Home / Romansa / Delia (Gadis Pengagum Senja) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Delia (Gadis Pengagum Senja): Chapter 1 - Chapter 10

54 Chapters

1. Menunggu Senja

Langkah kecil itu menapaki trotoar dia bergegas menuju ke tepi Laut untuk melihat keindahan senja, lalu lalang kendaraan tidak di hiraukan. Dia duduk di antara bebatuan dan menunjuk dengan penuh kekaguman. Gadis kecil itu tersenyum matanya berbinar-binar dan sesekali menatap wajah sahabatnya. Anak laki-laki di sampinya hanya sedikit heran kenapa dia begitu mengagumi senja.   “Apa yang kamu kagumi dari senja?” Tanya anak laki-laki itu dengan serius.   “Lihatlah senja tak ingin melihatmu sedih, tetapi ketika Kamu sedih, kamu bisa melihat senja!” Ucap gadis itu penuh kagum.   Anak laki-laki itu hanya terdiam dan terus menatap ke arah sahabatnya. Dia ikut tersenyum ketika sahabatnya tersenyum. Mereka mulai menikmati suasana petang dengan penuh ketenangan. Suara desiran ombak Laut seperti menyapa tatkala sang mentari mulai menyusup.   "Delia!sudah sore ayo pulang!” Teriakan seorang ibu dari kejauhan.
Read more

2. Malam Yang Sama

 Delia lantas masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Ia menatap wajah dirinya di kaca, gadis itu tersenyum karena mahkota bunga masih berada di kepalanya. Ia membayangkan menjadi seorang putri kecil yang cantik. Lalu menari-nari di kamar memutari setiap sudut ruangan. “Bruk!.” Dirinya terjatuh karena lantai begitu licin, Delia pun tartawa dengan tingkahnya sendiri. Lalu ia beranjak berdiri dan merebahkan badan nya di atas kasur. Sambil menatap langit-langit atap kamar, petualangan tadi pagi membuat ia begitu lelah mata nya tak bisa tertahankan lagi. Delia  terkantuk-kantuk akhirnya tak sadar mulai terlelap. Ibu Delia yang membawa makanan hanya geleng-geleng kepala melihat putri kecilnya tertidur, ia lantas pergi sembari menutup pintu. Hari semakin sore awan di langit tampak hitam dan suara gemuruh mulai terdengar sontak membuat Delia terbangun. Ia sangat murung karena
Read more

3. Aku Pemenangnya

Setelah puas melihat senja ke lima anak sd itu bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Sambil mengayuh sepeda dengan penuh cemas hatinya gelisah Damar tak ingin pulang ke rumah. Begitu sampai di muka pintu, benar saja sudah terdengar suara bising pecahan benda yang jatuh. Damar sangat benci dengan suara itu ia menutup kedua telinganya berharap semua itu cepat hilang. Keributan ke dua orang tuanya terdengar jelas dari luar. Tangisan adik kecil membuat ia tak tega, anak malang itu tak hiraukan apapun dan masuk ke dalam rumah. Papa damar yang melihat anaknya seketika marah karena pulang telat. “Kemana saja kamu?” Tanya Papa Damar penuh kemarahan. Damar hanya terdiam dan langsung pergi menemui adiknya Papa Damar pun kesal dengan tingkah laku anaknya ia terus menyalahkan Mama Damar karena tak becus mendidik anak. “Lihat anakmu! tak punya sopan santun!’’ Ucap Papa Damar penuh kesal.&nbs
Read more

4. Momen Kita

Dengan menaiki sepeda nya masing-masing ke dua anak itu tak langsung pulang ke rumah. Mereka pergi ke sebuah pasar malam yang baru buka di samping lapangan bola dekat sekolah. Karena baru buka pasar malam ini menggratiskan pengunjung untuk masuk, hal ini menjadi kesempatan emas untuk kedua anak itu. Walau masih siang tempat ini sudah begitu ramai dengan pengunjung yang masuk. Berjajar pedagang kaki lima di depan pasar malam dengan menawarkan berbagai macam daganganya. Setelah masuk sontak mereka berlari dengan penuh kegembiraan melihat segala macam permainan di tempat itu. Seperti biang lala, kora-kora,ombak banyu, rumah hantu dan masih banyak lagi. “Damar lihat aku ingin menaiki semua itu!” Ucap Delia sambil menunjuk semua permainan yang ada di sana. “Kamu ingin naik yang mana Delia yang itu?” Sahut damar menunjuk sebuah permainan biang lala. “Iya Damar seperti sarang burung yang menggantun
Read more

5. Papa Jangan Pergi

Di perjalanan  pulang Damar begitu bahagia ia terus tersenyum dan ingin secepatnya sampai ke rumah. Anak itu melihat warna langit yang mulai gelap dan suara hembusan angin yang berderu. Ia mengayuh sepedanya untuk berpacu dengan waktu . Sesekali menelentangkan satu tangan agar bisa meraih rumput di tepi jalan. Dari kejauhan mukanya berseri melihat rumah yang mulai dekat. Dengan berhati-hati damar lantas memarkirkan sepedanya di dekat gerbang. Damar melepas ikatan balon di sepedanya untuk di berikan pada Adik yang paling ia sayang. Baru ingin membuka pintu seketika wajah yang berseri itu hilang, berubah menjadi muram melihat apa yang ada di depannya. Keributan itu tak benar-benar berakhir anak itu menyangka Papanya tak akan pernah pulang ketika terakhir kali ia pergi. Ya itu terakhir kalinya dia melihat sosok Papa yang dulu pernah jadi indolanya. Dengan muka gusar Papa Damar langsung pergi membawa beberapa barang. Damar mencoba menghalan
Read more

