Home / Romansa / Bangkitnya Suamiku yang Perkasa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 61 - Chapter 70

884 Chapters

Bab 61

"Tentu saja kenal, dia sering main sama kami. Nial dan Clara sangat akrab, apakah dia ada cerita?" Sabai seperti sedang memancing di air keruh."Kata Nial hubungan mereka biasa saja, tidak sedekat itu." Anisa tampak kaget."Dia bohong. Anisa, kamu harus pikirkan baik-baik. Kenapa tiba-tiba dia mau berinvestasi di perusahaanmu? Kamu tidak merasa ada yang janggal?" tanya Sabai."Maksudmu ... ini jebakan?" tanya Anisa.Sabai menggelengkan kepala. "Kamu harus mempertimbangkan secara keseluruhan. Di dunia ini tidak ada hal yang gratis. Kamu tahu sendiri apa yang telah kamu lakukan kepada Clara. Sekarang kakaknya datang dan bilang mau berinvestasi. Kamu tidak takut?""Takut." Anisa mengangguk.Sabai mengangguk. "Kamu harus pikirkan baik-baik. Ayo, kita makan. Theo, aku sudah selesai ngobrol sama istrimu. Sini, makan!"Anisa tersentak saat mendengar kata "istrimu" ....Setelah semuanya duduk, Sabai mengambil sebotol anggur merah. "Anisa, mau minum?"Anisa menggelengkan kepala. "Aku tidak minu
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 62

Uangnya sudah habis? Bukankah mereka mengambil semua maharnya?Anisa menarik napas panjang, lalu menjawab panggilannya.Begitu Anisa menjawab panggilannya, Aida langsung bertanya tanpa basa-basi, "Anisa! Kamu mencuri sistem Super Brain yang dikembangkan Ayah?"Suara Aida terdengar mengerikan.Emosi Anisa pun menyulut, dia tak sungkan-sungkan membalas Aida. "Kamu masih berani menelepon aku? Pamanmu korupsi, tanya saja berapa banyak uang yang dia curi! Polisi sedang menyelidiki kasus ini!""Apa urusannya sama aku? Lagi pula dia yang korupsi, bukan aku! Aku cuma mau kamu mengembalikan sistem Super Brain! Anisa, kamu harus mengembalikannya kepadaku!" Aida berteriak.Anisa mengerutkan alis, kenapa tiba-tiba Aida meminta sistem Super Brain?Meskipun berteriak, suara Anisa terdengar seperti orang yang sedang ketakutan."Aida, kamu di mana?" tanya Anisa.Tangisan Aida pun pecah. "Anisa, tolong aku. Aku dan Leo sedang di kasino, dia ditangkap. Kalau kamu nggak kasih sistem Super Brain, mereka a
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 63

Theo tahu semua kebohongan yang Anisa katakan kepada kedua penculik itu.Apakah benar Theo yang melakukannya? Theo juga mengincar sistem Super Brain?Begitu memikirkan kemungkinan ini, keringat dingin menetes membasahi keningnya.Anisa langsung menutup telepon dan beranjak keluar dari kamar.Sabai dan Theo sudah selesai makan, mereka sedang merokok.Begitu melihat Anisa, Sabai langsung mematikan api rokoknya dan menyapa, "Anisa, mau ikut ngobrol?"Anisa mengangguk, lalu berjalan ke arah mereka. Sesampainya di depan Sabai, Anisa berkata, "Aku mau bicara berdua sama Theo."Sabai tertegun. Maksudnya ... Anisa mengusir Sabai?Sabai terpaksa bangkit berdiri dan berkata, "Baiklah, aku cari udara segar di luar. Kalian ngobrol saja."Setelah Sabai pergi, Anisa duduk dan langsung bertanya tanpa basa-basi. "Leo baru meneleponku. Dia berjudi di kasino dan sekarang ditangkap. Mereka mau memotong jarinya, mematahkan tangannya ... entahlah! Aku nggak ingat, intinya mereka mau menyiksa Leo."Theo sud
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 64

