Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 291 - Chapter 300

529 Chapters

Bab 291 - Mabuk (Part 2)

Telunjuk lentik Amora bergerak menyusuri lekuk bibir Regis dan sekali lagi tindakannya itu telah menstimulus gairah yang semakin bergelora hebat di dalam diri Regis."Kamu ... pasti sudah tidak tahan ingin menyentuhku, bukan?" goda Amora yang tersenyum melihat kegugupan Regis saat memandang dirinya.Sebelum Regis sempat memberikan tanggapan, bibir Amora telah memagut pelan bibirnya. Sepasang netra Regis sempat terbelalak syok, tetapi perlahan manik matanya menyipit dan menatap Amora dengan tatapan teduh yang dipenuhi hasrat liar yang ingin segera dituntaskan. Amora tampak kesal karena Regis tidak membalas ciumannya sehingga ia merasa sedang bercumbu dengan sebuah patung. Dengan sengaja ia menggigit bibir bawah pria itu sehingga memberikan akses bagi dirinya untuk melakukan cumbuan yang lebih panas dan lebih liar.Sudut bibir Regis terangkat sempurna. Tentu saja ia merasa sangat senang karena wanita itu sedang berusaha memuaskan dirinya yang memang sangat menantikan momen langka yang
Read more

Bab 292 - Bersikap Dingin

Matahari telah bersinar cerah di luar kediaman Regis. Cahaya yang menyusup masuk ke dalam kamar yang ditempati Amora membuat wanita itu perlahan-lahan terjaga. “Ternyata sudah pagi,” gumam Amora seraya mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya menyilaukan yang menerpa matanya."Kenapa aku bisa di kamar?" gumam Amora yang meringis tatkala rasa sakit di dalam kepalanya menderanya.Sekelebat ingatan mengenai acara permainan konyol yang dilakukannya bersama Estelle dan yang lainnya terlintas di dalam kepalanya. Kini ia menyesal telah minum terlalu banyak sehingga membuat kondisi tubuhnya terasa luluh lantak. “Ini semua gara-gara Estelle,” gerutunya. Amora berusaha bangkit dari ranjangnya, tetapi rasa sakit di dalam kepalanya menghentikan gerakannya. “Astaga! Apa yang terjadi?” Amora terkesiap ketika melihat kondisi kamarnya yang sangat berantakan. Lebih kagetnya lagi ketika ia menemukan dirinya dalam keadaan tak berbusana! “A-aku … semalam aku ….” Amora berusaha mencari ingatann
Read more

Bab 293 - Di mana Salahku?

Amora terkesiap. Tiba-tiba saja kilasan ingatan akan sikapnya semalam yang telah memperlakukan Regis dengan semena-mena muncul di dalam benaknya. Amora menggigit bibir bawahnya. Ia tidak menyangka akan memiliki keberanian menekan-nekan pelipis pria itu dengan telunjuknya. “Jadi karena itu kamu marah sama aku?” tanya Amora seraya menatap Regis dengan khawatir. Ia melirik bibir Regis yang tampak sedikit membengkak karena gigitannya semalam. Amora menjulurkan tangannya dan menyentuh pelan bibir suaminya itu. “Maaf, aku tidak bermaksud menggigitmu juga. Apa masih sakit?”Regis tidak menjawab dan hanya berjalan meninggalkan ruangan walk-in closet ketika Amora bermaksud mengambilkan obat untuk mengolesi bibirnya.Setelah mengambil obat oles untuk luka luar, Amora buru-buru mengikuti langkah Regis dan berkata, “Regis, kamu tahu kan kalau aku lagi mabuk? Masa kamu menganggap hal seperti itu dengan serius?” Regis masih tidak memberikan tanggapan. Pria itu mengenakan jasnya dan berjalan kel
Read more

