Wajah Mark telah berubah pias. Ia dapat melihat kilatan kemarahan pada sorot mata atasannya tersebut. "Bukan begitu, Tuan. Tapi, saya—" “Maaf, Regis. Tadi aku pikir dia bisa membantuku biar lebih cepat selesai dan aku juga butuh tenaga lelaki yang lebih kuat untuk mengulen adonan,” terang Amora tanpa tahu jika Regis sedang mencemburui Mark. “Jadi kamu butuh tenaga seorang lelaki?” gumam Regis yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Amora. Tanpa banyak bicara, Regis menyerahkan kotak kue dan buket bunga yang dibawanya kepada Amora. “I-ini untukku?” tanya Amora dengan bingung. Namun, Regis tidak menjawab. Ia menoleh kepada Mark. “Lepaskan apronmu,” titahnya. Mark buru-buru melepaskan apronnya dan menyerahkannya kepada Regis. Namun, Amora malah bertanya, “Apa yang mau kamu lakukan, Regis?” “Tentu saja membuktikan kalau aku juga seorang lelaki. Kamu bisa memeras tenagaku kalau kamu mau,” tukas Regis seraya memasang apron setelah ia melepaskan jasnya. Amora melongo syok. "Ta-tapi,
Read more