6. Mencari Putri Duyung

Mama Damar mulai merapihkan semua dokumen lalu ia pergi untuk mencari pekerjaan, sebenarnya Mama Damar  tak tega menitipkan putri kecilnya pada tetangga.  Namun karena sebuah tuntutan dan memiliki kewajiban untuk menafkahi ke dua anaknya lantas ia harus mencari pekerjaan.  Tetangga nya pun dengan senang hati mau menjaga Gistara.   Wanita itu mencari lowongan pekerjaan di manapun tetapi  tidak ada satu pun yang mau menerimanya. Apalagi karena Mama Damar yang tak memiliki pengalaman kerja hal ini membuat beberapa tempat tak begitu tertarik. Mama Damar yang begitu letih ia terus berjalan di tepi jalan raya dan akan menyebrang. Namun ia tak begitu fokus ada kendaraan besar yang melaju kencang dari kejauhan,  seseorang wanita dari kejauhan mencoba berteriak untuk menyadarkan Mama Damar agar segera menepi.   “ Mba awas!” ucap seorang wanita dari kejauhan.Sontak mama Damar langsung tersadar namun kaki nya begitu kaku ia lan
Read more

7. Dongeng Sebelum Tidur

Sesampainya di depan rumah Delia lantas mengendap-endap ia berjalan berjinjit-jinjit agar tak mengeluarkan suara. Di dalam rumah tampak begitu sepi dan bajunya yang basah membuat tetesan air di lantai.   “Bruk! Aduh!” Erangan suara gadis kecil itu terdengar lirih mencoba menahan sakit. Genangan air di lantai membuat ia jatuh terpleset.   Delia takut jika Ibu atau Ayahnya tau pasti bisa di marahi. Setelah masuk ke dalam rumah gadis itu menelusuri setiap ruangan namun tak ada siapapun di sana. Dari kejauhan matanya menyorot ke depan terlihat Ibunya yang sedang memasak, sontak ia pun sedikit lega dengan hati-hati delia langsung pergi ke kamar mandi, namun tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya.   “Delia  kenapa bajunya basah?” Dengan memegang pundak Delia yang gemetar, Ibunya sontak marah karena Delia sudah membasahi lantai.   Delia berusaha berpikir mencari alasan agar Ibunya mau percaya,dengan m
Read more

8. Peta Harta Karun

“Tet tet tet!"   Suara bel mulai berbunyi semua murid sekolah dasar berkumpul di Lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.   “Ayo Anak-anak kumpul di Lapangan!”  Teriak seorang guru mengingatkan bahwa upacara bendera segera di mulai.   “Delia ayo,!” pekik Ayuna mengajak Delia cepat-cepat menuju ke Lapangan. Kedua gadis itu lantas berlari ke barisan paling belakang. Suasana pagi begitu cerah para murid fokus melaksanakan upacara bendera.   “Ayuna” Bisik Delia ingin mengatakan sesuatu pada teman dekatnya.   “Ssst!” Delia lantas diam dengan mulut mayun ia ingin sekali bercerita pada Ayuna, sungguh saat ini Delia merasa sangat bosan sekali.   Tiba-tiba Pak Kepala Sekolah mulai berpidato di Lapangan dan menjelaskan bahwa sebentar lagi akan di laksanakan ujian akhir semester. Maka para murid di beri amanat untuk belajar guna mempersiapkan ujian akhir semest
Read more

9. Saling Mengenal

"Baik Anak-anak semua. Untuk materi di pagi hari ini adalah Matematika Bu Guru yakin kalian semua sudah mempersiapkan dengan sebaik mungkin?" Bu Guru mulai membagikan lembar soal dan jawaban pada tiap-tiap bangku siswa.   Di ruang kelas semua murid mulai bersiap-siap melaksanakan ujian akhir semester. Tak lupa seorang gadis kecil berdoa dan berharap agar di mudahkan dalam mengerjakan ujian. Sudah beberapa hari ujian ini berlangsung, dan di hari ini semua murid tampak tegang mengerjakan soal matematika yang di sajikan.   Namun ada satu anak laki-laki yang begitu tenang ia mulai mengerjakan satu per satu soal seperti tak ada kesulitan. Gadis itu tampak gelisah selalu saja memegangi kepalanya, sesekali memutar-mutar pensil yang ia punya. Betapa sulit soal yang di berikan ia hanya melihat sebuah angka-angka saling berputar dalam kepalanya. Satu jam telah berlalu Ibu Guru menjelaskan kalau ujian tinggal 15 menit lagi. Sontak para murid mulai geli
Read more

10. Kecelakaan

"Ibu kapan kita pulang." Tanya Delia memandang keluar dari jendela Toko Bunga. Suara gemuruh terdengar keras di langit bersamaan rintikan hujan yang deras. Gadis itu nampak bosan melihat ke jendela mata nya tertuju pada lalu lalang kendaraan yang tiada henti. Ia mulai menyandarkan kepalanya di tangan sambil menggambar simbol-simbol pada embun di kaca. Raut wajahnya begitu senang sesekali mengucap kalimat lirih, entah apa yang sedang ia katakan.   "Delia jangan dekat jendela Nak!" Perintah Ibunya melarang untuk tidak terlalu dekat pada jendela karena hujan yang deras di tambah petir mengglegar.   "Iya Ibu." Gadis itu tampak cuek dan tak menghiraukan apa kata ibunya.   "Jgeeer...!" Sampai seketika kilatan cahaya dan suara petir yang keras mengagetkan  gadis itu. Kedua kakinya terasa lemas ia lantas menutup telinga menggunakan tangan dan lari.   "Ibu...! Delia takut" Teriak gadis itu menunduk di ba
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status