Beranda / Romansa / Partner Life / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Partner Life: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

PL 21. Akibat Mabuk

Mischa yang sudah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya menjadi murka. Beberapa waktu terakhir memang Mischa tidak akur dengan Baren, sang ayah. Namun, jika sesuatu terjadi pada sang ayah tentunya Mischa akan marah. Terlebih lagi cara ibu tirinya yang licik.Saat itu juga Mischa menyuruh Marsya dan ayahnya untuk pulang. Mischa pun berpesan pada Marsya jangan pernah meninggalkan ayahnya sendirian. Mischa berencana akan pulang ke rumah untuk memberi pelajaran pada wanita iblis itu.Mischa juga menyuruh Catharina untuk pulang terlebih dahulu dan Mischa kembali ke kantor untuk mengurus sesuatu yang tidak bisa dia tinggalkan. Namun, di dalam ruangannya Mischa tidak bisa fokus dengan kerjaannya. Pikiran Mischa benar-benar melayang pada wanita iblis itu."Sial. Kenapa wajah licik wanita iblis itu terus membayangiku?" Mischa menutup semua berkas yang ada di atas meja. Dia serasa ingin berteriak keras. "Ah, brengsek!" umpat Mischa.Pria itu melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul
Baca selengkapnya

PL 22. Kata Hati

Mischa terbangun di pagi hari karena isak tangis Catharina. Dia masih merasakan sakit di bagian kepalanya. Catharina duduk menyandar pada headboard ranjang dan dia memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Mischa yang melihatnya terlihat bingung."Ke-kenapa kau lakukan itu padaku?" kata Catharina terisak."Melakukan apa maksudmu?" sahut Mischa sambil memegangi kepalanya.henti Catharina tidak merespons Mischa, dia hanya menangis tiada henti. "Kenapa tangismu justru semakin kencang, hah? Apa kau tidak lihat aku sedang merasakan sakit kepala yang luar biasa." Suara Mischa semakin meninggi."Kau memang benar-benar tidak punya hati!" Catharina melempar satu style pakaian Mischa tepat di muka Mischa. Catharina sungguh tidak bisa membendung rasa sakit itu. "Lihatlah apa yang kau lakukan padaku semalaman? Tidak ingatkah kau melakukan apa? Kau malah meninggikan suaramu dan hanya bisa marah-marah. Kau benar-benar seperti iblis jika dalam keadaan mabuk." Catharina meraih pakaiannya yang tergeletak di l
Baca selengkapnya

PL 23. Me Time

Semua mata tertuju pada Catharina yang baru saja masuk ke dalam salon ternama di kota Berlin. Bahkan para karyawan salon memandang dengan tatapan mengejek dan menghina. Memang Catharina selalu berpenampilan sederhana. Walaupun Mischa sendiri sudah meminta dia untuk merubah penampilannya. Namun, Catharina terlalu santai menanggapinya. Catharina tipikal gadis yang tidak terlalu mengikuti mode. Dia cenderung suka berpenampilan apa adanya."Nona, mungkin anda salah masuk. Di sini bukan tempat untuk anda, karena di sini semua mahal dan berkelas."Bukannya Catharina tersinggung ataupun marah pada mereka. Justru Catharina malah tersenyum ramah."Aku tidak salah masuk salon, kok. Aku ingin pelayanan yang terbaik yang ada di salon ini," kata Catharina sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada pegawai salon.Melihat apa yang telah disodorkan oleh Catharina, pegawai yang ada di front desk langsung buru-buru mengangkat tangan kanannya ke atas dan menjentikkan ibu jari d
Baca selengkapnya

