Home / Lainnya / Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa: Chapter 181 - Chapter 190

217 Chapters

Bukan Hal Kebetulan

Mantiko Sati membelalak menyaksikan bagaimana si gadis bercadar seolah tidak memberi hati pada si pengawal. Ia melirik pada si Kuciang Ameh. Si Kuciang Ameh cukup memahami arti pandangan si pemuda rupawan, ia menghela napas dalam-dalam seraya menepuk-nepuk bahu sang pemuda. “Apakah aku mengenalmu, hai, Gadis Bercadar?” tanya si Kuciang Ameh begitu ia dan Mantiko Sati melangkah ke arah bagian di dekat jalan keluar itu. “Tidak,” ucap sang gadis. “Anda tidak mengenal saya, Datuk Masuga, dan selamanya seperti itu.” Si Kuciang Ameh cukup memahami permintaan di dalam ucapan sang gadis. Mantiko Sati tercengang. Meskipun gadis bercadar itu dengan sengaja mengubah suaranya—mungkin dengan menyelipkan sesuatu di dalam mulutnya—namun masih sangat jelas bagi Mantiko Sati siapa pemilik suara itu sesungguhnya. Bahkan, hal ini diperkuat dengan jurus telapak tangannya yang memerah seperti api menyala itu. Sang gadis yang sesungguhnya adalah Gad
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Ketegangan

Seperti yang diperkirakan oleh Gadih Cimpago, begitu mereka keluar dari lorong penjara bawah tanah itu, di halaman belakang istana ternyata telah menunggu ratusan Pengawal Istana dengan membekal senjata berbeda-beda, bahkan ada yang menggunakan panah.Mantiko Sati, Datuk Masuga, dan Gadih Cimpago terjebak di tengah-tengah kepungan tersebut. Dan di hadapan ketiganya, terpaut sekitar sepuluh langkah, berdiri tiga sosok yang beberapa tahun belakangan selalu hilir-mudik di dalam istana.Mereka adalah Darna Dalun alias Angku Mudo Bakaluang Perak, Rumada alias Siladiang Kamba, dan Daro alias Sijundai Bakuku Api.Di samping kiri dan kanan ketiga orang yang merupakan kepercayaan Ratu Mudo itu, berdiri pula Tujuh Hulubalang Kerajaan baru, salah satunya adalah suami dari Gadih Cimpago sendiri.Gadih Cimpago mendekati Mantiko Sati, lalu membisikkan sesuatu, “Ingat Sati, apa pun yang terjadi, jangan menyebut namaku.”“Aku tah
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

Silang Sengketa

“Masuga!” panggil sang Ibu Suri. “Kau baik-baik saja?” “Aku baik-baik saja, Uni,” sahut si Kuciang Ameh pada kakak perempuannya itu. “Uni tidak perlu khawatir.” “Bundo, kumohon!” teriak Ratu Mudo. “Mak Enek sudah membunuh Ayahanda Rajo, dia pantas mati!” “Tutup mulutmu, Pandan!” bentak sang Ibu Suri. “Masuga hanya salah membawa kepingan itu, dia ditipu orang, dan kau langsung menyalahkannya!” “Tapi Ayahanda Rajo pun jelas-jelas menyalahkan Mak Enek!” “Selama hampir sepuluh tahun aku diam saja,” si Kuciang Ameh mengertakkan rahangnya, “kuberi tahu kau, Puti Pandan Sahalai,” ujarnya seraya menyebut nama asli sang Ratu Mudo. “Mereka bertiga itulah biang dari segala permasalahan yang terjadi padaku, pada Kakanda Rajo!” “Jangan kau berkata sembarangan!” bentak Ratu Mudo pula. “Jangan mentang-mentang kau Mak Enek bagiku, kau enak saja menuduh orang kepercayaanku!” “Sebaiknya kau mendengar apa yang dikatakan Mak Enek-mu itu, Pandan!”
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

