“Marcus, kamu yakin tidak sedang bercanda denganku?” Rahel merasa kaget bercampur geli. "Tidak. Bagimu mungkin kolam darah itu pasti tidak berarti. Kalau kamu meminjamkannya padaku untuk sementara pasti bukan masalah besar, kan? Hasil panenmu cukup besar."“Kamu memanfaatkan si sampah itu. Menurutku itu disebut pertaruhan. Kamu berusaha mengubah batu menjadi giok,” ujar Marcus dengan nada bangga.“Orang yang ingin meminjam tempatku, menyebutku sebagai penjudi?” Rahel berkata dengan nada dingin, “Marcus, kamu sombong sekali.”Marcus hanya tersenyum mendengar kemarahan Rahel. Dia berkata, "Aku tahu apa yang diinginkan keluargamu. Memang saat ini Michael adalah sosok penting, tapi jika muncul orang yang lebih kuat darinya, Nona Lu tidak keberatan, bukan?"“Orang yang lebih kuat?” cibir Rahel. Rasa percaya diri Marcus langsung bertambah. Dia berkata, "Aku dijuluki jagoan jenius. Kamu pasti pernah mendengarnya, kan? Yah … situasiku saat ini memang tidak terlalu baik. Keberuntungan s
Read more