Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 141 - Chapter 150

349 Chapters

138. Lemon di Ujung Tanduk

Alan si pria berjubah ternyata muncul, tidak mengenakan topengnya, namun masih bertudungkan jubah. Ia berdiri samping Akara, tangan kiri meraih cakar Naga pemuda itu dan tangan kanan melebarkan jarinya. Belati 'Enam Jalan Kematian' telah melayang di atas tangannya dan diselimuti energi hitam hingga bergetar hebat."Biar saya saja anak muda, jangan terlalu mencolok di dalam kota," ucapnya seraya membuka aura ranahnya, ranah Gambuh b5.Akara lalu mengurungkan niatnya dan cakar Naga seketika hancur, ia lalu mendekati kekasihnya."Hanya bintang lima? Setidaknya bisa mengurangi rasa dahagaku,""Benarkah?" Alan tiba-tiba saja berada di sampingnya, membuat Lemon kelabakan menangkisnya. Hentakan energi dari serangan keduanya membuat Akara dan Sania terpaksa menjauh. Lokasi yang berada di tengah kota, sekaligus banyaknya anggota Aliansi Angin Malam yang tengah berlatih. Hal ini tentu saja cukup rawan untuk bertarung, apalagi mereka seorang abadi di ranah G
Read more

139. Kesempatan Terakhir

BOombb..Lemon mengeluarkan tombak lain, namun tidak berhasil menangkis sepenuhnya serangan Alan. Pedang pendek yang sebelumnya retak, kini patah dan menyebabkan serangannya lolos. Mengenai lengan bagian atas dan melesat ke belakangnya. Ia lalu bergegas berbalik, untuk melancarkan serangan lagi. Kejadian yang membuat seluruh anggota Aliansi Angin Malam panik, namun Akara tiba-tiba berteriak."Hentikan!" teriaknya saat melihat tombak yang dibawa oleh ketua Aliansi Angin Malam itu. Tombak yang mengeluarkan asap ungu beracun yang bernama 'Tombak King Kobra Ungu'. Alan lalu terbang melesat ke arah Akara dan berdiri membelakanginya, lalu berkata."Senjata itu? Tapi…" Alan mengernyitkan dahi merasa aneh, namun segera melirik ke arah Lemon kembali."Semoga saja dia orang yang aku cari," ucap Akara, lalu pria pecinta pertarungan itu malah tertawa lepas sambil terbang ke arah mereka. Luka di lengannya tidak segera ia tang
Read more

140. Tiga Kekuatan Kota Shuyal

Akara, Lemon dan yang lainnya sudah berada di istana kota Shuyal, bergegas mendekati ruangan tempat Argo Besiah berada. Selain Bento Besiah dan Alred Jati, ternyata di sana sudah ada seorang pria paruh baya bertubuh gemuk, dengan dua remaja laki-laki dan perempuan. Mereka adalah Dong Waru, Aul Besiah dan Mala Jati. Remaja tampan itu lalu mendekati raja kota Shuyal dan berkata dengan panik."Ayah, apa yang terjadi dengan kakek!?""Tenang saja, ini momentum promosi ranah kakekmu. Semoga saja berhasil dan terbebas dari belenggu Megatruh." Bento Besiah berusaha untuk tenang, namun kurang bisa menutupi kecemasannya. Kemudian Dong Waru mendekat dan berkata."Pil Astral Jiwa? Di manakah tuan Alred Jati mendapatkan resepnya?"Alred Jati yang berada di samping Bento Besiah menjawab. "Seorang wanita cantik berambut keemasan menjualnya padaku."Jawabannya membuat Dong Waru cukup terkejut."Tapi bukan saya yang
Read more

