Home / Lain / FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Bab 21. POV Andini

Bab 21    POV Andini   Setelah mengetahui semua kebohongan Mas Bayu, tekadku untuk meninggalkannya semakin kuat. Tidak ada lagi yang bisa kuharap darinya. Sudah mandul, kere lagi!   Tak mengapa meskipun aku harus kehilangan rumah. Yang jelas, ayah dari bayi ini masih bersedia menerima kami apa adanya.   Selamat tinggal, Mas Bayu, aku akan memulai hidup baru bersama keluarga kecilku.   Aku melangkah keluar, menunggu Bang Dika--Sang kekasih hatidatang menjemput.   Sambil menunggunya, aku duduk di kursi rotan yang ada di teras.   Sejenak, aku kembali teringat pada momen yang
Read more

Bab 22. POV Andini

  Bab 22 POV Andini #Flashback Pesta pernikahan sederhana digelar di rumah kediaman tanteku. Hanya dihadiri oleh pak penghulu, para saksi beserta keluarga kedua belah pihak. Ibu dan juga Hana-adik iparku turut memberikan doa restu.   Istri pertama Mas Bayu tidak tahu kalau suaminya sudah menikah lagi. Entah bagaimana perasaannya jika sampai ia mengetahuinya, pasti sangat menyakitkan. Tapi aku tidak peduli, yang jelas sekarang aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan.   Setelah acaranya selesai, Mas Bayu langsung memboyongku ke rumah yang baru dibelinya itu. Mas Bayu memberikan rumah itu untukku sebagai kado pernikahan.   Aku sangat bahagia karena Mas Bayu ternyata tidak main-main dengan janjinya.
Read more

Bab 23. POV Andini

Bab 23   POV Andini   Dan yang lebih parah lagi, ternyata si Mona lah yang telah menyebabkan kekacauan atas semua ini. Ternyata Mona yang membobol ATM Mas Bayu, mengambil uang di toko, serta ia lah penyebab dari pertengkaran ku dengan Mas Bayu. Ia juga yang telah mencampur obat tidur ke minuman Mas Bayu hingga Mas Bayu ketiduran dan tidak datang ke acara akikahan itu. Ia mengakuinya di depan kami semua.   Benar-benar wanita jahat!   Aku marah dan benci sekali padanya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mona dilindungi oleh pengacaranya. Salah sedikit, bisa-bisa aku yang akan berakhir di balik jeruji besi.   Mona mengungkap fakta bahwa selama ini ternyata
Read more

Bab 24. Di Kampung

Bab 24 (Kembali ke POV Mona) Akhirnya aku memutuskan keluar dari rumah itu setelah berhasil mengambil apa yang aku mau. Aku mengambil semua uang Mas Bayu yang ada di toko, juga di ATM, bahkan rumah yang ia beli untuk gundiknya itu berhasil aku rebut. Aku berhasil membuatnya bangkrut. Mungkin mereka pikir aku ini polos dan bo-doh, mereka tidak tahu bagaimana kekuatan dari seorang istri yang disakiti. Semua itu berkat bantuan Mas Gilang juga. Jika bukan karena bantuannya, mungkin aku tidak akan berhasil merebut rumah yang ditempati oleh gundiknya Mas Bayu itu. Saat memutuskan untuk minggat dari rumah, aku memilih untuk pulang ke rumah ora
Read more

Bab 25. Sidang Perdana

Bab 25 "Gilang, kenalin ini Mona, adiknya Mbak," ucap Kak Mila, ia mengenalkanku pada seorang lelaki. "Hai, aku Gilang," sapanya ramah. "Aku Mona." Kak Mila menjelaskan semuanya kepada lelaki yang bernama Galang itu, aku hanya duduk manis dan sesekali menjawab saat ditanya. Untunglah, lelaki yang bernama Gilang itu bersedia membantu. Ia mengajarkan padaku banyak hal, termasuk juga soal hukum. Dengan begitu, aku semakin berani untuk berhadapan dengan Mas Bayu dan gundiknya itu. Bahkan aku siap membawa mereka ke jalur hukum. Gilang bukan hanya sekadar pengacara saja, tapi ia juga sudah seperti sahaba
Read more