Sistem Super Brain adalah hasil kerja keras ayahnya. Anisa tidak akan membiarkan siapa pun mencurinya.Theo sama sekali tidak takut dengan ancaman Anisa. Sebaliknya, Theo malah tersenyum sinis."Ada yang lucu?" Anisa bingung melihat reaksi Theo."Kamu lucu." Theo tersenyum sinis, lalu menjawab, "Kamu pikir kamu pintar? Kamu lagi menggali kuburan sendiri."Menggali kuburan sendiri? Apa maksud Theo?"Kembali ke kamarmu! Aku pusing melihatmu." Theo sedang malas bertengkar."Kepalamu sakit? Itu salahmu sendiri!" Setiap ucapan Anisa bagaikan sedang menyiram minyak ke api yang panas. "Bukannya kamu punya dokter pribadi? Mau aku panggilkan?""Pergi!" bentak Theo.Anisa kembali ke kamar, suasana hatinya benar-benar jelek! Dia mengambil laptop dan berbaring di tempat tidur.Anisa sudah tidak mencintai Leo. Kalau Aida tidak telepon, Anisa bahkan sama sekali tidak ingat bahwa ada mereka berdua di dunia ini.Namun setiap memikirkan Leo yang disiksa, sejujurnya Anisa tidak tega. Kenangan demi kenan
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 65

Begitu Theo turun, Anisa pun kembali ke kamarnya sambil menangis.Sabrina kesulitan bernapas, dadanya terasa sesak. Setelah emosinya mereda, Sabrina menatap Theo dan mengajaknya bicara."Theo, anakku ...." Sabrina meraih lengan Theo.Theo memeluk ibunya dan berusaha menenangkannya."Kamu harus cerai. Besok, kamu harus menceraikannya besok!" kata Sabrina sambil menangis. "Anakku, maafkan Ibu. Semua salah Ibu .... Dasar wanita kotor!"Theo mengusap air mata ibunya sambil menjawab, "Ibu tidak perlu mencampuri rumah tanggaku. Apalagi Leo, dia bukan tanggung jawab Ibu.""Jari Leo dipotong, dia pasti kesakitan. Kata Leo kamu yang melakukannya. Ibu tahu, kamu tidak mungkin berbuat seperti itu, 'kan? Kamu bukan orang yang kejam, tidak mungkin ....""Bu, kalau Ibu masih menyebut nama sampah itu di depanku, aku akan meminta sopir untuk mengantarmu pulang." Raut wajah Theo terlihat sangat masam. "Aku tidak akan menceraikan Anisa, kecuali atas keinginanku sendiri. Tak ada seorang pun yang bisa mem
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 66

Di sebuah rumah sakit daerah.Anisa berbaring di atas tempat tidur, sementara dokter sedang memeriksa kandungannya."Kandungannya sehat. Nanti kita periksa lagi setelah usianya mencapai 5 bulan," kata dokter."Terima kasih." Anisa menghela napas lega."Tidak perlu sungkan, ibumu adalah sahabatku." Dokter memberikan hasil foto USG kepada Anisa. "Kata ibumu ... suamimu tidak menginginkan anak ini? Makanya kalian sampai jauh-jauh ke sini untuk melakukan pemeriksaan. Anisa, kamu mengandung anak kembar, mengasuh 1 anak saja susah, apa lagi 2?""Aku akan berusaha semaksimal mungkin!" jawab Anisa sambil melihat hasil USG-nya."Yang penting kamu sudah siap sama konsekuensinya," jawab dokter."Kalau begitu aku pamit dulu. Terima kasih," jawab Anisa."Bagaimana kandunganmu? Sehat?" Begitu Anisa keluar, Maya langsung berdiri dan bertanya."Sehat. Bu, Ibu ngantuk? Aku ngantuk banget," kata Anisa sambil menguap.Anisa belum tidur dari semalam. Pukul 6 pagi mereka janjian di stasiun dan naik bus pal
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 67

"Sekarang aku lagi hamil, nggak boleh sembarangan minum obat. Beberapa hari lagi juga sembuh, tenang saja." Anisa tersenyum."Kamu ini! Sudah, tidur lagi." Maya memukul paha Anisa."Aku sudah nggak ngantuk." Anisa mengeluarkan ponsel untuk memeriksa pesan masuk.Begitu membuka ponsel, Anisa melihat Bibi Wina meneleponnya beberapa kali. Awalnya Anisa ingin menelepon kembali, tetapi kondisi di dalam bus agak berisik.Tiba-tiba perhatian Anisa tertuju kepada berita yang muncul di internet."Leo Pratama Berjudi, Jarinya Dipotong Karena Tidak Sanggup Membayar Utang!"Anisa menghela napas, lalu membuka berita tersebut. Dia melihat Leo yang dibawa ke rumah sakit dengan ditemani Aida.Setelah sekian lama tidak bertemu, dandanan Aida semakin terbuka dan menor.Kalau Leo tidak kalah taruhan, tadi malam mereka pasti sedang bersenang-senang di kamar hotel.Anisa menutup berita, lalu membaca pesan yang dikirimkan Sania.[ Anisa! Astaga, tadi malam aku hampir tidur sama Vanzoe! Sudah setengah jalan,
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 68

