyak kata-kata yang ingi
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Bab 18 Membuka Luka Masa Lalu

"Maryam.." Sapa Enggar.Maryam dan Ahmad menoleh bersamaan. Kedua matanya sama-sama melebar dalam waktu yang bersamaan pula."Ngapain kesini lagi?" Ahmad melonjak berdiri. Ia hendak menubruk Enggar tapi tangan Maryam dengan cepat mencegahnya. "Kak..." Sela Maryam. "Biar Maryam aja yang ngomong."Ahmad, kakaknya, memilih masuk ke dalam untuk memberikan waktu adiknya berbicara. Terlanjur berhadapan. Pikir Maryam. Jika bisa tidak ditemui maka Maryam tak akan pernah lagi menemui Enggar. Namun kali ini ia akan mendengar apa yang akan dituturkan oleh Enggar serta apa yang laki-laki itu inginkan. Hanya itu.Maryam tak ingin mendengar soal masa lalu lagi. Baginya ia telah tenang dengan kehidupannya saat ini meski tertatih membesarkan dua anak sendirian. Ia tak ingin mendengar alasan kepergian Enggar meski ia sangat ingin dulunya."Mau ngomong apa?" Katanya saat telah berhadapan dengan jarak yang lumayan."Aku minta maaf, Mar..." Ucap Enggar lagi, Tapi matanya tak benar-benar menatap Maryam
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Bab 19 Mengajak Ibu Pulang

"Maryam sampai kapan ada di sini, Bang?" Tanya Rina dengan suara melengking begitu Ahmad masuk. Mereka terlibat percakapan di dalam rumah sementara Maryam di halaman bersama Enggar. Ahmad tersentak. "Bisa dipelanin suaramu?" Ibu lagi istirahat. "Sampai kapan mereka di sini? Kamu nggak tau omongan tetangga mulai membicarakan maryam yang janda dan bawa dua laki-laki kemarin? Aku nggak nyaman. Aku keberatan juga sama anak-anaknya disini. Makannya banyak." Dengus Rina. Ahmad berhasil membujuk Rina agar orang tuanya tinggal bersama mereka dua tahun lalu. Meski Ahmad sendiri sangat keberatan dengan keputusan itu. Tapi sedikit ada rasa tanggung jawab dan iba kepada orang tua dan Maryam. Maryam hidup sendiri karena suaminya yang katanya sedang tugas keluar kota bertahun lamanya. Adik laki-lakinya sibuk membangun bisnis sana-sini yang tidak pernah berhasil. Malah seringnya ia tertipu dan uangnya dilarikan. Hasilnya, ia menumpuk hutang yang sangat banyak dengan rumah orang tuanya yang dijadi
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Bab 20 Rentetan Kejadian

Maryam mengikuti langkah ibunya ke kamar beliau. Tentu bersama kedua anaknya. Mereka mirip sekali iring-iringan pawai. Dengan baju yang kebetulan berwarna-warni. Kamar itu bukan termasuk kamar tidur yang besar. Hanya ukuran 2x3 meter yang awalnya difungsikan sebagai ruang ibadah. Hanya muat satu kasur single sempit dan lemari plastik yang pendek dan lebar dengan pintu yang tersisa satu penutup. Yang lainnya telah hilang entah kemana. Maryam pun ikut serta tidur bersama-sama dengan ibunya dan kedua anaknya di kamar itu. Sesak dan pengap. Maryam duduk bersama putra putrinya di kasur tipis seperti biasa. Salma mengambilkan mainan dan beberapa buku untuk mengalihkan perhatian anak-anak itu. Cat kamar itu telah usang dan menggelembung-gelembung berisi jamur-jamur yang tumbuh di balik cat itu. Baunya menusuk hidung. Tak nyaman dan pengap. Maryam mengamati tubuh ibunya dari belakang. Ibunya sedang menghadap lemari yang baru Maryam sadari isinya telah kosong. Lalu si ibu membuka satu pintu
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status