Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 281 - Chapter 290

529 Chapters

Bab 281 - Memohon atau Memerintah?

“Suami saya lagi di mana, Tuan Carter?” Amora menginterogasi asisten suaminya yang masih berdiri di hadapannya. Ia berpikir untuk mencari Regis dan meminta pria itu untuk mengampuni Albert dan yang lainnya. Ia akan merasa sangat bersalah apabila tidak membantu mereka, mengingat Albert selama beberapa hari ini telah banyak membantunya. “Maaf, Nyonya. Saya ….” Helaan napas kasar bergulir dari bibir Amora. Melihat keraguan Mark, ia menerka jika pria itu enggan untuk memberitahu kegiatan suaminya. “Sudahlah. Anda keluarlah dan tunggu saya di lobi,” titahnya. Mark mengangguk, lalu berjalan keluar dari kamar tersebut. Sepeninggalan Mark, Amora mengambil gawainya kembali dan mencari nomor kontak Regis. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghubunginya dan ia tidak perlu menunggu lama. Terlihat wajah Regis pada layar gawainya karena Amora melakukan panggilan video untuk memastikan keberadaan suaminya tersebut. "Regis," sapa Amora dengan gugup. Ini adalah panggilan video pertamanya deng
Read more

Bab 282 - Dewi Penyelamat

‘Huh, apa lagi yang direncanakannya? Dia tidak mungkin akan meminta hal yang aneh-aneh kan?’ Amora bersungut-sungut di dalam hati dan menatap Regis dengan curiga.Semua hal terpatri jelas pada ekspresi Regis. Rasa kesalnya terhadap Albert perlahan memudar. Ia berpikir dapat memanfaatkan momen tersebut untuk membuat wanita itu berhutang budi padanya.“Bagaimana?” Regis kembali bertanya setelah istrinya tidak mengatakan apa pun.“Memangnya kamu menginginkan imbalan seperti apa?” selidik Amora dengan bibir mengerucut.“Kamu sungguh akan memenuhinya kalau aku mengatakannya?” Regis kembali menantang istrinya dan membuat wanita itu merasa semakin terancam.Amora tahu jika Regis memiliki niat terselubung dengan memanfaatkan kesempatan tersebut. Namun, ia tidak dapat berpikir lama untuk memutuskan apakah menerima atau menolak tantangan tersebut karena saat ini ia tahu jika nyawa Albert dan yang lainnya pasti sedang berada dalam ancaman yang lebih berbahaya dibandingkan dirinya saat ini.“Tent
Read more

Bab 283 - Pulang Cepat

Seulas senyuman tak hentinya menghiasi bibir Regis. Pria itu baru saja tiba di parkiran penthouse-nya. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan wanita pujaannya. Padahal langit kota baru saja berubah jingga, tetapi ia sudah tiba di kediamannya. “Selamat sore, Tuan Muda Lorenzo.” Salah seorang bawahannya yang sedang berpatroli di sekitar area parkiran langsung menyapa Regis ketika mereka berpaspasan. “Sore,” balas Regis yang membuat wajah bawahannya itu berubah syok. Bagaimana tidak? Biasanya Regis selalu bersikap acuh tak acuh kepada siapa pun. Keramahan yang tak terduga membuat bawahannya itu mengira dirinya sudah salah mengenal orang, tetapi ketika melihat sorot mata yang berkilat tajam dari Regis, nyalinya langsung menciut seketika. Regis berdeham pelan. Ia tahu jika ekspresinya terlalu berlebihan, tetapi sulit baginya untuk mengendalikan ekspresi wajah bahagianya ini. Ia yakin Amora pasti sangat terkejut kalau melihatnya karena Regis tidak memberitahunya kalau dia ak
Read more

