Beranda / Romansa / Janda Laila / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Janda Laila: Bab 21 - Bab 30

103 Bab

Kegeeran

PoV HarisSebelumnya aku sangat bahagia, Laila menyuruhku datang ke rumahnya. Aku pikir ia membatalkan gugatan cerai. Karena menurut Ibu, sebelumnya Ibu bercerita tentang keadaan kami di sini. Ibu berpura-pura sangat menderita.“Kayaknya, si Laila berubah pikiran. Kemarin Ibu telponan sama dia. Ibu ceritain keadaan kita di sini, malah ibu lebih-lebihin. Ah, dasar si Laila bodoh! Gampang banget dibegoin. Tapi syukurlah, akhirnya dia nyuruh kita balik lagi ke rumahnya.” Cerocos Ibu sepanjang jalan. Naas, tiba di kediaman Laila,  bukan penyambutan hangat yang kami dapatkan, justru kehadiran Salma, gadis pemetik teh yang sebulan lalu kurenggut keperawanannya.Di rumah Laila, tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku. Kehadiran Salma membuat bibir ini terasa kelu. Tak menyangka gadis yang kupikir sangat lugu itu berani ke kota besar sendirian. Bahkan dengan lancangnya bercerita tentang hubungan kami pada Laila. Jelas saja, Laila
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Tentang Damar

PoV Laila Aku bersyukur rapat kali ini berjalan dengan lancar walau mendadak. Dan yang membuatku lebih bersyukur, klien sangat menyukai hasil kerja kami. Rencananya besok syuting untuk pembuatan iklan dimulai.Aku juga tak menyangka kalau Damar sudah menyiapkan lokasi serta menghubungi artis untuk model iklan tersebut.“Jadi gimana? Jadi kan kita weekend di Bogor?” Damar bertanya saat aku melenggang menuju ruang kerja.“Kelarin dulu proyek ini dengan baik,” sahutku datar, tanpa ingin menoleh.“Aku sih yakin, bakal kelar dengan baik. Apalagi tim kita solid banget,” ucapnya optimis. Aku tetap tidak menanggapi. Pikiranku saat ini sedang terbagi-bagi. Satu sisi memikirkan perusahaan, sisi lain memikirkan sidang perceraian besok. Pak Jatmoko sudah mengabari ketika aku dalam perjalanan ke kantor, kalau besok jadwal sidang perceraianku.Aku khawatir di persidangan, Haris dan Ibunya memiliki rencana diluar per
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Bertemu Meyla

Aku menyesap kopi tegukan terakhir. Kulirik Siska sibuk dengan ponselnya. “Cie ... yang mau nikah, gue di sini berasa Cuma pot bunga yang manis ....” Aku menyindir Siska yang tengah asik chattingan sambil senyam-senyum.“Dih, apaan lo? Garing amat?” timpal Siska sadis tanpa menoleh. Jarinya lincah mengetik tuts keyboard handphone.Baru saja hendak pulang, tiba-tiba seorang wanita berpakaian glamour berjalan ke arah meja kami. Sepertinya aku tidak asing. Semakin dekat jarak wanita itu, aku langsung mengingatnya. “Meyla?!” Pekikku sambil berdiri. Dia mengulas senyum, lalu merangkulku.“Puji Tuhan, kamu masih ingat aku, Lai ....”“Laila, Mey ....” Walau kutahu dari dulu Meyla sering memanggilku dengan sebutan Lai, tapi sampai sekarang aku masih selalu memprotesnya.Siska turut berdiri. Menyaksikan kami sedang berpelukan.“Meyla Chan?” Tanya S
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Rencana Meyla dan Siska

