Home / Romansa / Musuh Tapi Menikah / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Musuh Tapi Menikah: Chapter 91 - Chapter 100

103 Chapters

Bab 91 - SAGARA dan NAIRA

Setelah selesai berbelanja. Gara dan Naira memilih untuk berkunjung ke rumah kakaknya. Mereka juga sudah membawakan beberapa bungkus makanan dan buah-buahan.Akhir-akhir ini Naira sangat ingin bertemu dengan Nindya untuk membicarakan masalah kehamilan. Keduanya akan berbincang-bincang sangat lama dan akhirnya meninggalkan Gara sendiri dengan kebosanan.“Kak Nindy. Naira datang” Ujar wanita itu dengan antusias saat masih berada di depan pintu masuk.Nindya yang mendengar panggilan Naira langsung keluar dari kamar. Mereka langsung bertemu pandang dan saling menebar senyum.“Wah, adik kesayanganku datang.” Pekik Nindya.Naira langsung memberikan kantung plastik yang dibawanya pada Gara dan berlari menuju Nindya.“Sayang, jangan lari.” Peringat Gara yang terlihat agak sedikit kesal.Naira langsung menghentikan aksi larinya d
Read more

Bab 92 - SAGARA dan NAIRA

Tidak terasa selamatan untuk 7 bulan kehamilan Naira pun akhirnya tiba. Semua teman-teman Gara dan Naira jugs sanak saudara pun datang untuk mendo'akan agar sijabang bayi dan ibunya selalu sehat sampai saatnya tiba melahirkan nanti.Naira tampak cantik dengan gaun berwarna putih. Meski perutnya sudah membuncit tapi tidak mengurangi kecantikan Naira."Wah emang ya bumil yang satu ini selalu tampil cantik," Ucap Nindya yang kini duduk disampingnya. Naira hanya tersenyum entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa gelisah entah apa yang dia pikirkan. Namun dia berusaha bahagia dihari pentingnya, meski pikirannya masih saja tetap gelisah.Acara selamatan 7 bulan kehamilan Naira pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Gara pun sangat bahagia saat melihat istri dan calon anaknya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja."Sayang ayo foto bersama," Panggil Jihan pada Naira yang kini tengah duduk sambil mengusap perut
Read more

Bab 93 - SAGARA dan NAIRA

"Mas... Aww... " Naira tiba-tiba meringis dengan keringat yang mengucur deras dikeningnya. "Kenapa sayang, kok kamu keringetan kayak gini?" Tanya Gara. Yang terlihat khwatir juga panik karena melihat Naira meringis kesakitan dan keringat yang terus mengucur didahinya . "Pe-perut a-aku sakit, Mas. Mungkin sudah waktunya melahirkan Ma... aww.... Sakit Mas." Naira kembali meringis karena rasa sakit yang dia rasakan semakin kuat. "Iya sayang. Tunggu sebentar ya, aku telepon Mama dan Papa dulu." Gara pun mengambil ponselnya yang berada dinakas samping ranjang dan langsung menelepon papanya. Tidak butuh waktu lama mama dan papa Naira pun langsung ke kamar Naira. Karena memang Angga masih tinggal dirumah orang tua Naira dan itu karena permintaan sang mama dan papa mertuanya selama Naira hamil. Dan nanti setelah anak mereka besar Maura baru mengizinkan Naira dan Gara untuk menempati rumah mereka lagi. "Ada apa
Read more

Bab 94 - SAGARA dan NAIRA

Kini suasana ruang rawat inap Naira pun begitu ramai. Di ruangan itu sudah ada Maura, Alex, Jihan, Septian, Nindya, Juna, sicantik Nara dan juga pasangan pengantin baru yaitu Naura dan Rama. Nara pun tidak mau jauh-jauh dari adik kecilnya yang sudah lama dia tunggu kehadirannya."Berapa usia kandungan kami, Nau?" Tanya Jihan. Yang belum tahu usia kandung Naira yang baru saja menikah Dua bulan yang lalu saat kandungan Naira usia 7 bulan."Baru 2 minggu, Tante. Tapi aku udah nggak sabar pengen ketemu sama dia," Ucap Naura. Sambil mengelus perut yang ratanya."Nggak nyangka loh gue. Kalau  lo bakalan nikah sama kakak ipar gue, Ram. Dan cepet nyusul gue jadi ayah," Ucap Gara sambil tertawa."Iya gue juga nggak nyangka kalau lamaran gue diterima dan sekarang dia sedang hamil. Berarti tokcer dong gue." Rama terlihat membanggakan dirinya sendiri. Membuat Naura mencubit pinggangnya dan cubitan itu, membuat Ra
Read more

Bab 95 - SAGARA dan NAIRA

Seperti apa yang Naira katakan. Kini mereka pun berkunjung ke rumah mama Jihan. Seperti biasa Maura pun sudah datang dari pagi untuk menyambut cucu kesayanganya itu. Karena memang Naira memberi tahukan kalau dia akan berkunjung ke rumah Jihan. Nara pun tak mau kalah dia malah  menginap dari semalam karena tidak mau terlambat untuk menyembut baby Raga. Semenjak Naira dan Gara pindah ke rumahnya sendiri satu bulan yang lalu. Naira dan Gara harus bisa membagi waktu untuk mempertemukan Raga dengan kedua neneknya. "I'm Coming Kak Nara, Kakek, Nenek Aunti Nindy. Raga udah datang nih," Naira berseru membuat Raga kini tertawa saat melihat Nara kakaknya berseru memanggil nama Raga. Sambil berlari kearahnya. "Yeay baby Laga udah datang," Seru Nara. Dengan hebohnya membuat Gara dan Naira tertawa melihat respon Nara yang begitu sangat antusias. "Hay kakak Nara," Sapa Naira. Lalu dia mengecup pipi Nara dan men
Read more

