Home / Fantasi / Pengantin Pilihan Raja / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pengantin Pilihan Raja: Chapter 101 - Chapter 110

156 Chapters

Mengejar kekalahan

Selamat membaca.Aku menahan air mata, mencoba menjadi lebih kuat—menjadi sosok seperti yang diinginkan oleh semua orang, meski tubuh ini tetaplah Fana dan darah ini masih lah hangat. Tidak ada kekuatan yang besar selain kemauan. Namun sekarang, di patahkan oleh perintah yang malah membuat isi hatiku dibanjiri oleh sakit hati.Sesak. Tanganku bahkan sampai mencengkram gaun yang digunakan dengan eratnya, mengecup bibir. Menatap ke arah Baginda yang masih diam saja dengan pandangan yang sulit ku mengerti lagi."Kenapa," suaraku parau. "Memintaku menunjukan lukaku?" Hikss…menelan saliva ku susah payah. Rasa sakit hati karena kehilangan, kini tak mampu lagi ku hentikan. Aku… memang ingin menangis dan aku, memang ingin marah pada mereka karena meremehkan apa yang ku lihat.Para tetua menutup mata mereka singkat. Kenapa? Sekarang tak bisa melihat aku menangis?"Kami permisi"Jalan satu-satunya, adalah kabur—kadang, aku iri pada mereka. Karena bisa memilih jalan lain selain menyerang dan ber
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Sisi lain Emabell

Selamat membaca.Untuk kesekian kalinya. Aku kembali membuka mataku, namun.DEG!Mataku melebar saat Baginda sedang memeluk tubuhku yang berada di atas tempat tidur, dan rasa sakit mulai terasa saat sesuatu yang tajam menyayat bagian belakang tubuhku—Sakana sedang mengobatiku dengan bunga kematiannya."Tahanlah!"Ck! Aku bangun di saat yang salah—menuruti, aku menahan nafas juga mengeratkan cengkramanku pada pakaian Baginda yang penuh dengan darahku. Darah merah milik manusia. "Akh…" meringis saat obat masuk dan menyerap racun yang mengalir dan membuat lukaku semakin parah. Rupanya, Sakana berhasil meracik obat itu—kini, aku bisa menerima darah Baginda. Dan aku tidak peduli, apakah pilihanku ini benar atau salah. Apakah aku, akan menyesali hari ini atau malah berterima kasih? Saat pengobatan selesai, tubuhku basah oleh keringat karena menahan sakit. Sakana memberikan perban pada luka di kaki dan tanganku. Tetapi Baginda yang membalut luka pada punggungku, setelah Sakana keluar dari
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Murkanya hati yang cemburu!

Selamat membaca.Di kamar!Baginda tiba-tiba saja melemparku ke atas tempat tidur, bahkan menutup pintu dengan kasar. Almosa dan yang lainnya mencoba menahan Baginda agar tak murka, tapi tetap saja tak ada yang bisa membantah ke keputusannya."Baginda. Bukankah kamu yang memintaku untuk marah? Dan melepaskan segala kekesalan dan sakit hatiku saat itu. Sekarang, kenapa kau marah?" tanyaku takut, saat melihat sosok Baginda yang seperti ini.Dan inilah aku tidak punya pilihan apapun saat baju yang melekat padaku lepas dengan sendirinya, dan membuat tubuh polosku terlihat begitu jelas. Menutupi diriku dengan tanganku, nyatanya Baginda malah mendorong dan melepas tangan yang menutupi buah dada dan juga area sensitif. Memaksa masuk ke dalam tubuhku, kami tak ada bedanya sekarang. Dia dengan amarah dan aku dengan sekuat tenaga menahan dadanya. Menahan ngilu yang menghampiri seluruh tubuhku. "Aku minta maaf.""Kau melukai dirimu."Lalu sekarang apa? Dia melukaiku dengan caranya, suaraku mel
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Indahnya bahaya