Bab 26. Menjual Rumah

Bab 26 "Gimana sidangnya? Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu, jadwal sidangmu bersamaan dengan jadwalku di kampus," ucap Mas Galang saat aku tiba di parkiran. "Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku bisa sendiri, kok', tenang aja." Aku maklum, Mas Gilang memang memiliki segudang aktivitas. Selain bekerja sebagai pengacara, ia juga mengajar di kampus. Dan masih banyak lagi bisnis sampingan yang sedang dirintisnya. "Yaudah, kita jalan sekarang, yuk! Jangan sampai calon pembeli sampai lebih dahulu daripada si pemilik rumah," ucapnya lagi. Mas Galang kemudian mengitari mobilnya, lalu duduk di bangku kemudi. Hari ini aku dan Mas Galang janjian dengan calon pembeli rumah yang kuambil dari Andini. Rumah itu akan
Read more

Bab 27. Mereka Mengikutiku

Bab 27 "Oh, jadi sekarang kamu punya butik!"  Suara seseorang yang begitu familiar mengagetkanku. Aku yang sedang memakaikan baju pada patung, sejenak menghentikan aktivitasku.  Aku memang membuka butik setelah memutuskan berhenti bekerja di toko laundry. "Ibu, Hana?" Ngapain kesini?" tanyaku ketus. "Bukan urusanmu! Yang jelas tidak mungkin kami bela-belain datang kemari jika tidak ada sesuatu yang penting," jawab Ibu tak kalah ketus dariku. "Hana! Laksanakan!" Ibu memerintah Hana. Entah apa yang akan mereka lakukan padaku. "Oke,
Read more

Bab 28. Bunyi Ketukan di Pintu Tengah Malam

Bab 28 [Mona, gimana kabarmu? Kamu baik-baik saja kan? Bapak nanyain kamu terus dari tadi.] Sebuah pesan masuk dari nomor Kak Mila.  [Alhamdulillah, Mona baik-baik saja, Kak. Bilang sama Bapak, nggak usah khawatir.] Balasan pesan dariku. [Syukurlah kalau begitu. Butikmu gimana? Rame?] [Nggak terlalu rame sih, Kak. Mungkin karena baru buka kali ya!] [Kamu sabar ya. Pasti lama-kelamaan butikmu itu akan banyak pelanggannya.] [Iya, Kak.] [Btw, mereka tidak mengganggu kamu lagi kan?] [Ibu sama Hana sempat datang ke but
Read more

Bab 29. Mereka Berhasil menyakitiku

Bab 29 YaAllah … apa yang harus kulakukan? Ternyata mereka masih menaruh dendam padaku. "Mona, Ibu minta serahkan hasil penjualan rumah itu pada Ibu sekarang juga. Jika tidak, kamu tidak akan selamat!" Ibu balik mengancamku. Deg! Jantungku berdetak lebih kencang. Tidak akan selamat? Apa mereka mau membunuhku? Aku menggeleng pelan, tidak percaya dengan apa yang kudengar. Tidak kusangka jika ibu mertua dan adik iparku melakukan segala macam cara untuk mencapai ambisinya. Ada rasa takut yang seketika menyerangku. Takut jika Ibu benar-b
Read more

Bab 30. Masuk Rumah Sakit

Bab 30 Saat membuka mata, aku sudah berada di ruangan serba putih. Aroma khas obat-obatan menusuk indra penciuman. Di atas hidungku terpasang sebuah alat, dan di punggung tangan kananku terpasang jarum infus.  Perlahan kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, aku terkejut saat melihat Bapak sedang tertidur di atas sofa. Kenapa Bapak berada di sini? Bukannya Bapak berada di kampung? Aku berusaha menggerakkan tubuhku, tapi rasanya sakit sekali. Kenapa ini? Apa yang terjadi padaku? Perlahan aku berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Ya, aku ingat, Ibu dan Hana yang telah melakukan semua ini
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status