"Astaga, Bu." Aku menghela napas pelan. Ibu benar-benar mengagetkanku. Sudah kaget karena kedatangan Ani dan rombongan, dikagetkan juga dengan Ibu. "Bukan apa-apa, Bu.""Apanya? Tadi Ibu liat sendiri. Si Ani sama orang-orang yang pakai pakaian misterius. Dia kenapa lagi, hah?!"Ibu benar-benar menyebalkan. Aku mengurut kening. "Kenapa si Ani? Mana bayi kamu? Jangan-jangan—"Ibu langsung masuk ke dalam kamarku. Tidak ada lagi bayi kami. Aku sudah pasrah. Entah kenapa, perasaanku berbeda sekali sekarang. Ini lucu, aku baru merasakannya sekarang. Apakah ini yang dinamakan penyesalan selalu datang terakhiran? Ah, aku mengempaskan tubuh ke sofa. "Mana bayi kamu, Reyhan?!""Dibawa Ani." Aku menjawab pelan, sambil melirik Nisa yang duduk di sebelahku. "Hah?! Kamu itu udah gila, Reyhan? Bisa-bisanya kamu kasih bayi itu ke si Ani. Mana lagi wanita itu? Dia itu menyebalkan sekali.""Besok aku susul, Bu. Jangan marah-marah. Udah malam, nanti tetangga dengar."Ibu tetap saja menatapku marah
Read more