Home / Fiksi Remaja / Between Love and Ideals / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Between Love and Ideals: Chapter 1 - Chapter 10

23 Chapters

Prolog

“Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.”“Siapa yang meninggal, Bun?” Keina membulatkan bola matanya.“Pak Hasan, yang rumahnya di pertigaan depan.”“Semoga amal beliau diterima di sisi Allah ya, Bun.”“Aamiin. Udah kamu tidur sana. Besok kamu harus sekolah, ‘kan?”"Iya, Bun. Ya udah Keina tidur dulu."***Keina Ayu Pratibha. Siswi baru yang kini tengah mengikuti Masa Orientasi Siswa. Gadis kelahiran Semarang ini adalah anak periang dengan berbagai mimpi dan selalu bersemangat menjalani hari. Keina selalu bermimpi untuk bisa mengelilingi dunia, terutama Indonesia. Selain periang, dia juga gadis yang mandiri dan pantang menyerah.Sejak kecil, Keina sangat ingin menjadi seorang penulis profesional. Berbagai penghargaan sudah dia dapatkan dari berbagai lomba menulis yang dia ikuti. Di SMA ini Keina berharap, dia dapat memperdalam kemampuannya dalam menulis. Sela
Read more

The Beginning of the Story

SMAN Merah Putih. Bangunan yang megah dan berdiri gagah ini terpampang jelas oleh mata belo Keina. Riuh suara para siswa pun sudah terdengar. Hijaunya pepohonan yang menghias taman sekolah membuat udara yang terhirup menjadi lebih segar. Keina tersenyum dan menghela napas."Bismillahirrohmanirrohim. Sekolah baru, temen baru, semangat baru," monolog Keina sembari melangkahkan kaki pertamanya, memasuki lingkungan sekolah dengan penuh semangat.Baru saja Keina sampai, terdengar seseorang berteriak dari arah lapangan sekolah."Ayok adik-adik semuanya berkumpul di lapangan! Jangan lupa untuk mengenakan atribut sesuai yang telah ditentukan oleh kakak-kakak senior!" pekik seorang senior bersama beberapa senior lainnya yang berdiri di pinggir lapangan.Dengan napas yang masih terengah-engah, K
Read more

Bad Memories

"Kenapa aku harus berada di situasi ini?"°Keina°*** "Tidak ada yang bisa lolos dari seorang Devanial."°Dev°***"Ma-maaf Kak, air mineralnya ketinggalan." Gadis ini tertunduk dengan tangan yang bergemetar hebat. Setelah dia pikir hidupnya sudah aman karena sebuah jeruk dari Talitha, rupanya dia salah besar. Masih ada ekor masalah yang masih membuntutinya.Dari arah kanan barisan, Alga hanya bisa terdiam dengan diselimuti rasa khawatir. Apa yang akan senior galak itu lakukan? Kali ini Alga tidak dapat membantu Keina."Maju kamu!" teri
Read more

Still Introducing

"Terima kasih, kalian sudah hadir dalam hidupku."°Keina°***"Lo lagi nungguin angkot?" tanya Alga sambil melangkah mendekati Keina dengan gaya andalannya. Memasukkan tangan ke dalam saku celana. Tampak keren."Iya, kalian juga?""Iya. Kita biasa naik angkot. Soalnya mobilnya Alga nggak guna, cuma buat pajangan doang.""Gue belum punya SIM, bodoh," sewot Alga dengan memelototi Talitha."Yaelah, timbang ke sekolah doang ribet amat mikirin SIM.""Sebagai warga negara yang baik, gue harus patuh sama aturan." Keduanya sama-sama memalingkan wajah.Keina tersenyum melihat tingkah Alga dan Talitha. Keina mulai berpikir bahwa mereka telah saling mengenal sejak lama."Eh, tapi kalo lo juga biasa naik angkot kok gue nggak pernah liat lo?" Talitha kembali berbicara."Aku baru pindah dari Semarang. Waktu SD sama SMP ayah sama bundaku sering ke luar kota buat urusan kerja, jadi aku harus tinggal sama bibi biar
Read more

Photographic Memory

"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Bunda dari mana?" "Bunda habis dari pasar. Kamu udah lama, pulangnya?" tanya Winda sambil meletakkan berbagai belanjaannya di meja dapur."Lima belas menit yang lalu, Bun. Bunda kok ke pasar sendirian? Harusnya nungguin Keina aja, jadinya kan Keina temenin." Keina mengurangi volume suara televisinya."Nggak papa, Na. Lagian kasian kamu kan pasti udah capek. Jadi Bunda ke pasar sendiri aja." Winda tersenyum ke arah Keina.Keina beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Winda."Keina buatin es jeruk ya, Bun." Keina meraih sebuah gelas berukuran panjang."Wah boleh banget. Bunda haus soalnya," Winda tertawa kecil."Oh iya, Bun. Besok Talitha sama Alga mau main ke sini. Boleh, 'kan?" Keina memeras sebutir jeruk berukuran besar."Loh, ya boleh dong Na. Suruh ke sini aja. Bunda seneng kalo mereka mau main ke sini," ucap Winda."Makasih, Bun. Nanti Keina bilang ke mereka,
Read more

