Kaila merasakan jantungnya berhenti saat itu juga. Wajah Angkasa yang dekat sudah membuatnya kesulitan, dan ditambah dengan ucapan yang baru saja pemuda itu katakan. Dia tidak tahu harus apa. Dia ingin kabur dari sini dan mengunci dirinya di kamar, tapi Kaila tidak bisa. Angkasa masih mengurungnya. “Gue suka sama lo,” ujarnya sekali lagi. Kaila mengalihkan pandangannya dan mentap pundak Angkasa saja, ia tidak bisa menatap Angkasa tepat di matanya dengan jarak sedekat ini. “Lo demam, Sa. Jadi gue maklumin kalo lo ngawur,” ujar Kaila berusaha sekuat tenaga untuk membalas ucapan Angkasa barusan. “Gue udah sembuh,” sahut Angkasa. “Lo udah nyentuh dahi gue tadi kan? Dan panas gue udah turun seratus persen, Kai.” Ya, Kaila tahu itu. Ia tahu kalau panas Angkasa sudah turun sejak ia menyentuh dahi pemuda itu tadi, tapi dia hanya mengatakan itu untuk membohongi dirinya sendiri. Dia tidak ingin mengetahui kalau Angkasa menyukainya. Dia tidak ingin mempercayainya. “Gue harus apa, Kai?” ta
Last Updated : 2022-10-29 Read more