Selamat membaca.Lama terdiam. Aku akhirnya mengumpulkan keberanianku untuk menjawabnya, meski aku benci dia kemarin malam. "Aku la-lapar."Diam—Baginda terdiam dalam tatapannya yang menusuk mataku, matanya begitu tajam. Sebelum ia mendekat…bukan—Baginda melewatiku begitu saja. Dia tak mengatakan apapun, dan sontak membuat mataku melebar sedih.Air mata lolos begitu saja, mengalir di pipiku. Aku kecewa tapi aku tahu, kalau Baginda jauh lebih kecewa dariku."Aku kan sudah minta maaf." Menoleh ke arah bahu Baginda. "Kenapa kau tidak mau bicara denganku?"Tap!Tap!Tap!Dia terus berjalan tak ingin mendengarkan keluhan ku, dan itu membuat aku sakit hati. Tapi, aku kan Emabell. "Baginda! Aku ingin pulang ke Clossiana Frigga." Dan benar saja, langkah Baginda berhenti. Dan nyaliku perlahan-lahan ciut. Jadi aku berbalik, untuk kembali ke kamarku saja sembari berkata. "Aku cuma bercanda."Baginda melihatku, tapi aku mencoba untuk tak peduli. Lagian, dari mana datangnya mulut sok berani ini?
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Gerbang menuju Padang suci Gazelle

Selamat membaca.Esok harinya, saat matahari belum terbit. Dan orang-orang sibuk berperang dan menyelamatkan diri dengan bersembunyi. Istana hitam, Utara. Beberapa orang telah siap dengan jubah dan segala keperluan perjalanan—meski belum pasti portalnya ada di kereta tua itu. Tapi firasatku mengatakan iya."Aku tidak menyangka kalau Anda, yang mulia, akan membawa 99% orang kepercayaanmu untuk perjalananmu kali ini."Para tetua berbicara sambil menatap ke arah Nike yang terus menempel padaku, dia terlihat tidak senang dengan strategi yang dibuat oleh Nike—Almosa harus tinggal bersama para tetua, karena harus menyamar sebagai Baginda. Hal itu dibutuhkan agar tak ada seorangpun yang curiga.Sedangkan Ar harus ikut, karena kekuatan bayangannya. Akan membuat Baginda mengawasi berbagai wilayah dari tempat yang jauh, dan tidak tidak akan terputus. Koneksinya dengan Almosa nantinya—bayangan Ar, akan menjelma sebagai para pilar yang ikut bersama dengan kami.Ya. Semua akan pergi. Kecuali Almos
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Kenikmatan sesaat!

Selamat membaca.Mengingat. Hatiku tiba-tiba saja menjadi sangat sedih, karena terharu dengan ingatanku saat memandang jauh ke arah pegunungan yang tinggi. "Jangan bilang kau akan menangis lagi Emabell?" tebak Sirrius. Tersenyum dengan hati gembira, menatapnya sambil menggelengkan kepala padanya. Dan itu malah membuat mereka mengembangkan senyuman mereka padaku.Wush….Saat angin menyapa. Kami memulai langkah dengan penjelasan Nike. "Regio, atau kepanjangan wilayah ini adalah umbra Regionis. Yang artinya adalah wilayah bayangan…""Rumah Ar?" Sirrius mengejek Ar dengan tatapan dan senyuman jahilnya. "Coba panggil bangsamu Ar. Bernyanyilah!" Sirrius menyenggol lengan Ar yang hanya menunjukan raut wajah datarnya."Jangan mimpi. Rumahku adalah Utara, lahir dan tumbuh disana. Bukan di tempat aneh ini!" Padahal terlihat seperti surga di mataku.Tertawa kecil. Baginda tiba-tiba saja mengandeng tanganku dengan eratnya, melirik ke arahku singkat. Dan sekarang aku mulai terbiasa dengan sikap b
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Jiwa yang hidup didasar terdalam Regio

Selamat membaca.Aku menahan malu selama perjalanan—aku yakin mereka tahu apa yang Baginda lakukan padaku. Sedang Nike terlihat mengerutkan keningnya menatap ke arahku dengan pandangan layaknya seorang detektif yang sedang menyelidiki tersangkanya saat ini."Jangan pandang Emabell seperti itu!" Damor memperingati Nike dengan tatapan tajamnya. Karena merasa aku terganggu oleh tatapan Nike—memang benar sih aku terganggu, tapi aku lebih terganggu lagi dengan tatapan pria di sampingku saat ini."kau tidak ingin kehilangan mataku kan manusia?!"Aku tersenyum kecil. "Baginda.""Em?""Mungkin kekuatanmu bisa digunakan untuk meratakan tempat ini?"Mata Nike melebar. "Benar, karena hanya tempat itu yang tak akan musnah. Tapi, tempat ini seluas satu daratan. Memangnya bisa di ratakan. Lagi pula kita butuh mata yang tajam agar bisa melihat ke arah yang jauh dan cepat." Nike memberi salam. Dia jelas meremehkan Baginda."Lalu apa gunanya kami di sini?"Sakana mengeluarkan semua bunga kematiannya—ke
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Kepercayaan atau kesalahan?

