Home / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Bimantara Pendekar Kaki Satu: Chapter 261 - Chapter 270

582 Chapters

261. Bimantara VS Pendekar Buruk Rupa 3

Pendekar Buruk Rupa terus saja melakukan ajian penghilang ingatannya sambil memegang kepala Bimantara. Bimantara mencoba melawannya, namun tenganya mulai lemah. Sementara itu Panglima Adhira tampak tidak berdaya bersama pasukannya.“Apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkannya, Panglima?” tanya prajuritnya bingung.“Aku tidak tahu. Kita tidak bisa mendekati mereka. Ada yang cahaya yang menghalangi kita,” ucap Panglima Adhira kebingungan.Tak lama kemudian elang putih datang lalu terbang berputar-putar di atas langit sana. Panglima Adhira mendongak dengan heran saat mendengar suaranya. Seruni di atas sana masih tampak bingung. Setangkai bunga raksasa itu masih berada di tangannya. Saat dia melihat elang itu dia langsung berteriak.“Elang Putih! Tolonglah Bimantara!” teriak Seruni.Pendekar Buruk Rupa menatap elang itu dengan heran. Tak lama kemudian elang itu bersuara. Seketika harimau-harimau berdatangan. Srigala-srigala juga juga berdatangan. Panglima Adhira dan prajuritnya lan
Read more

262. Pendekar Sejati

Panglima Adhira lega melihat setangkai bunga raksasa merah itu berada dengan selamat di tangan gadis itu.“Biar aku dan prajuritku yang menjaga bunga itu, Bimantara,” pinta Panglima Adhira.Bimantara pun menoleh pada Seruni. Seruni mengerti dan memberikan setangkai bunga besar itu pada Panglima Adhira. Tak lama kemudian suara hentakan kuda terdengar mendekat ke arah mereka. Ternyata yang datang itu adalah kuda Bimantara dan Seruni yang sengaja ditinggalkan di luar hutan. Bimantara dan Seruni senang melihat kedatangan mereka.“Ayo kita pergi dari sini!” pinta Bimantara.Semua pun menaiki kuda masing-masing lalu kembali memacukan kuda untuk meninggalkan hutan itu.***Kakek Kepala Perguruan Elang Putih yang sedang duduk bersila sambil memejamkan matanya itu membuka matanya. Para muridnya yang sedang mengelilinginya tampak menunggu dengan penasaran.“Bagaimana Tuan Guru?” tanya muridnya.Kakek kepala perguruan Elang Putih itu tampak tersenyum.“Elang Putih kiriman dariku berhasil menyela
Read more

263. Serangan dari Raja Hutan

Saat Sang Panglima dari Suwarnadwipa itu hendak menyerang Panglima Adhira, Bimantara memacukan kudanya sejajar dengan Panglima Adhira.“Biarkan kami kembali ke Nusantara sebelum terjadinya pertumpahan darah,” pinta Bimantara.Sang Panglima itu tertawa.“Kau pikir akan dengan mudahnya aku menuruti ancamanmu?” tanyanya dengan tersenyum kecut. “Aku tak akan membiakan kalian hidup kali ini! Kalian akan mati semua di tanganku!” teriaknya.Tak lama kemudian elang di atas mereka beruara. Semua menatap ke atas langit memandangi elang itu. Panglima itu heran.“Diam kau!” teriak Panglima itu dengan geram.Tak lama kemudian terdengar suara lolongan srigala dan harimau-harimau. Panglima dari Suwarnadwipa itu gemetar ketakutan, begitu pun dengan para prajuritnya.“Binatang buas, Panglima!” teriak prajuritnya ketakutan.“Biarkan saja! Mereka datang pasti untuk mengusir para tamu tak diundang ini!” tegas Panglima itu.Saat harimau-harimau itu datang bersama sekawanan srigala itu, mereka malah mendek
Read more