Tidak Mungkin Disembuhkan

Sembilan orang Cadiak Pandai bergerak seperti melindungi Ibu Suri, meskipun mereka lebih hebat dalam urusan memikirkan permasalahan tentang kerajaan dan rakyat, namun mereka juga menguasai satu dua kesaktian.Sebab, mereka melihat Siladiang Kamba menghunus golok kembarnya itu. Sijundai Bakuku Api pula merapal kesaktiannya, sepuluh kuku tangannya memanjang dan memerah seperti bara menyala.Sedangkan Angku Mudo Bakaluang Perak terlihat masih tenang-tenang saja dengan semua kenyataan yang terbuka di depan muka orang ramai tentang segala keburukannya itu.Melihat kondisi Ratu Mudo yang mulai menjerit-jerit kesakitan sembari meremas rambutnya sendiri, sang Ibu Suri lantas mendekati putri kandungnya tersebut.“Pandan, k—kau baik-baik saja, Nak?” sang Ibu Suri memandang pada Pengawal Pribadi yang mengelilingi sang ratu. “Katakan padaku, apa yang sedang terjadi pada Ratu Mudo?”Sebab Pengawal Pribadi yang tidak terikat aturan
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

Lawan Masing-Masing

“Kau tidak ingin bertindak?” Angku Mudo Bakaluang Perak menyeringai sembari melirik salah satu dari empat orang Hulubalang Kerajaan yang berdiri di samping kiri. “Kau tahu bukan, jika semua ini gagal, tempat pelacuran yang dikuasai anak gadismu itu akan hilang selamanya?”Semua pandangan kini tertuju pada sosok Datuk Hulubalang yang satu itu. Hanya saja, meskipun ucapan Angku Mudo itu bernada ancaman, namun sang datuk sendiri tak hendak bertindak. Ia tetap hening berpura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan orang.“Ooh, ini akan sangat menarik,” lagi-lagi Angku Mudo terkekeh.“Kau pikir kau punya kesempatan?” ujar Mantiko Sati.“Ya, tentu saja.”“Sombong!”Angku Mudo bahkan tertawa lebih lantang lagi. “Aku bahkan sudah sombong jauh sebelum kau lahir!”“Terlalu banyak cerita!” ucap Gadih Cimpago yang masih menyembunyikan jati dirinya bahk
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

Telapak Marapi v Kuku Api

Sepuluh Kuku Api menerjang dengan deru menggidikkan, Gadih Cimpago memutar dua telapak tangan di depan dada, dan kemudian dihantamkan ke depan, menyongsong dua cakar Sijundai Bakuku Api.Plek—plekh!Seperti sebelumnya, empat telapak tangan saling menempel. Kali ini Gadih Cimpago tidak memberi peluang bagi sepuluh Kuku Api lawannya berada di sela jemari tangannya, sehingga Sijundai Bakuku Api terpaksa mengubah cakar itu menjadi jurus telapak pula.Kersss…!Dua energi tenaga dalam saling menekan, untuk sepersekian detik, tubuh Sijundai Bakuku Api seolah tertahan di udara, sementara Gadih Cimpago bertumpu telapak kaki ke permukaan tanah.Diiringi teriakan keras dan menggelegar, Sijundai Bakuku Api—yang masih dalam kondisi mengambang di udara—menyibakkan kedua tangannya ke samping, dan dengan cepat kembali menghantamkan sepuluh cakar Kuku Api-nya ke dada si gadis bercadar dengan kekuatan tenaga dalam penuh.Dua tangan Ga
last updateLast Updated : 2022-02-02
Read more

Si Kuciang Ameh v Siladiang Kamba

Desgh!Cakar unik si Kuciang Ameh seolah membentur permukaan pualam yang begitu keras ketika cakarnya itu mendarat di perut Siladiang Kamba.“Ilmu Tempurung Kura-Kura!” desis si Kuciang Ameh sedikit kaget sebab terakhir kali ia bertarung dengan orang yang sama, dia belum memiliki kesaktian yang satu itu.Siladiang Kamba menyeringai seiring golok di tangannya menderu.Ziing…!Si Kuciang Ameh mengentakkan satu kakinya, melontarkan tubuhnya selangkah kebelakang.Swiing!Tebasan golok lewat kurang dari sejengkal dari depan tubuh si Kuciang Ameh, namun gerakan sang mantan Datuk Hulubalang Kerajaan itu belum berakhir. Begitu kakinya kembali menjejak tanah, ia melakukan satu lompatan lainnya sebab ia tahu golok yang sebelumnya dilemparkan Siladiang Kamba telah kembali mengincar dirinya dari belakang.Werrr…!Tubuh si Kuciang Ameh berputar kencang di udara layaknya sebuah kitiran, dan golok yang berputa
last updateLast Updated : 2022-02-02
Read more