PL 24. Obsesi Gilly

Manusia memang tidak pernah luput dari kesalahan. Itu memang hal wajar, tapi jika kesalahan itu dibuat sengaja untuk keegoisan semata karena menuntut sesuatu yang memang harus dia miliki. Segala cara pasti akan dihalalkan.Hal itu yang sedang dilakukan oleh seseorang. Sejak pertama dia masuk ke dalam lingkungan rumah itu, dia sudah terobsesi untuk mendapatkan semuanya. Segala cara dia lakukan, termasuk cara yang membahayakan nyawa.Gilly terbangun dengan napas tersengal-sengal dan dada terasa sesak. Manakala dia baru saja bermimpi buruk. Tangannya memegang dadanya yang berdegup kencang dua kali dari biasanya. Keringat dingin mengalir membasahi tubuhnya. Gilly menoleh menatap tempat tidur di sebelahnya. Wanita itu baru menyadari jika suaminya tidak ada di sebelahnya."Ke mana perginya laki-laki penyakitan itu? Bukankah semalam dia tidur di sebelahku, tapi kenapa sekarang dia tidak ada?" dengkus Gilly.Gilly menyibakkan selimut yang masih menutupi sebagian tubuhnya, lalu wanita itu menur
Baca selengkapnya

PL 25. Sandiwara

Jangan pernah bermain api jika tidak ingin terbakar. Mungkin begitulah istilah yang cocok untuk orang-orang yang suka mencari masalah atau terlalu terobsesi ingin mendapatkan apa yang dia inginkan.Begitu juga yang terjadi pada Gilly Brown. Wanita itu punya segudang obsesi sejak masuk ke dalam keluarga Wagner. Satu obsesi yang sekarang begitu sangat menggebu-gebu membuatnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.Tak hanya satu atau dua saja, bahkan dia menginginkan putra semata wayangnya yang harus mewarisi kekayaan dari keluarga Wagner. Akan tetapi hal itu ditolak oleh putranya. Sebenarnya bukan masalah menolak, tapi sang putra tidak pernah berpikiran sampai kesitu. Sang putra masih mempunyai hati sedangkan sang ibu sudah tertutup hatinya dengan keserakahan.Gilly menoleh ke arah suara yang membuatnya terkejut dan juga emosi. Bagaimana tidak, sang putra yang bernama Marcel membuatnya sangat marah."Beraninya kau bicara seperti itu pada ibumu?" sungut Gilly."Kenapa? Apakah kau
Baca selengkapnya

PL 26. Rencana Mischa

"Ke mana perginya? Padahal aku hanya meninggalkannya selama 5 menit." Catharina terlihat melongo menatap panci yang sudah kosong. Sepertinya Catharina mencari dua butir telur rebusnya. "Hilang ke mana? Masa iya telur itu menggelinding sendiri? Atau ada pencuri masuk dan mengambil dua butir telurku?" Catharina terlihat kesal karena dia sudah merasa lapar. Namun, kekesalan Catharina berubah menjadi keterkejutan pada saat itu. Sebuah rengkuhan tangan begitu lembut melingkar pinggangnya dari belakang. "Aku yang mencuri dua telur rebus itu. Aku benar-benar kelaparan. Saat masuk rumah dan melihat ada telur rebus yang sudah hampir masak, aku jadi bertambah lapar. Apa kau marah?" Mischa menaruh dagunya pada bahu Catharina. "Mi-Mischa, ka-kapan kau pulang?" "Aku baru saja masuk rumah. Kenapa?" Mischa mengenduskan hidungnya mencium bau tubuh Catharina. "Ada yang lain dari dirimu. Tubuhmu begitu sangat harum." "Tentu saja harum. Aku baru saja mandi." "Bukan itu. Bau wangi ini bukan bau wang
Baca selengkapnya

PL 27. Calon Istri

Kedatangan Mischa ke rumah itu dengan dalih akan tinggal bersama dengan ayah dan adiknya menjadi momok tersendiri untuk Gilly. Apalagi Gilly terlihat terang-terangan melakukannya dihadapannya walaupun Gilly sendiri tidak menyadari kedatangan Mischa. Gilly merasa tidak bisa berbuat apapun pada saat itu. Namun, Gilly berusaha merayu Mischa. Wanita itu mencoba membela dirinya sendiri dengan menyalahkan orang lain. Menurut Gilly, dia merasa sangat terancam jika ada Mischa di rumah itu. Bahkan ancaman itu bukan hanya untuk dia, tapi juga untuk Marcel, putra semata wayangnya. Jika memang benar, maka Gilly harus memutar otaknya kembali. "Ah, sial," umpat Gilly lirih saat piring yang ada di tangannya di ambil oleh Mischa. Lantas Mischa memberikan piring itu pada salah satu maid yang berdiri tidak jauh dari Marsya. Mischa menyuruh maid itu untuk melanjutkan membantu sang ayah makan. Marcel yang mengetahui saudara tirinya datang segera membaur menjadi satu di ruang makan. Marcel mendekati Mi
Baca selengkapnya

PL 28. Rival atau Ancaman?

