All Chapters of WAJAH ASLI KELUARGA SUAMIKU(ketika aku pura-pura bangkrut) : Chapter 101 - Chapter 110

155 Chapters

perubahan sikap Selena

Ikan asin dan tumis kangkung. Ya, Selena memiliki alergi terhadap ikan asin. Bagaimana bisa ia memakan itu?"Apa yang Ibu masak ini! Makanan sampah!" pekik Selena. Bu Nuri dan Fatih tergopoh-gopoh menghampiri Selena setelah mendengar suara pekikannya. Selena hendak membuang makanan yang telah Bu Nuri masak. Selena membawa makanan itu ke dapur. Telat satu detik saja, makanan itu sudah berpindah ke tempat sampah. Beruntung Bu Nuri dengan cepat mencegah Selena membuang makannya. "Eh eh, mau kamu apain itu masakan Ibu?""Ya mau aku buang lah, makanan sampah kayak gini kok disuguhkan ke aku.""Sini, Ibu sudah capek-capek masak seenaknya saja mau kamu buang." Bu Nuri merebut piring yang dipegang oleh Selena lalu meletakkannya di atas meja. "Kenapa Ibu cuma masak kangkung sama ikan asin? Ibu tau, aku tuh alergi sama ikan asin!" Selena membentak Bu Nuri membuat Bu Nuri sedikit terkejut. "Ya mana Ibu tau, kamu saja nggak bilang. Lagian makanan tuh disyukuri aja apa yang ada."Bu Nuri beru
Read more

memangnya aku makan pake uangmu?

Fatih kembali ke meja makan menghampiri Bu Nuri. "Mana Selena, Tih?" tanya Bu Nuri celingak-celinguk mencari Selena. "Dia nggak mau makan, Bu. Dia langsung pergi ke showroom. Padahal aku pengen ke showroom bareng. Tapi malah ditinggal." Fatih mendaratkan bokongnya di kursi duduk. Dengan lesu ia mengambil nasi ke dalam piring. "Dasar kurang ajar itu Selena! Berani-beraninya dia gitu ke kita! Apa karena dia merasa yang sudah membiayai hidup kita makanya sok begitu? Padahal uang yang kita pakai juga gak seberapa banyak.""Ibu bener-bener nggak kuat, Tih. Baru juga sehari, gimana kalau tiap hari Ibu diperlakukan semena-mena begini? Angan-angan Ibu pengen dapat menantu kaya, sayang sama mertua dan nggak pelit, ternyata malah dapet menantu yang membabukan mertuanya." Bu Nuri berucap sambil terus mengunyah makanan karena Bu Nuri benar-benar sudah kelaparan. "Tadi Fatih ketemu sama Eka, Bu." Fatih mengalihkan pembicaraan mengenai Selena karena sejatinya ia sendiri juga malas mendengar oce
Read more

situ julid? sama, aku juga bisa.

"Emang dasar ya, anak jaman sekarang kalau dikasih tau pada ngeyel. Bisanya cuma bantah. Beda jaman saya dulu yang selalu ngikut apa kata yang lebih tua.""Ya nggak apa-apa lah, Bu. Julid amat jadi orang. Toh saya juga makan nggak pake uang Ibu kan?""πš‚πšŠπš’πšŠ πš‹πšžπš”πšŠπš—πš—πš’πšŠ πš“πšžπš•πš’πš, π™Όπš‹πšŠπš” π™Ίπš’πš—πšŠπš—. πšƒπšŠπš™πš’ 𝚜𝚊𝚒𝚊 πš—πš’πš‘ πš™πšŽπšπšžπš•πš’ πšœπšŠπš–πšŠ πšœπš’πšπšž. πš‚πšŽπš‘πšŠπš›πšžπšœπš—πš’πšŠ πšœπš’πšπšž πš–πšŠπš”πšŠπšœπš’πš‘ πš”πšŠπš›πšŽπš—πšŠ 𝚜𝚊𝚒𝚊 πšœπšžπšπšŠπš‘ πš–πšŠπšž πš–πšŽπš—πšπš’πš—πšπšŠπšπš”πšŠπš—."π™Ίπš’πš—πšŠπš— πš–πšŽπš—πšπš‘πšŽπš—πšπš’πš”πšŠπš— πšπšŽπš›πšŠπš”πšŠπš— πšπšŠπš—πšπšŠπš—πš—πš’πšŠ πšπšŠπš•πšŠπš– πš–πšŽπš–πš’πš•πšŠπš‘ πšœπšŠπš’πšžπš›πšŠπš—. π™ΈπšŠ πš–πšŽπš—πšŠπšπšŠπš™ πš™πšŽπš›πšŽπš–πš™πšžπšŠπš— πš’πšŠπš—πš πš‹πšŽπš›πšžπšœπš’πšŠ πšœπšŽπš”πš’πšπšŠπš› 45 πšπšŠπš‘πšžπš— πš’πšπšž."πšƒπšŽπš›πš’πš–πšŠ πš”πšŠπšœπš’πš‘ π™±πšž π™΄πš•πš’ πšœπšžπšπšŠπš‘ πš–πšŽπš—πšπš’πš—πšπšŠπšπš”πšŠπš— 𝚜𝚊𝚒𝚊 πšπšŠπš— πš™πšŽπšπšžπš•πš’ πšœπšŠπš–πšŠ 𝚜𝚊𝚒𝚊. πšƒπšŠπš™πš’ πšŠπš•πšŠπš—πšπš”πšŠπš‘ πš‹πšŠπš’πš”πš—πš’πšŠ πš‹πšŽπš—πšπšžπš” πš”πšŽπš™πšŽπšπšžπš•πš’πšŠπš— π™±πšž π™΄πš•πš’ πš’πšπšž πšŒπšžπš”πšžπš™ πšπšŽπš—πšπšŠπš— πšπš’πšŠπš– πšπšŠπš— πšπš˜πšŠπš”πšŠπš— πšœπšŠπš“πšŠ πšœπšŽπš–πš˜πšπšŠ 𝚜𝚊𝚒𝚊 πšπšŠπš— ?
Read more