Bab 284 - Kemesraan Milik Berdua

Wajah Mark telah berubah pias. Ia dapat melihat kilatan kemarahan pada sorot mata atasannya tersebut. "Bukan begitu, Tuan. Tapi, saya—" “Maaf, Regis. Tadi aku pikir dia bisa membantuku biar lebih cepat selesai dan aku juga butuh tenaga lelaki yang lebih kuat untuk mengulen adonan,” terang Amora tanpa tahu jika Regis sedang mencemburui Mark. “Jadi kamu butuh tenaga seorang lelaki?” gumam Regis yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Amora. Tanpa banyak bicara, Regis menyerahkan kotak kue dan buket bunga yang dibawanya kepada Amora. “I-ini untukku?” tanya Amora dengan bingung. Namun, Regis tidak menjawab. Ia menoleh kepada Mark. “Lepaskan apronmu,” titahnya. Mark buru-buru melepaskan apronnya dan menyerahkannya kepada Regis. Namun, Amora malah bertanya, “Apa yang mau kamu lakukan, Regis?” “Tentu saja membuktikan kalau aku juga seorang lelaki. Kamu bisa memeras tenagaku kalau kamu mau,” tukas Regis seraya memasang apron setelah ia melepaskan jasnya. Amora melongo syok. "Ta-tapi,
Read more

Bab 285 - Kepergok

Setelah berada di dapur, Amora bergegas memasukkan kotak kue yang dibawanya ke dalam kulkas terlebih dahulu.“Apa ada yang bisa kubantu?” tanya Regis seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapur.“Kamu yakin mau membantuku?” tanya Amora dengan ragu. Ia malah berharap pria itu tidak berada di dapur karena khawatir Regis hanya datang untuk membuat kekacauan saja.“Tentu saja.” Regis telah bersiap dengan menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku.Melihat keteguhan pria itu, akhirnya Amora terpaksa membiarkan Regis untuk membuktikan kemampuannya.Amora pun membuka plastic warp dari adonan yang telah diuleni oleh Mark sebelumnya. Akhirnya ia mengajarkan Regis cara memotong adonan yang telah dipipihkan untuk membuat ukuran pasta dari fettucini."Hanya begini?" tanya Regis yang tampak kecewa. Padahal tadi ia berniat untuk menggunakan tenaganya untuk menunjukkan kehebatannya."Iya, lakukan dengan cepat dan rapi. Kita tidak punya banyak waktu lagi," cetus Amora memberikan perintah
Read more

Bab 286 - Mengumbar Kemesraan

“Mama, Ray bawa Kimmy keliling ruangan dulu ya," ucap Rayden yang telah menghampiri ibunya. Anak laki-laki itu telah selesai menghabiskan makanannya dan berniat untuk membawa Kimmy Moonstone, teman sekelasnya yang juga merupakan putri dari Estelle untuk melihat-lihat ruangan di tempat tinggalnya saat ini.“Ya sudah. Jaga Kimmy baik-baik ya,” pesan Amora sebelum putranya itu meninggalkan ruang makan. “Aku benar-benar tidak menyangka lho kalau Ray yang diceritakan Kimmy setiap hari itu putramu, Amora,” ucap Estelle setelah putrinya dan Rayden menghilang dari pandangan mereka. “Aku juga tidak tahu. Pantas saja aku tidak asing dengan wajah Kimmy. Dia punya senyuman mirip denganmu,” celetuk Amora seraya mengunyah pastanya. “Aku juga kaget. Ternyata sainganku selama ini adalah putramu, Regis.” Gino ikut menimpali. Selama ini Gino sudah berusaha mendapatkan hati putri dari istrinya. Akan tetapi, sejak masuk sekolah, Kimmy selalu pulang ke rumah dan menceritakan sosok anak laki-laki yang
Read more

Bab 287 - Pria Tidak Berhati

“Apaan sih kalian? A-aku tidak berniat menikah cepat kok. Tadi itu aku cuma bercanda saja. Tidak usah dianggap serius begitu dong.”Biana berusaha untuk mengembalikan suasana yang telah dirusak oleh Xavier dan juga menunjukkan jika dirinya baik-baik saja walaupun digoda oleh kedua rekannya tadi. Hanya saja ia tidak menyangka Xavier akan menolak sebelum ia sempat menanggapi apa pun.Pandangan Biana tertuju pada Mark yang terlihat masih menertawakannya. Sontak, ia langsung melayangkan tatapan tajamnya.“Siapa yang menyuruhmu untuk tertawa, Tuan Carter? Tidak sadar kalau kamu juga jomlo? Seharusnya Anda khawatir karena usia Anda sudah tidak muda lagi. Tidak seperti saya yang masih punya cukup waktu untuk memilih,” celetuk Biana yang tanpa sadar malah menyindir asisten Regis tersebut.Sejak awal gadis itu sudah berusaha untuk tidak menumpahkan kekesalannya terhadap Mark. Ia tidak menyangka pria itu juga akan hadir dalam acara makan malam tersebut. Jika saja ia tahu dari awal, ia akan memi
Read more