Selamat membaca.Baginda memberiku kepercayaan dan aku memberinya kepercayaan—terdengar aneh, karena kita yang dulu pernah saling menghajar dengan kata dan waktu kini saling mengejar waktu, mencari bagian terbaik dari setiap moment yang bisa kami dapatkan di dunia ini.Meski nantinya, "Emabell? Apa yang kau lakukan disini?!" Ya. Mereka menatapku dengan tatapan penuh keterkejutan karena harusnya—Bagindalah yang seharusnya turun, karena aku hanyalah manusia. "AKU TANYA EMABELL. JAWABLAH!" Tersadar. Aku tersenyum menatap ke arah Damor yang kembali emosi. "Astaga Emabell, apa kau sudah gila?""Ya. Aku memang sudah seperti ini sejak awal."Memutuskan percaya, artinya Baginda tak akan membuatku berada dalam situasi membenci lagi.***Berikutnya, kami menunggu. Namun sangat lama, tapi apa yang Nike katakan tidak terjadi—aku menggigit kuku cemas. Lalu menatap ke arah Nike yang terlihat baik-baik saja, mencoba masuk ke dalam pikiran terdalamnya.Sakana mengawasiku.DEG! Jantungku seakan berhe
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Harapan yang ajaib

Selamat membaca.Meringkuk, memeluknya yang berdaya. Pria dengan segala kekuasaan dan darah ini menghancurkan hatiku—saat dia kuat dan saat lemah pun…kamu selalu mematahkan semangatku. Hiksss…jadi, "jadi ku mohon. Jangan pergi Baginda!" Karena aku belum siap kehilangan.Hatiku hancur. Lagi. Bahkan ribuan air mata, juga ada batasnya. Mengapa aku selalu merasa spesial karena air mataku tak pernah habis. Tak pernah berhenti mengalir, normalkah diriku? Atau, kejamnya dunia ini padaku?!Gelap.Aku seperti mati rasa. "Emabell!" Zurra meletakan tangannya pada bahuku yang bergetar dengan hebatnya, memeluk Baginda yang tak membalasku dengan sangat eratnya—lagian, kenapa Baginda masih tak ingin bangun juga sih? Aku hanya…hanya putus asa.Hiksss…."EMABELL, SADARLAH! DAN TOLONG BAGINDAMU ITU…." Sirrius menginginkan semangat tapi aku memberi mereka kesedihan—aku selalu tahu, kalau marahnya mereka adalah warna biru dalam batin mereka, diselimuti kelamnya warna langit saat menahan kegelapan yang h
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Saat Api berhasil mengandeng tangan sang Air

Selamat membaca.Seketika hatiku hancur saat melihatnya, seakan pergi meninggalkanku begitu jauh. Seakan-akan kami tidak akan pernah bisa bertemu. Aku salah, Baginda ternyata adalah orang yang kuat—dia itu hampir sama seperti aku, hanya butuh kepercayaan. "Aku tidak percaya pada air mata yang akan jatuh karena kamu Baginda, hati yang terluka dan selalu tersakiti…aku pikir, aku tidak akan menangisimu dan aku pikir, aku akan menertawakan kejatuhanmu.""Tapi nyatanya kamu menangis untukku."Baginda berjalan di sampingku, menggandeng tanganku. Membuat jejak di atas tanah, namun kali ini jejak itu menjadi abadi."Iya. Aku menangis. Baginda senang?""Senang.""Kenapa senang? Katanya tidak suka melihat air mataku?"Dia hanya tersenyum singkat, tak membalas apa yang aku tanyakan dan jawabannya pasti tidak akan dia sebutkan. Tapi tidak apa-apa. Aku bisa membaca pikirannya, dan dia tahu akan hal itu. Sebelum ia mengungkapkan cerita panjang, yang selalu ingin ku dengar…iya, aku ingin dengar. Ka
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status