Bu Eli yang gak tau malu

Wajah wanita paruh baya itu pun memerah. Ia merasa sangat malu, lantas diletakkannya barang belanjaan yang sudah ia pilih tadi dengan hentakan. "Nih aku kembalikan, gak jadi belanja! Timbang hutang gak seberapa aja pake diumbar-unbar.""Yang namanya utang ya tetap hutang, Bu. Hutang itu ya harus dibayar. Kalau gak mau diingatkan ya gampang, Hu, jangan hutang. Lagian malah saya gak rugi kalau situ gak jadi belanja. Mending tuh bahan makanan saya suruh istri saya aja masak di rumah daripada laku tapi dihutang sama situ.""Halah, hitung berapa hutang aku sekarang biar aku bayar."Si mamang tukang sayur pun mengambil buku catatan hutang dan melihat nama Bu Eli di daftar buku itu. "Totalnya sembilan ratus dua puluh ribu."Mata Bu Eli membelalak mendengar nominal hutang uang disebutkan oleh si tukang sayur tadi yang biasa dipanggil dengan Mang Gembul karena badannya yang memang gembul. "Hutang apaan sampai sembilan ratus. Kamu mau meras saya ya!" "Lah, meras gimana? Jelas-jelas di sini
Read more

Selena terancam bangkrut

"Kenapa gak dipaksa aja sih mintanya, Mang?" tanya Kinan pada Mang Gembul. "Bukannya saya gak berani lawan itu Nenek lampir, Mbak Kinan. Tapi saya malu lawan emak-emak mulut ember kayak dia. Ck, mana hutangnya banyak lagi.""Udah tau begitu kenapa masih dikasih sampai numpuk begitu, Mang?" timpal yang lainnya."Saya gak ngasih, Ibu-Ibu. Tapi dia nya langsung ngeloyor pergi ketika saya sedang jualin yang lainnya. Ya mau gimana itu barang sudah dibawa saya cuma dikasih uang dua puluh ribuan aja.""Yaudah, Mang, terima nasibmu. Kalau dibayar ya alhamdulillah kalau enggak ya terserah si Mamangnya mau diapain dia. Kita sebagai tetangga mah ikhlas. Hahahaha. Tapi lain kali jangan dikasih lagi daripada sakit hati kan?" "Ih, ya ogah mau kasih dia lgi. Apa lagi setelah omongannya tadi berasa dia yang paling kaya aja. Kere aja belagu banget."Kinan pun menyudahi kegiatan belanjanya. Ia bergegas kembali ke rumah kontrakannya karena pasti Andra sudah menunggu terlalu lama. ***"Kok kama belanj
Read more

Selena ngambek

"Ya kan memang orang tuanya Eka itu kaya raya, Sel, ya wajar saja sih kalau dia punya banyak uang." Fatih berusaha membela mantan istri nya. Selena melirik Fatih dengan tajam, ia tak senang kalau Fatih lebih membela Eka ketimbang dirinya. Sekarang pun Fatih sedang galau mendengar Eka yang semakin sukses. Meskipun Fatih tau dari dulu kalau orang tua Eka sangatlah kaya raya. "Lalu kenapa kamu malah memilihku dan meninggalkan Eka, Mas?" "Ya, ya, karena aku kan mencintai kamu, Sel, makanya aku memilih kamu daripada Eka." Fatih berusaha membela diri. "Alah Mas, bilang saja kalau kamu itu cuma mau uangku, iya kan? Ngaku aja deh, Mas. Kalau kamu cinta aku mana mungkin kamu mau minta rujuk sama Eka, Mas!""Ya aku cuma kasihan saja sama Nayra, bagaimanapun dia kan anak aku juga. Aku cuma nggak mau Nayra kekurangan kasih sayang ayahnya.""Yakin Mas? Bukan karena Eka yang sudah langsing dan glow up? Sudah sukses lagi.""Bu-bukan lah, Sayang," ucap Fatih mengelus rambutnya Selena. Fatih tida
Read more