264. Menghadap Sang Ratu

Sang Panglima datang menghadap Ratu Mantili di singgasananya dengan gemetar dan ketakutan. Dia berlutut dengan keringat mengucur di dahinya. Ini untuk pertama kalinya apa yang diperintahkan yang mulia ratunya tidak terlaksana dengan baik. Kali ini dia gagal melaksanakan tugasnya.“Kenapa kau datang padaku dengan wajah ketakutan begitu, Panglimaku?” tanya Sang Ratu dengan heran.Panglima itu semakin gemetar mendengar pertanyaan itu. “Ampun yang mulia ratu, hamba dan pasukan telah gagal membawa pemuda itu ke hadapanmu. Hamba siap dihukum karena gagal melaksakan perintah dari yang mulia,” jawab Sang Panglima yang tetap menunduk di hadapannya.Ratu Mantili tampak geram mendengarnya.“Apakah pemuda itu terlalu hebat hingga kau gagal menangkapnya?” tanya Ratu Mantili tak percaya.“Ampun yang mulia! Yang membuat hamba gagal menghadapinya karena pemuda itu telah menggunakan ajian penakluk binatang di kerajaan kita,” jawab Panglima itu dengan gemetar. “Bukankah seharusnya ajian itu dilarang di
Read more

265. Surat dari Ratu

Panglima Adhira tampak bingung. Bimantara menatapnya setelah dia berhasil menemukan cara untuk bisa kembali berlayar ke Nusantara.“Kita harus menyamar menjadi penduduk di sini,” ucap Bimantara.“Menyamar bagaimana, Bimantara?” tanya Panglima Adhira bingung.Bimantara menatap Seruni yang masih terlelap.“Kita minta bantuannya untuk meminjam pakaian warga yang dikenalnya. Kita memakai pakaian mereka lalu diam-diam menumpang kapal layar yang berlayar ke Nusantara untuk tujuan perdagangan,” jawab Bimantara.Panglima Adhira tampak berpikir. Parjuritnya menatap Panglima Adhira dengan tatapan setuju dengan perkataan Bimantara.“Aku setuju dengan pendapat Bimantara, Panglima. Aku kira cara itulah cara terbaik yang bisa kita lakukan,” ucap Prajuritnya.Panglima Adhira pun menatap serius Bimantara.“Baiklah, besok kita bergerak untuk menyamar menjadi penduduk asli di daratan ini,” ucapnya setuju.Tak lama kemudian Seruni bangung lalu menatap semuanya dengan tatapan seolah sudah mendengar semua
Read more

266. Dalam Penyamaran

Bimantara tampak sudah berganti pakaian dengan pakaian yang biasa dipakai penduduk setempat. Begitupun dengan Panglima Adhira dan para prajuritnya. Seruni, Neneknya dan seorang pemuda adik kandung Seruni tampak tersenyum melihat mereka semuanya. “Kalian sudah mirip dengan penduduk setempat,” ucap Nenek itu. “Sekarang jika kalian melakukan perjalanan ke Dermaga, saya yakin tak ada yang tahu kalau kalian berasal dari Nusantara.” “Terima kasih, Nek,” ucap Bimantara. “Kami semua tak akan melupakan kebaikan nenek dan semuanya.” Seruni tampak sedih menatap Bimantara. Dia tak akan mengikuti pengembaraan Bimantara lagi. Dia akan melepaskan Bimantara di sana. Bimantara pun mendekat ke Seruni sambil tersenyum. “Kau yang paling berjasa padaku,” ucap Bimanara. “Aku tak akan melupakan semua kebaikan yang kau berikan padaku.” Seruni mengangguk sedih. “Terima kasih semuanya. Izinkan aku menjadikanmu sebagai adik angkatku. Kebetulan aku anak tunggal yang tidak memiliki kakak dan adik,” pinta Bim
Read more

267. Penjaga Perbatasan

“Berhenti!” teriak penjaga yang berdiri di dekat gapura batas perkampungan itu.Bimantara dan pasukannya menghentikan kuda masing-masing. Panglima Adhira langsung turun dari kuda lalu berjalan menghadap penjaga itu dengan menyamar menjadi penduduk setempat. Dia menghadap dengan ramah dan penuh hormat agar penyamarannya tidak dicurigai oleh para penjaga yang betubuh kekar-kekar itu.“Maaf, Tuan. Kami semua hendak pergi ke perkampungan di daerah dermaga untuk mengantar sayur-mayur ke sana,” ucap Panglima Adhira dengan penuh hormat.Penjaga itu berjalan ke arah Bimantara dan yang lainnya yang masih berada di atas kuda masing-masing. Langkahnya diikuti oleh penjaga yang lain. Mereka memeriksa sayur mayur di kuda masing-masing. Di dalam sayur mayur itu disimpan setangkai bunga raksasa merah yang mereka dapatkan dari hutan Gimbo.Panglima memandangi mereka dengan menyimpan gugup. Salah satu penjaga menatap Bimantara dengan lekat. Dia memandangi kaki Bimantara yang pincang dengan heran. Perl
Read more