“Mey, Meyla! Gimana ceritanya lo kenal ama tuh orang?” Siska menggoyangkan bahu Meyla. Aku dan Siska benar-benar tak menyangka kalau Meyla kenal Haris dan Ibunya. Meyla menoleh. Menurunkan kedua telapak tangan dari mulutnya.“Sebentar, aku mau minum dulu. Astaga, aku benar-benar shock.” Meyla menyesap Jus alpukatnya hingga habis sambil memegang dada. Dia mengembuskan napas berkali-kali. Wanita berambut panjang itu menatapku lekat.“Keputusanmu gugat cerai Haris udah sangat tepat, Lai.” Bola mata Meyla membulat. Telapak tangannya menggenggam tanganku. “Jawab dulu, gimana ceritanya kamu bisa kenal Haris dan Ibunya?” Aku makin penasaran saat Meyla berbicara seperti itu. Atau jangan-jangan Meyla juga jadi korban gombalan si Haris.“Belum lama ini, Haris dan Ibunya datang ke rumah aku. Kalian tau mereka ngomong apa?” Meyla melempar tanya pada kami. “Ngomong apa?” t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Belangnya Haris

PoV HarisSelesai mengantar Tante Susi belanja, aku langsung pulang. Aku masih tidak terima dia menyebutku supir. Cuih!“Haris, kamu gak nemenin Tante ngobrol dulu? Eh, Haris, Haris tunggu!” Tante Susi mengejar, aku tetap berjalan sambil menunggu angkutan umum yang melintas.“STOP!!” Tante Susi menarik lenganku.“Kamu itu kenapa sih, Har? Dari tadi  dieeeemmm ... aja? Tante tanya, cuma jawab singkat. Kamu sakit? Lagi ada masalah?” Aku memalingkan wajah. Tante Susi menggenggam tangan, kemudian mengelus pipiku. Seketika aliran darah berdesir. Panas. Kutatap wajah janda kaya raya itu, dia tersenyum manis, bibirnya sangat seksi. “Jadi, selama ini tante anggap aku supir?” Akhirnya pertanyaan itu lolos juga. Tante Susi tertawa renyah. Buah dadanya ikut bergoyang. Membuat pikiranku semakin tak menentu.“Gara-gara itu kamu marah?” Aku tak menjawab. Tante Susi m
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Lokasi Syuting

Sudah kuduga, Haris pasti tidak hadir di persidangan. Ia lebih memilih jalan bersama Meyla. Tapi tidak apa-apa, dengan begitu surat perceraian akan cepat selesai.Usai ngobrol sebentar dengan Pak Jatmoko, aku membuka handphone.Ada pesan di grup kami bertiga. Siska, Meyla, dan aku. Grup ini dibuat atas usulan Siska semalam. Nama grupnya juga dari dia, “Three Angel’s.”[Gaess ... aku lagi sama Haris. Mau aku ajak ke salon. Mobil dia baru lho.] Meyla.[Baru ngerental. Hahaha] Aku tersenyum membaca balasan Siska.[Sok tau kamu, Boy ... dia kan pengusaha perkebunan yang sukses, lagi nge-ekspor besar-besaran.][Tapi, boong. Awokwok.][Hahaha ... bisa banget sih kamu nyindirnya. Laila mana nih? Kok dia gak nongol?][Masih jalanin sidang perceraiannya.][Oh iya aku lupa. Berarti si Haris gak dateng ke sana, ya?][Si Haris itu laki pemalas, culas, pengecut, doyan isi cangcut. Wkwkwk][Boooyyy
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Haris dan Meyla

PoV Haris“Mobil baru?” tanya Meyla menatapku dengan wajah berbinar.“Iya. Bosen mobil yang kemarin,” jawabku bohong. Meyla kelihatannya takjub. “Mobil kemarin dijual?”“Oh, enggak. Ada kok di rumah. Lagian dijual buat apa uangnya? Mending simpen aja. Biar bisa ganti-ganti.”“Hebat ya kamu? Aku makin kagum deh!” Meyla menggamit lenganku. “Jadi Shopping gak nih?”“Jadi dooong.” Aku membukakan pintu mobil, setelah memastikan Meyla duduk dengan nyaman, lalu menutupnya.Sepanjang perjalanan, Meyla tak henti menatapku. Bahkan beberapa kali tersenyum genit.“Kamu kenapa, Mey? Lihatin mulu.” Aku merasa Meyla berubah sikapnya. Dia tambah manis, tidak ketus, dan sombong seperti sebelumnya. “Kamu gak suka aku lihatin?” tanyanya merengut. Aku jadi salah tingkah.“Eng-enggak. Justru
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Cerita Meyla

