Home / Fiksi Remaja / Goyangan Pohon Beringin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Goyangan Pohon Beringin: Chapter 11 - Chapter 20

73 Chapters

Suara Ketukan Di Pintu

Semakin dekat mereka dari kamar kedua orang Adrian untuk mencari sumber suara, semakin ke arah kamar kedua orang tua Adrian. Keduanya berhenti dan saling memandang. Telunjuk jari tangan mereka masing-masing berada di bibir, saling memberi isyarat untuk diam. Sedangkan telinga mereka tempelkan di pintu kamar. Tidak sadar jika mereka terlalu keras menempelkan telinga ke pintu, hingga pintu terdorong. “Astaga ....! Lu gimana sih? Main dorong aja,” bentak Adrian mendorong tubuh Wandi lebih masuk ke dalam kamar.Keduanya melihat ke sekeliling ruangan kamar, tidak ada tanda-tanda orang melakukan aktifitas yang seperti mereka bayangkan. Ranjang juga rapi, sudut ruang juga terlihat bersih. Mata Adrian melihat benda hitam kecil yang ada di atas meja. Terdengar suara gemerisik dari sudut ruangan. Perlahan mendekat dengan tetap berjingkat ke sumber suara agar tidak ketahuan.Dua anak itu saling menatap, Adrian menggelengkan kepala memberi isyarat pada Wandi untuk mengikutinya. Suara yang mereka
Read more

Jangan Ganggu Gue

Kedua pemuda itu berdiri diam mematung di depan pintu, sambil menggigit jari. Untuk beberapa saat lamanya mereka terdiam. Melihat sosok yang sudah ada di depannya dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan.“Ya-Yan, lu kagak t-takut?”Dengan berani Wandi berbicara sambil meraih tangan Adrian untuk digenggam. Kontan hal ini menimbulkan kejutan buat sahabatnya. Dia tidak pernah sembarangan dipegang oleh orang lain. Biasanya Wandi menjadi bulan-bulanan sikap jahilnya.“T-tidak, na-napa? Kagak ada apa-apa,” kilah Adrian berusaha untuk menepis tangan Wandi. Namun tidak dapat dia pungkiri jika persaan takut menyerang saat ini. Terlihat dari bahasa tubuhnya yanga gemetar.Wandi melotot melihat ke arah Adrian, tawa renyah mengembang dari bibir tebalnya.“Hahaha .... apa an, katanya gak takut. Tuh kali lu! Napa gemetaran kayak gitu?”Adrian menoleh ke arah Wandi, “Opo opo? Ngomong aja lu!”Segera melangkahkan kakinya duduk kembali di ruang tamu diikuti Wandi. Tawa renyah masih terdengat dari
Read more

Kucing Hitam

Kucing Hitam sudah semakin dekat dengan Wandi. Jarak hanya satu meter membuat Wandi semakin menggigil ketakutan. Bibirnya terkunci rapat tidak dapat mengeluarkan suara. Hingga kucing mulus berwarna hitam itu tepat berdiri di kakinya yang berselonjor. Nyala tajam dari mata kucing membuat Wandi menutup matanya. Dia sudah pasrah dengan keadaan yang membuatnya tersudut.Wandi yang semakin ketakutan tidak dapat menahan diri dan akhirnya pingsan. Sedangkan kucing hitam itu tiba-tiba menghilang bersama dengan asap putih yang tiba-tiba muncul. Entah ke mana makhluk jadian itu pergi setelah menatap ke arah Wandi agak lama. Suasana seketika hening mencekam. Wandi tergeletak di lantai, tanpa ada yang tahu. Adrian yang sedang di dapur mencari air minum, merasakan suasana agak aneh. Sepi sunyi seperti kuburan yang tak berpenghuni. Rumah Adrian terasa mencekam di mata Wandi. Kedua orang tuanya belum juga pulang hingga malam larut seperti ini.“Eh, kenapa jadi merinding kayak gini ya?” ucap Adrian
Read more