Memang menjadi momok tersendiri untuk Gilly. Semua jadi terbatasi dan semuanya harus atas persetujuan Mischa. Gilly, wanita yang terobsesi ingin menguasai harta kekayaan Baren Wagner dan ingin menjadikan Marcel sebagai pewaris tunggal dari perusahaan Wagner. Kini wanita itu harus kembali memutar otak untuk merencanakan semua dari awal. Terlebih lagi sekarang dirinya harus tidur sendirian karena Mischa meminta maid kepercayaan keluarga Wagner untuk memindahkan semua keperluan sang ayah ke kamar Marsya. Hal itu membuat Gilly semakin geram. Antara terima dan tidak terima dengan keputusan itu.Pagi itu Gilly baru saja bangun dan dia merasa sangat haus. Gilly melirik gelas yang ada di nakas kecil di samping ranjang, gelas itu sudah kosong. Jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Namun, di luar sana langit masih gelap gulita dan cuaca begitu sangat dingin. Dengan terpaksa Gilly harus mengambil air minum di dapur.Gilly berjalan menuruni anak tangga dan memperhatikan sekitarnya. Masih sepi, be
Baca selengkapnya

PL 29. Wanita Licik

Mendekati suaminya sendiri Gilly harus menerima jadwal dari Mischa. Gilly mengepalkan tangannya. Posisinya sudah tidak seleluasa seperti sebelum Mischa tinggal di rumah itu. Tentunya hal itu menghambat rencana yang telah disusun oleh Gilly untuk Baren.Gilly memang sudah menyusun rencana untuk membuat Baren sakit parah. Namun, rencana itu sudah diketahui oleh Marsya. Itulah kenapa Marsya meminta Mischa untuk kembali dan tinggal di rumah. Tak hanya itu yang membuat Gilly geram dan kesal, akan tetapi sekembalinya Mischa ke rumah itu justru membawa seorang gadis yang dikenalkan ke penghuni rumah dengan sebutan calon istri. Sudah pasti bisa ditebak Gilly akan kebakaran jenggot mendengarnya. Wanita itu memang sudah memilih seseorang yang akan dikenalkan pada Mischa.Kenapa Gilly kekeh mengenalkan gadis itu pada Mischa bukan pada Marcel yang merupakan anak kandungnya sendiri? Pastinya Gilly mempunyai maksud lain untuk hal itu."Kenapa dia harus membawa pulang perempuan asing?" Gilly terdiam
Baca selengkapnya

PL 30. Playing Victim

Ada pepatah yang berbunyi 'Lempar batu, sembunyi tangan'. Mungkin pepatah itu cocok untuk Gilly. Sejak Mischa tinggal di rumah itu, ruang gerak Gilly berkurang bahkan wanita itu tidak leluasa berbuat semaunya sendiri di rumah itu dan pada akhirnya Gilly memilih melakukan rencananya secara diam-diam. Mau bagaimana lagi tidak ada yang membantunya, bahkan putra kandungnya pun menentang.Seperti kejadian di ruang makan pagi itu. Gilly memang berniat untuk menaruh sesuatu ke dalam makanan dan minuman pria tua itu. Setelah Gilly mengambil dan menaburkan sesuatu di dalam makanan dan minumannya. Gilly membawanya ke ruang makan dan menaruh nampan berisi bubu, sup, dan susu hangat di sisi pinggir meja makan. Lalu Gilly meninggalkannya karena ingin membantu Barren. Namun, saat Gilly sedang membantu Barren, nampan itu jatuh dan isinya berserakan di lantai. Dua mangkuk dan satu gelas pecah berhamburan.Gilly yang melihat hal itu sempat histeris dan memegang kepalanya dengan ke dua tangannya. "Aaah,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status