141. Permintaan Aneh

Mereka semua berada di sebuah aula besar. Sania berada di sisi Akara, sedangkan Alan lebih memilih untuk berdiri di belakang mereka. Argo Besiah dan Lemon juga sudah berada di ruangan itu. Saat sedang perjamuan syukuran karena kenaikan ranah, Akara tiba-tiba berdiri dan berkata."Karena semuanya telah baik-baik saja dan kenaikan ranah berjalan dengan lancar, kami mohon pamit."Argo Besiah nampak terkejut dan langsung bergegas mendekatinya. Pria paruh baya bertubuh berisi itu langsung menepuk pundak Akara."Nak Agera, kamu yang paling berjasa di sini. Pak tua ini akan mengadakan perjamuan besar, banyak keluarga besar di kota Shuyal yang akan datang. Jadi tetaplah di sini, banyak yang harus tau akan bakatmu,"Ya, kata-kata pujian yang selalu membuat Akara tak nyaman. Tentu saja malah tambah membuatnya enggan berada di sana."Maaf, aku tidak suka semua itu, juga jangan bilang tentang bakat denganku." Akara tanpa basa-basi dan membuat suasana
Read more

142. Serang dari Dunia Lain!

Akara hanya bisa mengernyitkan dahinya merasa aneh, padahal Sania susah memintanya menambah harem sebelumnya. Akan tetapi tatapan matanya berkata bahwa ia tidak mau hal itu."Dia memang sangat cantik, tapi tidak memberiku perasaan apapun dari beberapa pertemuan. Berbeda denganmu yang langsung membuat hatiku berdegup kencang," ucap Akara membuat Sania terkejut dan wajahnya langsung memerah."Tapi aku tidak bisa menangani si kecil ini sendirian!" serunya sambil menunjuk ke selangkangan Akara yang ada di depan mukanya."Kecil? Katanya besar banget," goda Akara. Hari tenang sebelum badai, jangan terlena dengan kedamaian sesaat. Saat Sania sedang menikmati 'Bing Chilling', selusin pasukan dari dunia lain itu sedang berada di depan gua pelindung harapan. Wakil komandan pasukan Bintang Hijau, seorang pemuda tampan dengan rambut pendek dan pakaian hijau tua dengan aksen hitam, bernama Baester. Ia menghembuskan energinya, dengan kecepatan ratusan meter perdetik untuk mendeteksi area sekitar.
Read more

143. Ken Terpojok!

Bwush..Tebasan energi mengenai pintu masuk gua, memaksa kedua ular raksasa keluar. Ken kembali mengaum, lalu melesat menerjang Baester. Kepalanya berhasil dihindari, namun ada kibasan ekornya. Boomm.. Hentakan kuat terjadi hingga Baester terdorong karena menahan kibasan ekor Ken. Seketika para pasukan Bintang Hijau melesat, namun Ken langsung menerjang mereka. Bertarung di hutan, menyebabkan pepohonan hancur karena dilindas oleh Ken dan efek benturan.Kini Kyun membuka auranya secara perdana, aura tingkat mistis empat pola. Ia langsung ikut menerjang ke arah para pasukan agar mereka tidak fokus pada Ken. Ia bertarung di sekitar gua, sedangkan Ken memisahkan mereka ke hutan. Ia melesat begitu cepat sambil menyerang hingga terjadi beberapa ledakan karena benturan serangan. Hal itu membuat wakil komandan Baester harus mengejar Ken. Tidak ada tanda-tanda aura ranah yang menyala, padahal pertempuran telah terjadi. Hanya pancaran cahaya merah menyala dan beberapa cahaya lain dari sayap
Read more

Author Gabut

Pedang kayu yang digunakan Akara latihan sejak kecil, namun memiliki sejarah panjang karena Lisa. Gadis cantik ini menukarkan pedangnya saat Akara masih kecil, dengan pedang kayu yang sudah mengkristal. Kedua pasang pedang sebenarnya adalah pedang yang sama, namun adanya penjelajah waktu bernama Lisa yang menjadikannya berbeda. Pedang ini sebenarnya hanya pedang kayu latihan biasa yang dibuat oleh mama Rani untuk anaknya(Akara), tapi ditukar oleh Lisa dengan pedang kayu berumur jutaan tahun (pedang yang sama dengan perjalanan waktu berbeda). Pedang kayu yang asli kini dibawa oleh Alice.Alasan menjadi dua pasang dan umur yang berbeda karena di masa depan pedang kayu yang dibawa oleh Alice terlempar ke masa lalu. Melewati perjalanan waktu sekitar seribu tahun yang lalu dan dibawa oleh Lisa, lalu gadis itu melakukan perjalanan ruang waktu ke berbagai Multiverse. Sebenarnya dia terjebak dan tidak bisa kembali ke dunia aslinya hingga harus terus menjelajah. Ia akhirnya kembali di dunia asa
Read more