Sebuah jawaban yang singkat sontak meruntuhkan pertahanan Anisa.Anisa pergi sejak pukul 6 pagi. Dia sengaja mematikan ponselnya agar tidak dihubungi.Apakah ... Theo berusaha mencari keberadaannya? Makanya dia sampai menunggu di sini?Apakah Theo mengkhawatirkan keadaan Anisa?"Kamu Theo?" Maya berusaha mencarikan suasana yang tegang. "Anisa lagi sedih, jadi aku menemaninya jalan-jalan. Sekarang dia sudah tidak apa-apa. Sebentar, aku tuangkan air.""Bu!" Anisa memelototi ibunya."Tidak perlu," jawab Theo."Bu, nggak usah hiraukan dia. Ini dia sudah mau pergi, kok. Bu, Ibu duduk dulu, pasti capek." Anisa memapah Maya ke sofa.Theo mengerti maksud Anisa. Dia langsung berdiri dan berkata kepada Maya, "Aku pergi dulu. Aku akan kembali mengunjungi Anda di lain waktu."Maya ingin mengantar Theo, tetapi Anisa melarangnya. "Bu, aku pulang dulu. Ibu jangan sampai kelelahan."Setelah berpamitan, Anisa pergi dan menyusul Theo. "Jangan pernah datang ke sini!"Theo menatap Anisa dengan dingin."Ng
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 69

"Kalau lain kali masih berani berutang, tak perlu menunggu orang lain, aku sendiri yang akan mematahkan tanganmu!" kata Marvin sambil menggertakkan gigi."Anakmu baru sembuh, jangan membuat ketakutan! Leo tidak salah, pasti Aida yang membawa pengaruh buruk." Ibunya Leo bangkit berdiri dan memanggil Aida.Aida hanya bisa menundukkan kepala, dia sangat merasa bersalah."Bu, jangan salahkan Aida. Tadi malam ada yang sengaja menjebakku, makanya aku kalah sampai sebanyak itu. Pasti Theo! Selain dia, tidak ada orang lain yang berani menyentuhku. Dia pasti marah setelah mengetahui masa laluku dengan Anisa." Leo masih lemah, tetapi otaknya sudah berfungsi normal."Aku sudah tebak, pasti ulang pamanmu! Dia kelewatan, sama sekali tidak menghargai ayahmu. Tidak punya hati nurani!"Marvin menyenggol istrinya dan berkata, "Jangan berbicara seperti itu di depan orang lain! Hubungan kami memang tidak baik. Selisih umur kami terlalu jauh. Tapi kamu juga bertanggung jawab untuk mengajari anakmu! Kalau
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 70

Clara langsung membelalak."Walaupun tidak yakin 100%, besar kemungkinan Theo yang melakukannya. Aku nggak menceritakannya agar tidak merusak hubungan kalian. Sebenarnya aku juga mengakui kepintaran Theo ...."Clara masih berusaha mencerna semua ucapan Nial."Clara, kamu cantik dan pintar. Theo sangat berbahaya, dia bukan manusia, dia iblis! Menikah dengannya sama dengan menyerahkan nyawa." Nial memotong sebongkah daging dan menyantapnya dengan anggun."Dia pasti punya alasan. Dia bukan orang jahat ...," Clara bergumam sendiri. "Kalau dia memang jahat, aku pasti sudah mengetahuinya sejak lama. Aku berada di sisinya selama bertahun-tahun, aku tahu karakternya."Nial tertawa kecil. "Clara, kamu terlalu polos. Mana ada pembunuh yang mengakui dirinya pembunuh?""Kak, kamu sudah keterlaluan! Aku tahu Theo, dia nggak seperti itu." Clara malah tidak memercayai kakaknya."Aku sudah menebak reaksimu, makanya aku nggak pernah cerita." Nial mengangkat kedua bahunya. "Terserah kamu saja. Kalau kam
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
89
DMCA.com Protection Status