So Sad

Membaca novel hingga larut malam adalah salah satu kebiasaan buruk Keina. Dia akan sulit tidur jika belum mengetahui akhir dari cerita dalam novel yang dia baca. Karena inilah Keina sering lari pagi karena bangun kesiangan."Suatu saat aku pasti bisa nulis novel. Aku yakin banget," ucap Keina sambil membuka halaman baru dari novel yang tengah dia baca."Aku jadi inget kata Alga, dia bilang kalo suatu saat aku pasti bisa nulis novel." Tanpa sadar Keina tersenyum simpul.Dear diary,Besok Talitha sama Alga mau ke sini. Kira-kira seru nggak ya main sama mereka? Kayaknya sih seru. Soalnya mereka anaknya asik. Aku jadi nggak sabar buat besok.Tapi aku juga sedih. Soalnya besok ayah mau keluar kota lagi. Ngomong-ngomong aku kok tiba-tiba kangen sama Kak Zein, ya. Semoga aja suatu hari nanti aku bener-bener bisa keliling dunia. Bisa ke luar negeri kayak Kak Zein.Kak Zeinkha Ashof video call."Wah, panjang umur." Dengan berseman
Read more

Adaptation

 Setiap orang memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Baik itu warga baru di sebuah desa, karyawan baru di sebuah perusahaan, juga siswa baru di sekolah. Seperti yang saat ini tengah berlangsung di SMAN Merah Putih.Ini adalah hari ke tiga MOS berjalan. Semua siswa sudah berbaris rapi di lapangan lengkap dengan semua barang bawaan. Tanpa menunggu lama, terdengar seseorang menghidupkan microfon. Lagi-lagi senior galak itu."Selamat pagi semuanya." Sebuah kalimat basa-basi yang keluar dari mulut seorang Dev.Apa ada yang melakukan kesalahan di awal kegiatan? Mengapa dia berhenti berbicara? Dia menatap para juniornya dari ujung kanan hingga kiri barisan."Saya akan mengatakan beberapa hal."Suasana seketika sangat hening. Semua menatap Dev dan bergeming."Ini adalah hari terakhir kalian melakukan MOS.""Wah,
Read more

What Happened?

“Loh, kok angkotnya berhenti, Pak? Kan belum sampe di tempat biasa kita turun?” tanya Keina kepada sopir angkot yang berulang kali berusaha menghidupkan kembali angkotnya. Alga dan Talitha hanya terdiam pasrah. Keduanya hafal betul, jika yang terjadi saat ini adalah angkotnya mogok.“Waduh maaf Dek, angkotnya mogok,” ucap sopir angkot sambil menggaruk kepalanya.“Yah, terus gimana dong, Pak?” tanya Keina dengan mata terbelalak.“Ya gimana, Dek? Namanya juga mogok. Saya nggak bisa anterin sampe tempat tujuan. Kalian nggak usah bayar nggak papa, Dek.” Pak sopir membalikkan badannya menatap mereka bertiga.“Ya udah, Na. Yuk kita turun!” Talitha beranjak dari tempat duduk penumpang dengan mengenakan tasnya dan turun dari angkot. Diikuti oleh Alga dan Keina dengan wajah yang masih kebingungan.“Terus kita sekarang gimana? Kayaknya udah nggak ada angkot lagi, deh. Sepi banget soalnya.&rdqu
Read more

Best Friends

Belajar adalah hal yang sangat dinantikan oleh mereka yang memiliki berbagai mimpi, disertai dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mewujudkannya. Namun sayang, tidak semua anak begitu. Parahnya, ada juga beberapa anak yang baru saja akan memulai pembelajaran namun sudah mengharapkan jam kosong. Benar-benar payah! Jika saja anak-anak di zaman globalisasi dengan berbagai modernisasi ini dapat melihat bagaimana perjuangan anak-anak zaman dulu agar dapat mengenyam pendidikan, mungkin saat ini mereka tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. "Semoga aja hari pertama pembelajaran berjalan lancar, ya. Aku udah nggak sabar." Keina tampak begitu bersemangat hari ini.Talitha yang duduk di samping Keina mengangguk setuju dengan perkataan Keina."Aamiin. Gue juga berharap gitu," ucap Alga yang duduk tepat di belakang Talitha. "Yaelah, sok banget sih. Biar dikatain murid teladan? Ha ha ha, kuno!" Rara
Read more

Revenge

Di tempat parkir, Rara dan Jeje masih terlihat sangat bangga dan puas karena kejadian di kantin tadi. Mereka berdua tertawa lepas dengan penuh kesombongan. Tetapi seketika bola matanya terbelalak, tawa yang seakan tiada hentinya itu berubah menjadi jeritan. "Sial! Siapa yang berani ngegembesin ban mobil gue, woy?!" Dengan penuh emosi Rara terus berteriak. Rara tidak peduli bahwa saat ini dirinya tengah menjadi pusat perhatian semua anak di tempat parkir tersebut. Di balik dinding, Talitha dan Alga tertawa puas melihat wajah Rara yang kini sangat emosi. Sebuah tos kemenangan untuk mereka berdua. "Eh, ayok buruan! Keina pasti udah nungguin kita di depan gerbang. Tadi kita izinnya kan mau minjem buku di perpustakaan." "Oh iya, yok! Ha, ha, ha." Alga masih belum berhenti terbahak. Di depan gerbang, Keina menunggu Alga dan Talitha. "Udah pinjem bukunya?" "Udah, kok," jawab Alga dengan sumringah.&nb
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status