144. Amphipthere Bergabung!

"Tidak ada gunanya, bahkan jika kau memohon sekalipun. Akan aku bunuh kalian berdua jika tidak memberitahu lokasi gadis itu!" Muncul lingkaran sihir di atas Baester, lingkaran dengan nyala merah tua dan ukiran sajak rumit di udara. Setelah sepenuhnya terbentuk, muncul pada aliran energi yang mengalir ke arah pedangnya."Tidak akan aku katakan bahkan jika kau membunuhku!" teriak Ken."Oh benarkah, lalu bagaimana dengan istrimu? Apakah dia bisa bertahan melihat kau mati!?" Baester terbang ke arah Kyun, bersamaan dengan pengumpulan energi yang sudah rampung."Hei ular betina, katakan di mana gadis manusia itu atau kau akan melihat kematiannya!" "Jangan diberi tau!" teriak Ken hingga membuat Baester begitu kesal dan berbalik badan ke arah Ken lagi."Baiklah, kau yang memaksaku!" Baester lalu meraih pedangnya menggunakan kedua tangan, ia lalu mengangkatnya sampai di atas kepala. Tiba-tiba gravitasi menjadi berat puluhan kali lipat di tubuhnya, membuatnya melesat ke arah Ken dengan sangat
Read more

145. Sania Pergi!

Sang mentari sudah muncul di ufuk timur, menciptakan cahaya kekuningan yang menembus kabut pagi. Kabut yang cukup tebal itu tiba-tiba tersapu oleh angin. Kini nampaklah pemandangan yang begitu tragis. Hutan tropis yang sebelumnya sangatlah lebat oleh pepohonan, kini tidak berbentuk lagi. Tanah basah dengan banyaknya cekungan tak beraturan setelah pertempuran, juga serpihan kayu dari pepohonan yang hancur. Di lokasi itu, ada dua King Kobra raksasa yang penuh luka, tersungkur di tanah bahkan tanpa tekanan gravitasi. Aura Naga telah padam, mereka benar-benar kehabisan energi, sedangkan ular terbang Amphipthere sudah kembali ke dalam wujud kecilnya. Di atas mereka, ada selusin pasukan Bintang Hijau yang mengelilingi sebuah energi berbentuk pedang besar."Karena kalian meremehkanku, nyawa kalian sudah tidak ada artinya lagi!" Baester yang masih terlihat begitu bugar mengangkat tangannya, lalu ia ayunkan ke depan bersamaan dengan jatuhnya Pedang besar itu. Peluncuran disertai tekanan gravit
Read more

146. Aura Naga muncul lagi!?

Lemon sudah sampai di kediaman tempat Akara bermalam. Melihat pintu kediaman yang terbuka, ia langsung masuk begitu saja dan mencari keberadaan pemuda itu. "Tuan Agera!?" serunya ketika tidak mendapati keberadaan Akara, namun tiba-tiba ada seseorang yang terbang di atas kediaman. Ia berhenti, disusul oleh hembusan angin yang menerpa kediaman itu. Segera Lemon keluar dan mendongakkan kepalanya untuk melihat master aura yang baru datang."Petarung gila, apa yang terjadi di kediamanmu?" Ia adalah Bento Besiah, raja kota Shuyal.…Sania menutup sayap perinya dan menapakkan kaki di atas tahan yang belum pulih akibat serangan Amphipthere. Selusin pasukan Bintang Hijau juga ikut mendarat di depan gadis bergaun merah itu, lalu pemimpin mereka maju beberapa langkah dan menunduk."Nona Sania, akhirnya menemukan anda… Kami datang untuk menjemput nona, tidak ada alasan untuk nona menolak,"Sania yang tenang langsung menatapnya dengan tajam. "Kau
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
35
DMCA.com Protection Status