Kedatangan Jamilah

Wandi berteriak kencang membuat Adrian yang sedang berada di dalam kamar mandi sontak membuka pintu. Untung sudah selesai buang hajatnya, bisa berbahaya jika harus itahan. Dia melihat ke arah Wandi yang berdiri sambil berkacak pinggang menatap ke arah meja makan. Dia heran dengan sikap temannya. Apa yang sebenarnya sudah dilihat oleh sahabatnya. Tidak ada makhluk tak kasat mata seperti yang diceritakan oleh temannya itu di atas meja. Kosong, namun ia melihat dari sorot mata kawannya tetap mengarah tajam ke arah yang berbeda. Berjalan dengan pelan Adrian maju dan berdiri di samping Wandi. Menyenggol bahu yang lebih kecil dari dirinya, hingga membuat sang pemilik terkejut.“Itu ... itu yang gue ceritakan tadi,” ucap Wandi menengkeram tangan Adrian.“Itu? Itu apa? Mana ....? Gue kagak liat apa-apa. Please deh, lu jangan berhalusinasi kaya gini. Tidak ada hantu di rumah gue,” bentak Adrian dengan keras.“Ya ampun ... ternyata benar, cuma gue yang bisa liat. Apes bener nasib gue,” ucap
Read more

Pekerjaan Malam Hari

Satu persatu baju kotor masuk ke mesin cuci. Waktu sudah lewat tengah malam, pukul 02.00. Jamilah sudah kembali ke kamarnya, sementara Adrian ditemani dengan Wandi masih mengerjakan tugasnya yang lalai tadi pagi. Hingga saat akan memasukkan celana pendek yang dipakai Adrian tadi pagi, Wandi melihat hal yang aneh. Celana berwarna krem itu ada warna merah di bagian sisinya. Wandi meraih celana pendek yang dipegang Adrian sebelum masuk ke mesin cuci.“Bentar Yan! Memang celana kamu kayak gitu? Kog cuma sebelah yang beda?”“Apanya? Oh ... iya, waduh, bisa kena marah Emak nih,” ucap Adrian kelihatan panik.“Masa kena kotoran sampe begitu? Coba periksa dulu deh!”Adrian menurunkan celana pendek yang sudah hampir masuk ke bibir mesin cuci. Melihat ada yang aneh dengan warna celananya. Tangannya kemudian masuk ke dalam kantong saku celana dan mengambil sesuatu dari dalam kantong. Matanya melotot, demikian juga dengan Wandi. Sebuah kain yang ada noda darah itu hingga membekas ke celana Adrian.
Read more

Kakek Misterius

Pagi hari kedua orang tua Adrian terbangun, heran melihat kamar anaknya masih tertutup. Harusnya dia pergi ke sekolah pagi ini. Ayah Adrian yang bernama Jumari itu menggedor pintu kamar anaknya dengan sangat keras. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, dan kedua anak itu belum juga bangun. Jamilah akhirnya tidak tahan, akhirnya menyuruh Jumari suaminya mendobrak pintu kamar.Mendorongnya dengan keras hingga pintu terbuka. Nampak dua anak masih terlentang seperti mayat dengan muka pucat. Sontak kedua orang tua Adrian gugup dan tergopoh menghampiri kedua anak itu. Setelah memastikan tubuh mereka masih hangat, Jumari lantas menelpon tetangga minta bantuan untuk memanggilkan bidan. Hanya bidan, petugas medis yang terdekat di desa itu. Rasa khawatir menyelimuti hati kedua orang tua yang masih muda itu. Anak mereka satu-satunya tertimpa masalah. Sedikit saja tidak pernah sampai melakukan hal yang buruk pada anaknya.“Ini gimana bisa jadi seperti ini Dik? Tadi malam gue denger suara beris
Read more

Sikap Aneh Kakek

Suara serak terdengar di telingan Jumari. Terkejut itu yang dia rasakan. Karena merasa menjadi seorang bapak, dia menepis rasa takutnya. Dia merasa harus melindungi keluarganya.“Ma-malam,” jawab Jumari gugup. Melihat ke arah kakek yang berdiri sempurna di hadapanya dengan sorot mata tajam. Jumari mempersilahkan kakek yang tidak mau memberitahukan namanya itu masuk ke dalam rumah. Entah apa yang ada di pikiran Jumari saat ini, tidak merasa curiga sedikitpun kepada kakek meski hawa dingin menyelinap saat ini. Berbeda dengan Badrun, dai heran dengan berubahnya sikap ayah Adrian.“Ini siapa? Kog belum pernah kenal. Kakek rumahnya mana?” cecar Badrun mengamati kakek mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.Kakek tidak mengindahkan pertanyaan dari Badrun, dia langsung dibawa Jumari masuk ke dalam kamar Adrian. Sempat bersitegang dengan ayah Wandi yang berusaha mencegah agar tidak masuk ke kamar. Namun apa daya, dia bukan tuan rumah. Apalagi Jamilah istrinya juga mengijinkan. Mereka bersa
Read more