kehaluan Fatih dan Bu Nuri

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Bu Nuri yang masih asyik dengan layar di hpnya. "Aku kepikiran sama Eka, Bu." Fatih menatap langit-langit kamar Bu Nuri, sambil membayangkan kalau dirinya akan kembali dengan Eka dan juga Nayra. Dan mereka hidup bahagia menjalankan usaha yang kini dibuka Eka di sebelah showroom milik Selena. Dengan begitu Selena tak bisa lagi menginjak harga diri Fatih. Ah, bahkan harga diri lelaki itu sudah tidak ada semenjam penghianatannya bersama Selena dan hidupnya selalu berada di bawah kendali sang istri keduanya itu. "Kenapa dengan Eka?" Bu Nuri beralih menatap Fatih mengerutkan dahinya. Ponsel yang ada di tanganya ia letakkan di atas nakas. "Eka sekarang makin sukses, Bu, kok aku menyesal ya meninggalkan Eka dan memilih Selena. Soalnya Eka itu tak sepelit Selena. Apalagi sekarang dia sudah langsing, Bu. Sudah seperti awal aku bertemu dengannya dulu.""Masa sih?" Bu Nuri masih tak mempercayai ucapan Fatih. "Astaga, Bu. Mana pernah Fatih berbohong, Bu, lagian F
Read more

500 ribu itu banyak, Bu.

"Mas." Selena masuk ke dalam kamar Bu Nuri. Fatih tak menjawab panggilan dari Selena, ia berpura-pura tidur agar Selena tak curiga kalau sebenarnya Fatih cuma pura-pura sakit. "Mas, kamu sakit?" Selena terlihat khawatir dengan keadaan Fatih. "Hmm." Fatih hanya bergumam menjawab Selena. Selena semakin mendekati tubuh Fatih yang terbaring dan ia memegang kening Fatih dengan punggung tangannya. Selena mengernyit karena tidak merasakan panas di tubuh Fatih. "Gak demam, Kok," gumam Selena lirih. Meski Fatih mendengarnya tapi ia mengabaikan seolah-olah tengah tertidur. Selena yang melihat sepertinya sang suami tidak sedang berbohong pun akhirnya memutuskan untuk ke showroom saja seorang diri. "Ya sudah Mas aku ke showroom dulu ya, kamu di rumah saja istirahat." Selena menggoyang-goyangkan tubuh Fatih pelan hingga membuat Fatih seolah-olah membuka matanya padahal telinganya sangat jelas mendengar. "Kenapa, Sayang?" "Aku mau ke showroom dulu. Kami di rumah saja istirahat.""Iya, kamu h
Read more

kedatangan Fatih di rumah Eka

Bu Nuri pun bergegas menuju ke kamarnya yang digunakan Fatih untuk tidur. Ia lantas membangunkan Fatih yang ternyata sedang memegang ponselnya. "Tih, Fatih, buruan bangun. Itu Selena sudah pergi. Buruan mandi sana. Malah main ponsel terus. Katanya mau ke rumah orang tua Eka."Fatih yang mendengar nama Eka disebut langsung dengan sigap ia bangun. Ia mengucek mata dan menguap lantas ia pun turun dari tempat tidur. Ia bersiap-siap mandi dan tak lupa sedikit berdandan agar kesan bagus yang terlihat orang tua Eka terhadap dirinya. "Aku mandi dulu ya, Bu.""Iya sana buruan, mandi yang bersih jangan sampai bau. Ibu sudah masak juga. Nanti kita sarapan dulu sebelum kamu ke sana.""Oke Ibuku, Sayang."Setengah jam berlalu, Fatih akhirnya siap untuk pergi ke rumah Eka. Ia menyiapkan mental agar nanti Eka mau kembali dengan dirinya. "Fatih pamit dulu ya, Bu, doain Fatih berhasil membuat Eka kembali.""Iya, Ibu doain semoga berhasil." Fatih pun berlalu dari hadapan Bu Nuri karena ojek online y
Read more

syarat dari Eka

"Mari masuk dan silahkan duduk. Biar saya panggilkan dulu." Mbak Minah mempersilahkan Fatih duduk di ruang tamu. Fatih mendaratkan bokongnya di sofa empuk yang ada di rumah itu. Ia mengelus-elus sofa yang didudukinya seraya membatin. 'Bener-bener mewah sekali rumah Eka ini. Rumah Selena gak ada apa-apanya. Bahkan, kalau dijual dan harga jati itu tinggi tentu saja tak sebanding dengan harga rumah orang tua Eka yang tampak sangat mewah ini. Aku menyesal sudah membuang Eka begitu saja demi Selena. Padahal kalau mau bersabar pasti aku akan mendapatkan hati orang tuanya Selena. Dasar bodoh memang aku ini.' Fatih merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Sesal pun tiada guna sebab nasi sudah menjadi bubur. Fatih terkejut saat mendengar suara langkah kaki dari arah dalam. Ia menengok ke sumber suara itu. Matanya membelalak saat melihat kehadiran Pak Hendri dan Bu Ranti tanpa Eka. Ia sudah merasakan keringat dingin bertemu dengan orang tua Eka. "Pa, Ma," sapa Fatih berusaha menyalami Pak H
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status