Akhirnya syuting iklan yang kami tangani sudah selesai. Kalau tadi tidak hujan, mungkin jam tujuh malam udah selesai,  tadi sempat break lagi dari jam tiga sampai maghrib karena turun hujan cukup deras. Jadilah baru beres jam sepuluh. Alhamdulillah meski demikian, semua tim tetap kompak dan semangat termasuk Citra Karina. Semoga saja produk yang kami iklankan laris manis. Ramai dipasaran.Aku sudah bersiap unuk pulang. Sebelumnya menghampiri Siska terlebih dahulu untuk menyampaikan rencana weekend ke Villa Bogor.“Siap! Biar nanti gue yang umumin ke anak-anak. Betewe, di sana nanti mau diadain acara apa?” Siska menyilangkan tangan ke depan dada. Aku mengerutkan kening, belum mengerti arah bicara Siska.“Acara gimana maksudnya?” Siska menghela napas. Menurunkan kedua tangannya dari lipatan di depan dada.“Game gitu. Apa cuma acara bakar kambing guling, bakar ayam, terus makan-makan?” Aku berpikir sejenak. Kala
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Pindah Ke Apartemen

PoV HarisLagi-lagi aku merasa dirugikan jalan bersama Meyla. Biasanya aku yang suka morotin uang wanita, ini kebalikan. Meyla tak tanggung-tanggung menghabiskan uangku hampir dua puluh juta. Sudah menghabiskan uang segitu banyaknya, tapi sampai sekarang aku belum bisa menyentuh bibirnya apalagi lebih dari itu. Beda halnya dengan wanita lain, cukup bayar lima ratus ribu jiwa ragaku terpuaskan. Apalagi dengan Salma dan Tante Susi, gratis tapi memuaskan dalam hal servis. Aku kira, setelah diantar pulang ke rumahnya sampai larut malam, Meyla dengan suka rela mengajakku nginap. Menyerahkan tubuhnya begitu saja. Yang terjadi justru dia menyuruhku pulang. Bahkan ketika ingin mencium bibir tipisnya, Meyla mendorong tubuhku menjauh.Aku jadi curiga, jangan-jangan si Meyla ini bukan wanita kaya raya, tapi dia miskin. Gak punya apa-apa.Aku mengemudikan mobil menuju rumah tante Susi, mobil ini biar aku taro di rumahnya saja. Kalau di bawa ke kontrakan mana mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya

Mengemis

 Hampir satu jam Meyla bercerita tentang kebersamaanya dengan Haris. Aku, Siska, Bi Inah  dan Mang Karman masih menyimak.“Mey, lo jangan sampe ketauan kalau Cuma manfaatin dia doang. Sekali-kali lo juga harus ngeluarin duit supaya si Haris gak curiga kalau lo lagi ngerjain dia.” Siska memberi pendapat. Aku mengangguk setuju.“Iya juga sih. Orang macam Haris kan udah berpengalaman banget soal cewek. Dia pasti tau, mana cewek yang beneran takluk ama dia, mana cewek yang Cuma porotin duitnya. Oke deh, next time aku lebih piawai lagi. Udah dulu ya, nanti kita sambung lagi. Aku capek banget nih. Pengen bobo syantik.” Imbuh Meyla.“Oke. Good night.” Balas Siska. Setelah telepon dimatikan, kami menuju kamar untuk melepas penat, istirahat.Pagi hari ketika sarapan, Siska bertanya soal sidang perceraianku kemarin.“Alhamdulillah lancar. Begitu pengacara  tunjukin bukti rekaman te
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status