Bab 294 - Tidak Melakukan Apa Pun

“Pesanan 210!” Seorang karyawan kafe memanggil nomor pesanan dari pelanggannya berulang kali, tetapi tidak ada yang datang untuk mengambil pesanan kopi yang telah dibuat. “Nona, bukankah itu pesanan Anda?” Seorang lelaki yang berdiri mengantri di samping Biana membuat gadis itu tersentak. Biana langsung memandang struk di tangannya yang tertera nomor antrian yang sama dengan yang dipanggil oleh karyawan kafe tersebut. "Ah, ya ampun! Terima kasih, Tuan," ucap gadis itu, lalu ia pun buru-buru mengambil pesanan tersebut dengan wajah tersipu malu karena dirinya langsung menjadi pusat perhatian oleh para pengunjung kafe. Gadis itu memang sedang melamun tanpa ia sadari sehingga tidak mendengar nomor pesanannya telah dipanggil sejak tadi. “Maafkan saya,” ucap Biana kepada sang karyawan kafe, lalu ia buru-buru meninggalkan antrian pengambilan minuman. Wajah Biana terlihat sangat lelah siang ini. Ia masih mengalami hangover akibat minum-minum semalam. Akhirnya ia memutuskan untuk menca
Read more

Bab 295 - Luka Lama yang Dikubur Rapat

“Mana mungkin, Tuan Carter." Biana tidak dapat menerima pernyataan pria itu."Jelas-jelas kita berdua dalam keadaan seperti itu, apa mungkin seorang gadis dan lelaki lajang di dalam ruangan seperti kita tidak melakukan apa pun?” desis Biana berbisik pelan dengan sepasang netra yang mengedar dengan gelisah karena tidak ingin ada yang menguping pembicaraan mereka."Apa menurut Anda, ada sesuatu yang berubah dari diri Anda?" tanya Mark memastikan keadaan gadis tersebut.Biana tertegun. Sebelumnya ia memang tidak pernah bercinta dengan siapa pun dan tidak tahu seperti apa rasanya usai bercinta. Selain seluruh tubuhnya yang terasa pegal dan kepala yang terasa sakit, ia tidak menemukan adanya keanehan pada tubuhnya.Saat terjaga tadi, Biana juga buru-buru keluar dari kamar karena tidak ingin memperlihatkan kondisinya yang memalukan kepada pria itu.“Sepertinya Anda memang tidak tahu apa-apa," gumam Mark seraya tersenyum sinis.Biana mencebikkan bibirnya dengan malas. "Memangnya apa yang mem
Read more

Bab 296 - Jatuh Hati

"A-anda bercanda kan, Tuan Carter?" Biana sempat meragukan ucapan Mark, tetapi melihat ekspresi datar di wajah pria itu, ia menyadari jika pria itu memang tidak sedang berbohong padanya. "Maaf, silakan lanjutkan," cicit Biana yang kembali menata ekspresiya dan mendengarkan Mark dengan serius. Akhirnya Mark kembali melanjutkan ceritanya. "Saya hanya dibesarkan dari tangan seorang ibu yang hebat. Saya tidak pernah tahu seperti apa sosok ayah kandung saya hingga saya berumur delapan belas tahun." Mark pun berkata jika dia melakukan penyelidikan terkait sang ayah dan menemukan bahwa pria itu ternyata merupakan seorang pejabat tinggi yang sering melakukan tindakan semena-mena dengan mengambil kesucian dari para wanita yang menarik minatnya. Ketika mereka bertemu kembali dan Mark meminta pertanggungjawaban pria itu terhadap ibunya, pria itu malah menghinanya dan menganggap dirinya sebagai kotoran yang ingin mengambil keuntungan darinya. Bahkan pria itu menghina ibunya yang telah diambil
Read more

Bab 297 - Masih Marah

Hari telah berganti. Pagi ini Amora kembali disibukkan dengan rutinitas hariannya. Ia harus mengantarkan Rayden ke sekolah. “Ayo, Ray. Apa masih ada yang ketinggalan?” tanya Amora kepada putranya yang bangun kesiangan hari ini. Kemarin Rayden menghabiskan seluruh waktunya di taman bermain bersama Kimmy dan pasangan suami istri Moonstone. Awalnya putra Amora tersebut tidak ingin pergi, tetapi Kimmy terus memaksanya dan kedua orang tua anak perempuan itu juga membujuknya untuk ikut bersama mereka. Akhirnya Rayden terpaksa pergi dan ia malah bermain hingga lupa waktu bersama Kimmy. Mereka melakukan sebagian besar wahana permainan yang ada di taman bermain tersebut. Rayden baru pulang ketika senja berakhir. Ia benar-benar lelah sehingga terlambat bangun pagi ini meskipun ibunya telah membangunkannya. Amora sendiri juga hampir terlambat. Semalam ia bahkan tertidur di ruang tamu saat ia berniat untuk menunggu kepulangan Regis. Namun, siapa yang menyangka jika ternyata Regis tidak pulan
Read more

