All Chapters of SINNER : Chapter 1 - Chapter 6

6 Chapters

Prologue

1959Tuan Adolph, Ramsey Adolph sedikit terburu-buru setelah turun dan sedikit membanting pintu mobilnya. Ramsey tersontak mendapati cucu-cucunya yang berlarian ke arah pekarangan depan rumah; Micaela , Hannah, dan Joe. Ia mengambil kembali sebuah amplop surat yang sempat terjatuh.Ia berteriak, "Nane..dimana kau?", memanggil istrinya beberapa kali. Nihil, tak ada jawaban.Tidak seperti biasanya, Ramsey yang selalu kesal saat hal seperti itu terjadi malah memasuki ruangan minum teh dengan senyuman. Pria tua itu terlalu fokus menatap suratnya, hingga tak memperhatikan dua wanita sedang berada di ruangan yang sama."Ada surat untukku?", tanya wanita itu.Ramsey melihat dua wanita yang sedang duduk di kursi dekat perapian yang padam, ia tersenyum kikuk. "Loh, loh salah masuk rupanya. Ini suratku, jangan khawatir. Maaf mengganggu waktu kalian" Pria itu segera keluar dan menutup pintu ruangan itu. Sedikit mendengar Aleen mengata
Read more

Company Visit

1966"Ibu surat izinku belum disetujui," gadis itu menaruh sebuah kertas dan pena pada meja dapur dekat ibunya memasak.Keena, saudara perempuan gadis itu tertawa, "Sangat semangat bukan, El?""Pastinya, itu hal membanggakan, kau tahu," balas Diana."Nah, kalian para anak muda harus terinspirasi seperti wanita itu.""Dia gadis, bukan wanita. Ku dengar dia belum menikah," gadis bernama Lana menjelaskan."Wah benarkah? itu keren sekali." puji Nane pada seorang gadis di Kota Roseburg, yang dikabarkan merupakan pemilik sebuah perusahaan anggur yang bernama Grapvine tengah naik daun.Gadis sukses itu belum diketahui identitasnya, hingga dua tahun setidaknya sampai lusa ia memperkenalkan dirinya pada publik. Ia mengundang satu orang dari setiap Sekolah Menengah di wilayah Oregon. El, salah satunya."El, kenapa kau simpan di sini. Bagaimana jika terkena air?" teriak Aleen – ibu El.El sedikit berlari mengambil surat
Read more

Dark Through

Suasana dingin menyelimuti sekitar. Ruangan itu berisikan tiga belas orang; Ramsey Adolph, Paula Rinehart, Jeremy Rinehart, Aleen Rinehart, Nane Adolph, Roger Rinehart, Ronald Adolph, Diana Adolph, James Taylor, Darla Taylor, Lapa Brown, Elane Barnez, dan Simon Barnez.Meja yang melingkar tak berujung membuat mereka saling berhadapan. Sinar matahari yang tertutup tirai dan hanya menyisakan sedikit cahaya masuk, membuat pencahayaan ruangan itu remang.Ramsey berdeham, “Aku harap kau bisa bijak dalam persidangan besok.”“Aku tidak bersalah.” gumam Paula.Aleen angkat bicara, “Aku mohon, permudah urusan besok, Paula. Jangan terus mengelak.” Dada Paula terasa sesak, “Aku mohon, percaya padaku.”“Seharusnya kami memusnahkanmu, itu lebih baik daripada membesarkan monster sepertimu.”“Dan seharusnya kalian membela-ku tadi!”
Read more

Show Me, Paula

Aroma daging asap yang menyebar membuat nafsu makan El bertambah. “Kapan aku bisa mencicipinya?”Nyonya Chris tekekeh, “Tunggu sebentar, El.”Wanita itu datang dengan hidangan makan malam yang sedari tadi ia olah.“Apa kata mereka?” El mengangguk, “Tentu mengizinkan. Aku bilang kau akan mengadakan pesta dengan tim redaksi lainnya.” Gadis itu berbohong mengenai pesta, Nyonya Chris mengerti. “Ah gadis nakal. Kalau begitu kita harus buat pesta sungguhan.”Sudah tidak terhitung dalam pikirannya, berapa botol minuman yang mereka teguk. Stephanie Chris, kini merasa jiwanya kembali lebih muda.Enam jam El terlelap karena lelah bersenang-senang semalaman. Ia membuka perlahan matanya – kemudian duduk dan terdiam. El tertidur dekat jendela, ia menatap ke arah luar. Lebih dari setengah nyawanya sudah terkumpul, ia berdiri dan berjalan mencari kamar kecil
Read more

Newspaper

“Baik, ibu tutup teleponnya. Selamat malam sayang.” Aleen berjalan dan melemparkan diri pada kasurnya, melemaskan badannya setelah seharian ia menjadi kaku karena berkerja. Jeremy mendekati Aleen. “Dia tidak pulang?” tanyanya. Aleen mengangguk. “Dia sudah remaja ternyata.” Aleen tertawa, “Tapi dia bahkan tidak pernah berkencan.” “Bukankah anak kita semua begitu?” “Hahaha ya. Roger juga seperti itu.” “Dan Paula.” ucap Jeremy ragu. Aleen menoleh. “Ya.” Seketika mereka hening, seakan-akan menyebut nama perempuan itu adalah hal tabu dan tidak diinginkan. “Aku merasa tidak enak badan.” Aleen memiringkan badannya dan menarik selimut hingga pundaknya. “Dan mungkin, merasa tidak enak perasaan.” _ “Sudah siap kan?” Dua anak laki-laki berpakaian corak kotak-kotak mengangguk. Ibunya menekan bel. Seseorang membuka pintu. “Oh, ayo cepat masuk.” Dua wanita dengan dua anak laki-l
Read more

Someone New

Suara musik terdengar samar-samar sampai gerbang, perempuan itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Berjalan memasuki rumahnya yang hari ini sangat ramai.Ada lebih dari dua puluh mobil terparkir. Mulai dari depan rumah hingga kini ia berada di ruang tengah, tamu-tamu itu bergerombol.“Ah aku lupa hari ini ibu mengadakan acara.” gumamnya.“Hai?” seseorang menepuk pundak gadis itu, ia berbalik.“Oh, hai. Ada yang bisa ku bantu?”Orang di depannya menggaruk kepalanya. “Ya. Aku um.. sedikit tersesat disini. Kau tahu dimana toiletnya?”Gadis itu mengangguk. “Di ujung sana” ia menunjuk ke arah belakang tangga besar. “Mau ku antar?” tawarnya.Laki-laki itu sedikit terkejut dan menggeleng. “Aku bisa sendiri.”“Hahaha baiklah, jangan tersesat ya.” ia berjalan menjauh.Belum ia menginjakan kakinya pada satu anak tangga, seseorang m
Read more
DMCA.com Protection Status