Hasrat

Seperti orang yang tengah di landa asmara, keduanya mendekat dan bersentuhan. Mata mereka saling menatap penuh dengan kerinduan seperti berbulan-bulan tidak bertemu. Aneh sekali sikap Adrian, bukan seperti yang dikenal oleh Wandi sebelum kenal dengan Hesta. Pikiran hanya tertuju pada gadis cantik penghuni pohon beringin. Tidak memerdulikan jika mereka saat ini dalam kondisi bahaya dan tentangan dari dunia mereka.“Hesta, ini lu? Ya ampun, apa kabar? Gue cariin elu dari kemaren.” Adrian tergesa memeluk Hesta yang sudah berdiri di depannya. Pelukkan erat seperti lama tidak bertemu.“Iya, ini gue. Gue kangen ama lu. Kakek sih, larang gue ketemu. Yuk, main ke taman sebentar!” Ajak Hesta sambil menarik tangan Adrian dibawa ke belakang pohon beringin.Pohon Beringin mulai terlihat bergerak ranting-rantingnya. Daun-daun bergoyang beberapa lembar terjatuh ke tanah. Wandi yang masih duduk di atas sepeda motor, mulai ketakutan. Dia berteriak memanggil nama kawannya. Akan tetapi suaranya seperti
Read more

Kejutan Buat Hesta Dan Adrian

Dua orang beda jenis dan juga beda alam. Percaya atau tidak, Adrian tidak mempunyai mempunyai sifat indigo sama sekali. Tetapi memang selama ini perangainya sering marah dan emosi yang tidak terkendali. Orang bilang, aura yang seperti inilah yang di sukai para makhluk halus. Aura merah yang menurut orang mempunyai kepercayaan yang tinggi dan mudah marah. Daerah Tawangmangu yang kon penuh dengan cerita misteri. Dari pohon beringin sampai dengan manusia beristri makhluk halus.Hesta dan Adrian sudah hilang akal sehat. Mereka memadu kasih tanpa seorangpun tahu. Hasrat Adrian yang masih dibawah umur sedang bergejolak. Sedangkan Hesta, mempunyai maksud tersembunyi dibalik semuanya. Gadis cantik yang menggemaskan di mata Adrian yang masih polos belum mengenal wanita. Kini dia sudah tenoda dengan tubuh seksinya.Mereka sudah benar-benar lupa dengan jati dirinya. Belum lagi hujan gerimis menambah dingin suasana hutan. Gelora hasrat yang panas membakar, menghangatkan masing-masing insan yang
Read more

Kedatangan Tamu

Adrian dan Wandi pulang dengan pikiran masih tertinggal di tempat itu. Kepingan memori hari ini cukup membuat Adrian dan Wandi diam membisu sepanjang jalan. Pakaian yang tadinya basah, sudah mengering tertiup angin sepanjang perjalanan. Perjalanan yang memakan waktu satu jam cukup membuat mereka kelelahan, ditambah lagi belum makan siang.Hari sudah beranjak petang saat mereka tiba di rumah Wandi. Adrian mengantarkan Wandi, yang jarak rumahnya hanya beberapa ratus meter saja. Selalu sendiri saat mereka tiba di rumah masing-masing. Rutinitas yang dianggap membosankan, tanpa teman saat tiba di rumah.“Males kalo sepi kayak gini. Kenapa tadi nggak ngajak Wandi tidur sini aja ya? Pasti emak sama bapak pulang malam lagi nih. Toko lagi ramenya,” gumam Adrian sambil nonton televisi di ruang tengah.Sesaat hening, terdengar suara ketukan pintu. Tok ... tok ... tok ....“Siapa malam-malam gini bertamu. Jangan bilang Hesta ngikutin gue sampai kemari. Bisa berabe kalo Emak sama Bapak tahu nih,
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status