Bab 298 - Ajakan Makan Siang

Manik mata Amora melirik Albert yang masih menunggu keputusannya untuk menentukan tujuannya. Namun, Amora masih mengajaknya bicara dan bertanya, “Tuan Parker, sebagai seorang lelaki, menurut Anda, apa alasan seorang lelaki marah-marah tanpa sebab?”Albert tertegun. Ia tampak ragu untuk menjawab dan bertanya, “Apa yang Anda maksud adalah Tuan Muda?” Amora berdeham canggung. “Apa … terlihat sejelas itu?" "Maafkan saya, Nyonya. Saya sudah berbicara lancang," timpal Albert yang khawatir nyonya mudanya itu akan tidak suka dengan sikap sok tahunya. "Lupakan saja, Tuan Parker. Saya hanya ingin bertanya ... apa Tuan Mudamu itu pernah marah tanpa alasan?” selidik Amora. Ia berpikir mungkin saja Albert yang sudah ikut lama dengan Regis akan lebih memahami pria itu.Albert tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Maaf, Nyonya. Saya tidak bisa menerka jalan pikiran beliau, tetapi menurut saya, kemarahan beliau selalu beralasan. Misal, kami gagal menjalankan tugas ataupun membuatnya marah karena
Read more

Bab 299 - Dosa Berlipat Ganda

“Selamat datang, Nyonya.” Amora disambut oleh salah seorang pelayan restoran. Ia baru saja tiba di Restoran Blossom. Restoran khas Yunani itu cukup mendapat perhatian besar dari para pecinta kuliner dan selalu ramai di saat jam makan siang. Karena alasan itulah, Amora datang lebih awal agar bisa mendapatkan tempat yang nyaman. Kebetulan restoran tersebut tidak memiliki ruangan privat sehingga harus duduk di ruangan terbuka bersama para pengunjung lain. Pelayan restoran tersebut mengantarkan Amora ke salah satu meja dan memberikan buku menu kepadanya. “Maaf, apa saya bisa nanti saja baru memesannya? Saya sedang menunggu suami saya,” ucap Amora kepada pelayan tersebut. “Baik, Nyonya. Anda boleh memanggil saya jika sudah siap menentukan menu yang ingin dipesan.” Amora hanya memberikan anggukan kecil dan senyuman kepada pelayan tersebut, lalu pelayan itu meninggalkan mejanya. Amora mengeluarkan gawainya. Ia menghubungi kontak Xavier dan meminta pria itu untuk menjemput Rayden. Kebe
Read more

Bab 300 - Menggali Kuburan Sendiri

Permintaan yang diminta Noel bukanlah permintaan yang sulit bagi Amora, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana menyetujui hal tersebut karena ia khawatir Regis tidak akan suka melihat kedatangan Noel. Namun, Amora juga masih merasa bersalah terhadap Noel yang telah mengira dirinya memblokir nomor kontaknya.“Ada apa? Apa kamu sedang menunggu seseorang?” tanya Noel ketika melihat kebingungan wanita itu. Sebenarnya sejak tadi Noel sudah mengamatinya cukup lama dari tempat duduknya yang hanya berjarak tiga meja darinya. Ketika melihat tidak ada yang menghampiri Amora, Noel pun meninggalkan mejanya dan mendekati wanita itu.Amora memberikan anggukan kecil. "Ya, tapi dia belum datang," jawabnya."Laki-laki?" selidik Noel dengan penuh rasa ingin tahu.Seulas senyuman tipis terbit di bibir Amora. Ia melirik gawainya di mana sudah lewat lima menit dari waktu janjian mereka. Padahal tadi Regis berkata akan tiba dalam waktu sepuluh menit, tetapi pria itu bahkan tidak terlihat batang hidungnya
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
53
DMCA.com Protection Status