Home / Horor / Suara Ketukan Di Tengah Malam / Chapter 21 - Chapter 25

All Chapters of Suara Ketukan Di Tengah Malam: Chapter 21 - Chapter 25

25 Chapters

Ke Rumah Celline

Karenina melangkah perlahan menyusuri jalan bersama teman-temannya. Ini baru pertama kalinya dia berjalan ke arah pertigaan.Biasanya, dia hanya melihat Celline berjalan ke sana sampai hilang dibelokan pertigaan. Tetapi, hari ini dia juga ikut, bahkan bersama teman-teman yang lain."Kalo dilihat-lihat, area sini agak serem ya. Pohonnya besar-besar," kata Karenina sambil memeluk erat lengan Celline."Engga papa, kok, Karen. Di sini aman, malah orang-orang kayaknya lebih takut ama rumahmu daripada ama pohon di sini," kata Celline mencoba menenangkan Karenina."Bener? Padahal keadaan rumahku engga seserem itu, kok," balas Karenina bingung."Yah, namanya juga rumahmu banyak diceritain kalo udah jadi rumah angker. Mana kisahnya udah hampir semua orang tau, jadi begitulah," sela Adrian.Karenina mengembuskan napas, bahkan dengan pohon yang terlihat lebih seram saja, rumahnya masih lebih ditakuti orang-orang."Aneh-aneh aja emang warga sini," imbuh Selena."Ngatain warga sini aneh. Kamu juga
Read more

Tentang Celline

Delima memakai gelang mutiara pemberian Ardan. Terlihat sangat pas di tangannya yang berkulit kuning langsat.Ardan tersenyum saat melihat gelang pemberiannya langsung dipakai. Begitu mudah menyenangkan perempuan yang ada di hadapannya kini."Sekarang udah jam 10, kita istirahat dulu bentaran. Abis itu nanti kita cari oleh-oleh lagi. Pokoknya jam 3, kita udah siap buat pulang," kata Ardan."Oke, Kak."Delima merebahkan diri ke kasur, dia ingin tidur untuk mengembalikan tenaga yang habis karena bermain tadi. Ardan memilih untuk duduk ke sofa dan menonton tv.Ardan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Menghidupkan daya ponsel yang sedari pagi dia matikan.Beberapa pesan dari kawan dan keluarga mulai berdatangan. Segera, Ardan membalas beberapa pesan.[Gimana liburannya? Delima engga bikin repot, kan?]Sebuah pesan yang dikirim oleh Bu Reni tengah dibaca Ardan.[Liburannya menyenangkan, Ma. Delima aman kok, Ma. Cuma ada sedikit mual muntah karena penciumannya jadi sensitif] balas A
Read more

Anggota Baru

"Bu, pesan ayam tepung asam manisnya 2, cumi goreng tepung 1, es teh 2, ya," ucap Ardan memesan makanan pada ibu pemilik warung."Wah, mbak cantik ke sini lagi. Gimana, kemarin suka engga sama jamur goreng tepungnya?" tanya ibu pemilik warung."Suka, Bu. Tapi, lebih suka sama ayam tepung asam manis, soalnya ada asem-asem manisnya," sahut Delima seraya tersenyum.Ibu pemilik warung tertawa mendengar jawaban Delima. Segera, dia mengambilkan pesanan Ardan."Nah, ini silakan dimakan. Semoga rasanya pas," kata si ibu."Pasti pas dong, Bu. Makanya, kami balik ke sini lagi. Rasa makanannya bikin nagih," balas Delima."Haduh, haduh, manis sekali mulut bumil yang satu ini. Silakan dimakan kalo gitu, ibu mau bikin makanan buat pelanggan yang lain," kata si ibu, lalu pergi meninggalkan meja Ardan dan Delima.Ardan dan Delima pun memulai acara makna pagi mereka. Ditemani dengan semilir angin, membuat suasana makan mereka jadi begitu menyenangkan."Gimana? Mau nambah?""Engga, Kak. Ini udah cukup.
Read more

tap

ySegera Ardan memakan bakso yang tadi dipesannya. Tak lupa, dia juga memesan segelas es jeruk. Dalam sekejap, bakso yang ada di hadapannya pun tandas tak bersisa."Ngomong-ngomong, Dan, boleh engga kami nanti bertamu ke rumah lu? Yah, semacam perkenalan sama istri lu, gitu," ucap Aden."Ya boleh-boleh aja. Asal jangan dadakan aja. Biar istri gue ada persiapan buat nerima tamu," sahut Ardan seraya mengambil es jeruk yang ada di atas meja."Wih, mantep tu. Terus, gimana ceritanya lu bisa ketemu bini lu? Secara kayaknya dia masih muda banget," tanya Serlan penasaran."Ah, kami ketemu pas acara perpisahan sekolah. Aku datang sebagai alumni, sekalian reuni ama temen-temen seangkatan," tutur Ardan.Alena memilih untuk beranjak dari meja kantin. Topik yang sedang teman-temannya bahas, membuatnya tak nyaman. Segera dia berlalu, dan pergi menuju ke kantor tempatnya bekerja."Eh, Len, tungguin napa!" seru Erin bergegas berdiri dan mengejar Alena yang berjalan cepat."Engga apa-apa, tuh?" tanya
Read more

tap 2

Aden dan Serlan berpamitan untuk pulang. Ardan dan Delima pun mengantarkan sampai ke teras rumah. Setelah mobil telah menjauh, barulah Ardan dan Delima masuk ke dalam rumah."Temen Kak Ardan pada lucu, ya. Suka ngelawak," ujar Delima sambil duduk ke sofa."Gitulah. Kadang eror otak mereka tu," sahut Ardan.Delima tersenyum mendengar jawaban Ardan. Tampak Ardan jadi lebih ceria setelah bertemu teman-teman kantornya."Kak, tadi mama nelpon aku. Katanya, boleh engga kalo mama minggu depan main ke sini," kata Delima melaporkan tentang pembicaraannya dengan sang ibunda."Boleh. Kapan aja mau ke sini juga boleh," balas Ardan."Misal mama mau nginep, gimana?""Boleh aja. Tapi, harus kasih tau dulu. Soalnya mau engga mau, kamar yang kamu pakai akan dikasih buat mama tidur pas nginap," sahut Ardan."Kok gitu?" Delima tampak bingung."Kalo ketahuan kita tidurnya beda kamar. Pasti mama engga bakal suka. Kita cuma beruntung, engga ketahuan beda kamar pas di rumah kamu. Lagian, ada alasan kalo kam
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status