268. Kekhawatiran Raja Dawuh

Raja Dawuh tampak tersentak ketika mendengar laporan dari pejabat istana bahwa Bimantara saat ini nasibnya tengah terancam di daratan Suwarnadwipa. Raja Dawuh tak percaya akan surat yang dikirimkan oleh pihak kerajaan Nusantara Timur yang mengatakan bahwa ada salah satu pendekar Nusantara yang telah melanggar perjanjian di kerajaan luar. Dia terbelalak ketika mengetahui pendekar itu bernama Bimantara.“Bagaimana dengan Panglima Adhira dan pasukannya yang mulia?” tanya pejabatnya bingung.“Sampai saat ini mereka belum mengabari apapun kepada saya,” ucap Raja Dawuh.“Melihat ada masalah seperti ini, saya khawatir perjalanan mereka ke Suwarnadwipa tak akan mulus. Pihak kerajaan Suwarnadwipa pasti akan mencurigai kedatangan mereka,” khawatir pejabat istana padanya.Raja Dawuh pun terdiam sesaat kemudian dia memandangi pejabat istana dengan lekat. “Sepertinya saya harus mengunjungi Raja Dawuh di kerajaan Nusantara Timur,” ucapnya.Pejabat istana terkejut. “Untuk apa yang mulia?”“Saya tida
Read more

269. Pertemuan Tak Terduga

Bimantara dan Panglima Adhira masih menunggu prajurit itu memeriksa jalanan di hadapan. Prajurit itu tidak menemukan ranjau apapun di hadapan mereka. Bimantara bingung. Dia mengelus kudanya dengan pelan.“Ada apa? Kenapa kau tidak ingin lagi mengantarku?” tanya Bimantara pada kudanya.Kuda itu diam saja. Bimantara menggerak-gerakkan talinya, namun kuda itu tetap diam dan tidak mau berjalan. Bimantara dan yang lain tampak heran.“Mungkin dia tidak ingin pergi meninggalkan tuannya,” tebak Panglima Adhira.“Ini pasti bukan karena itu. Ini pasti karena hal buruk terjadi,” jawab Bimantara.Tak lama kemudian mereka melihat pasukan berkuda datang ke arah mereka.“Apa karena kedatangan pasukan itu kudamu mendadak berhenti?” tanya Panglima Adhira.Bimantara tidak mejawab pertanyaan Panglima Adhira. Dia malah terus saja menatap kehadapan. Sesampainya pasukan berkuda itu ke arah mereka, pasukan itu tampak tidak peduli dan terus saja melintasi mereka.Panglima Adhira semakin bingung. Tak lama kem
Read more

270. Jamuan Datuk Margi

Bimantara tampak berpikir keras ketika Elang itu menunjukkan tempat yang ternyata tempat itu adalah milik Datuk Margi. Dia heran kenapa Kakek Kepala Perguruan Elang Putih mengirimkannya ke tempat itu. Saruang yang kini berdiri di samping Datuk Margi pun tampak mulai ketakutan. Dia juga khawatir pemuda itu akan menuntut balas atas kejahatan yang mereka lakukan. Dia pun berbisik pada Datuk.“Jangan-jangan dia menemui kita ke sini untuk membalas dendam, Tuk,” bisik Saruang.Datuk Margi mengernyit takut mendengar itu. Dia pun menatap Bimantara dengan heran.“Apa kau sengaja mencariku untuk balas dendam?” tanya Datuk Margi heran. “Perlu kau ketahui bahwa aku terpaksa menjebloskanmu ke penjara karena aku curiga kau punya maksud untuk menghancurkan kerajaan Suwarnadwipa.” Datuk Margi sengaja berbohong agar Bimantara tidak marah padanya.“Aku ke sini bukan untuk itu,” jawab Bimantara.Datuk Margi dan Saruang saling menatap tak percaya.“Kalau bukan untuk itu, bagaimana caranya kau bisa sampai
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
59
DMCA.com Protection Status