Part 96 - SAGARA dan NAIRA

5 Tahun Kemudian "Papa...!"Seru seorang bocah laki-laki sambil berlari.  "Hap, jagoan Papa." Gara pun langsung menangkap tubuh mungil yang berlari kearahnya sambil tertawa.  "Dede Raga tunggu Kakak dong! Kok ditinggal sih," Teriak gadis kecil berumur sekitar 8 tahun itu.  "Kak Nala lama sih. Jadi Laga tinggal aja. Papa, Laga kangen."  "Iya sayang Papa juga kangen sama Abang. Tapi jangan lari-lari dong sayang, kasihan Kak Nara nya ngejar-ngejar kamu tuh cape," Ucap Gara. Yang kini melihat Nara tengah terengah-engah karena mengejar Raga.  "Mama mana, Bang? " Tanya Gara pada putranya.  "Kak Nala. Lihat Mama nggak?" Bukan menjawab Raga malah balik bertanya pada Nara.  "Tante lagi dikamar Om. Katanya dari tadi perutnya mules terus, Jangan-jangan mau lahiran Om Tante nya," Jawab Nara. "Hah, Lahiran! Ya udah Abang main sama kak Nara dulu ya. Papa mau ke kamar lihat Mama dulu takut adi
Read more

Exstra Part 1

16 Tahun Kemudian Citttt!!!  Seorang pemuda mengeram kesal di dalam mobilnya. Walau pun begitu dia keluar dari mobilnya setelah menabrak seseorang.  "Lo gak apa-apa kan?" Tanya pemuda itu. Dengan membantu seorang gadis yang tanpa sengaja dia tabrak untuk berdiri. Gadis itu pun menatap pemuda itu karena merasa sedang ditatap olehnya, namun pemuda itu mengalihkan pandangannya dari sang gadis  "Lo masih bisa jalan, kan?"  Gadis itu menggelengkan kepalanya karena luka di lututnya terasa sangat perih. Dia pun sesekali meringis. "Hei, Apa yang kamu lakukan?" Teriak gadis itu.  "Diamlah!"  Pemuda itu mendudukan gadis itu di kursi samping kemudi dan menatapnya.  "Kita mau kemana?"  "Nama lo, siapa?"  Bukannya menjawab. Pemuda itu malah balik bertanya.  "Zura." Gadis itu menjawab dengan sedikit meringis. "Lo, mau kemana?"  "Sek
Read more

Exstra Part 2

Zura duduk dengan cemas di sofa ruang kepala sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi ada siswi yang mengatakan bahwa dia dipanggil bapak kepala sekolah untuk ke ruangannya. "Ada apa ya Pak? Apa saya membuat kesalahan?" "Apa kamu sudah lama mengenal, Azzam?" Tanya kepala sekolah itu dengan menatap ke arah Zura dengan intens. "Belum Pak, baru tadi pagi saat Azzam tidak sengaja menabrak saya." "Jangan terlalu formal, Nak. Panggil saja saya Opa seperti, Azzam." Zura pun tersenyum kikuk saat  menanggapi ucapan Opa. Dia dibuat semakin bingung. "Begini Zura. Opa lihat kamu itu berbeda. Jadi bolehkah Opa meminta tolong padamu?" "Kalau saya bisa bantu pasti saya bantu Opa." "Sebenarnya Opa capek menasehati Cucu Opa itu. Dia itu keras kepala. Opa dan orang tua juga kakaknya sudah menyerah." "Maksud Opa gimana? Saya ng
Read more

Exstra Part 3

"Ekhem." Raga dan Zura memoleh kearah suara orang yang mengganggu quality time keduanya. Dan Zura membulatkan matanya saat dihadapannya berdiri seorang Azzam Dengan senyuman manis meski seperti dipaksakan. "Hai." Sapa Azzam. Yang membuat Zura tersenyum kaku. "Boleh gue duduk disini?" Tanya Azzam. Zura hendak menjawab namun sudah lebih dulu dipotong oleh Raga. "Kenapa harus disini? Kan masih banyak tempat kosong yang ada disana." "Gue nanya sama, Zura bukan nanya lo." Azzam terlihat kesal dengan penolakan yang dilakuan Raga. Dan dengan santainya Azzam malah duduk di samping Zura. "Kenapa lo mau pacaran sama dia? Masih ganteng juga gue." Teja merutuk dalam hatinya. Bisa-bisanya Azzam bicara seperti itu dihadapan Raga yang Azzam ketahui adalah kekasih Zura. "Sebenarnya dia..." "Ya jelas dia pilih gue lah. Lo kan masih ingusan. Dan gue udah dewasa." Kalo masalah ganteng, lo ngaca deh sana. Masih gantengan gu
Read more

Exstra Part 4

"Loh itu bukannya Kak Rania ya, Kakak lo? Yah gue keduluan dong." Richi terlihat sedih. "Iya, tapi cowok yang bareng kak Rania itu. Pacarnya Zura." "Wah nggak bener tuh orang. Udah punya Zura juga masih aja ngembat calon gue." Richi yang juga menatap geram kearah Rania dan Raga. "Kali aja cuma temenan. Jangan berpikiran negatif dulu lah." Kali ini Dika yang berbicara. Dia paling dewasa diantara yang lainnya. "Kita tanya nanti aja waktu udah keluar. Disini malu kalau sampek ribut." Ujar Richi. Azzam semakin geram saat melihat Raga memasangkan jam tangan ke pergelangan tangan kakaknya. Rania. Azzam beranjak dari duduknya saat melihat pergerakan sepasang kekasih itu. Bugh! "Brengsek lo ya!" Raga tersungkur akibat pukulan
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status