Tinju Harimau Mengaum v Tinju Perak Manggaga

Kita tinggalkan dahulu si Kuciang Ameh yang terkena tendangan telak dari Siladiang Kamba. Sekarang, mari kita lihat pula pertarungan Mantiko Sati alias Buyung Kacinduaan dengan Angku Mudo Bakaluang Perak alias Darna Dalun.Di saat beradunya Telapak Marapi dari Gadih Cimpago dengan Cakar Kuku Api dari Sijundai Bakuku Api, serta hampir berbarengan dengan serangan dari Siladiang Kamba berupa lemparan satu goloknya terhadap si Kuciang Ameh, dua tinju Mantiko Sati yang telah dialiri tenaga dalam besar beradu kencang dengan dua tinju dari Angku Mudo.Tesk—tesk!Tubuh Mantiko Sati terhenti di udara, mengambang untuk sesaat. Sementara itu Angku Mudo menyeringai, ia cukup terkejut dengan kekuatan tenaga dalam yang dimiliki pemuda yang dahulu lolos dari ancaman kematian atas perbuatannya sendiri.Tapi Angku Mudo sudah dapat memperkirakan hal ini, kalaulah tidak, tidak mungkin pemuda rupawan itu mampu melepaskan si Kuciang Ameh.Jadi, Angku Mudo melipat
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

Kekuatan Benteng Halimunan

“Bangsat…!”Dan benar, Siladiang Kamba mengamuk dengan melemparkan dua goloknya sekaligus. Golok menderu kencang dengan mengeluarkan suara berdesing.Crasss—crasss!Dua Pengawal Istana yang membunuh Sijundai Bakuku Api sama terpelanting, dan seolah terpaku di dinding dengan dada yang sama ditembus golok, yang sekaligus menancap ke dinding tersebut.Kembali Siladiang Kamba memandangi wajah istrinya, ia mengusap wajah itu dengan tangan yang gemetar dan amarah yang tidak terkira.“Kau!” tunjuknya dengan kasar pada Ibu Suri sebab ia sempat mendengar titah wanita setengah baya tersebut untuk membunuh istrinya. “Kau harus mati…!”“Kalian pantas mati!” sahut Ibu Suri. “Kalian telah membuat rakyat Minanga sengsara. Kalian menghasut suamiku untuk memenjarakan adikku! Kalian meneluh anakku satu-satunya! Kalian pantas mati…!”“Lindungi Bundo Kanduang!&rd
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

Takabur

“Aku tidak peduli siapa gurumu,” ucap Angku Mudo Bakaluang Perak. “Sekalipun benar si Harimau Dewa itu yang membimbingmu, kau tidak berarti apa-apa di hadapanku. Kenyataannya, kau tidak punya kesempatan sama sekali, sama seperti ayahmu yang menyedihkan itu!” Mantiko Sati semakin mengertakkan rahangnya. Sementara itu, Siladiang Kamba yang dengan kemarahan begitu besar di dalam dadanya atas kematian istrinya, Sijundai Bakuku Api, ia lantas menemukan pelampiasan kemarahannya. Tubuh tinggi besar itu melompat tinggi, mengarah kepada si Kuciang Ameh. Ya, mantan Datuk Hulubalang Kerajaan itu adalah adik kandung sang Ibu Suri yang tadi memerintahkan dua Pengawal Istana menghunjamkan tombak mereka terhadap Sijundai Bakuku Api. Dia adalah paman dari sang Ratu Mudo yang sengaja mengutus dua Benteng Halimunan melindungi sang Ibu Suri dari kemarahannya. Dia, Masuga, adalah sasaran yang tepat untuk melampiaskan semua kemarahan di dalam dadanya. Pada titik t
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more
PREV
1
...
171819202122
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status