Bab 288 - Truth or Dare? (Part 1)

“Main? Ini sepertinya mau mabuk?” celetuk Biana dengan kening mengernyit saat melihat gelas-gelas kecil yang terpampang di depan matanya.Estelle menggoyangkan satu telunjuknya dan berkata, “No! Ini bukan mabuk. Tapi, kita akan bermain truth or dare.”“Eh, kamu mau ke mana? Aku belum menjelaskan peraturannya,” protes Estelle ketika melihat Xavier malah berjalan meninggalkan tempat duduknya.“Aku tidak ikutan. Aku mau lihat keadaan Ray dan Kimmy.” Xavier melambaikan tangannya dan terus melangkah jauh. Tentu saja ia hanya mencari alasan untuk kabur dari permainan tersebut. Ia langsung melesat dengan cepat sebelum Estelle sempat menghentikannya. “Ck, dasar pengecut,” sungut Estelle sembari mencebikkan bibirnya dengan malas, tetapi kemudian ia berteriak kepada Xavier, "kalau begitu, titip anak-anak ya!" Xavier hanya mengacungkan jempolnya.“A-aku juga ikut. Aku akan membantunya untuk menjaga anak-anak.” Biana juga beranjak dari tempat duduknya, tetapi gadis itu telah ditahan lebih dulu
Read more

Bab 289 - Truth or Dare? (Part 2)

"Ka-kamu pilih apa, Amora? Truth or dare?” tanya Estelle dengan waswas karena Amora masih menatapnya dengan tajam.“Aku pilih …,” Amora menghela napas panjang, lalu lanjut berkata, “truth.” “Jadi … apa jawabanmu?” selidik Regis yang sudah tidak sabar mendengar jawaban istrinya itu. Sejujurnya ia enggan menjawab pertanyaan tersebut karena berarti dirinya sama saja memberikan pengakuan secara tidak langsung. Namun, ia tidak dapat menghindari pertanyaan itu juga.“Aku … lebih menyukai ciumanmu,” aku Amora dengan suara yang terdengar hampir seperti bisikan. “Wowww!” Estelle langsung menjerit dan berjingkrak-jingkrak secara spontan karena mendengar hal yang menurutnya luar biasa. Tanpa sadar ia malah mencekik leher suaminya sendiri hingga Gino meronta dan ia buru-buru melepaskannya. “Maafkan aku, Sayang. Aku hanya merasa senang saja mendengar kalau Amora memang benar-benar sudah move on,” terang Estelle kepada suaminya. Ia mengira Amora masih belum bisa melupakan Chris Walden. Amora l
Read more

Bab 290 - Mabuk (Part 1)

“Amora, kamu sudah mabuk," ucap Regis seraya memalingkan pandangannya dari Amora. Pria itu berusaha mengendalikan gelora liar yang tengah meronta di dalam dirinya, tetapi wanita itu malah memeluk lehernya dengan erat sehingga tubuh mereka semakin menempel. Kebetulan kursi bar yang diduduki Amora memang cukup tinggi sehingga tinggi Amora saat ini setara dengan Regis yang sedang berdiri. “Amora, sebaiknya kamu pergi mencuci mukamu dulu. Aku rasa kamu sudah terlalu mabuk." Regis tidak ingin Amora tahu kalau jantungnya tengah berdebar hebat. “Aku tidak mabuk. Siapa bilang aku mabuk? Kamu yang mabuk," gumam Amora meracau dengan suara yang tidak terdengar begitu jelas. Ia menepuk pundak Regis berulang kali karena kesal dikatai mabuk berulang kali oleh suaminya tersebut. Amora memiringkan sedikit wajahnya. Ia menepuk pelan pipi Regis dan kembali berkata, “Kenapa wajahmu ini ada dua, Regis? Sejak kapan kamu bermuka dua, hm?” Regis menghela napas lelah. “Itu tandanya kamu sudah mabuk, Is
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
53
DMCA.com Protection Status