Home / Romansa / Trapped / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Trapped: Chapter 11 - Chapter 20

49 Chapters

PART 10

"Aku senang melihat gadis yang tidak terlalu pemilih pada makanan," komentar Elma.Queen tersenyum, menyantap hidangan penutup berupa red velvet cake. "Kue ini sangat enak, Nyonya. Saya menyukainya.""Mama sendiri yang membuat kue ini," timpal Joshua."Oh ya? Kau beruntung karena memiliki ibu yang pandai memasak, Jo!""Kau tahu apa yang membuat Papa jatuh cinta dan tergila-gila pada Mama?""Karena masakannya?""Benar. Papa sangat menyayangi Mama karena Mama pandai memanjakan perut Papa.”Seketika tawa riang terdengar memenuhi ruang makan. Awalnya, Queen pikir duduk di depan Nyonya Alexander akan sangat menegangkan. Ternyata ia salah. Nyonya Elma Alexander adalah seorang wanita ramah dan tidak pernah memandang seseorang dari rupa dan kasta.Lihatlah bagaimana cara ia tertawa, terlihat anggun dan penuh etika. Tawa lembut yang menyenangkan. Rambut panjangnya disanggul rapi. Anting berlian kecil yang menempel di telinganya menunju
Read more

PART 11

22 TAHUN YANG LALU"Aku tidak suka bermain piano, Pa!" Seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun, merajuk pada ayahnya."Papa tidak mau tahu. Anak-anak Papa harus pandai dalam semua bidang, termasuk musik. Lagipula, kata Nona Elma kau cepat menangkap apa yang diajarkan olehnya.""Tapi, Pa! Aku bosan dan−""Jangan membantah, Rafael. Papa menginginkan yang terbaik untukmu."Rafael tidak menyukai alat musik. Ia lebih tertarik mengikuti les berbagai macam bahasa, seperti saran ibunya. Namun, belakangan ini ayahnya justru menambah satu daftar les lagi, yaitu les piano. Padahal Rafael sudah berkali-kali menolak, tetapi ayahnya seolah tidak mau tahu.Alexander tetap mendatangkan guru untuk Rafael, seorang pianis muda berwajah cantik. Namanya Nona Elma. Semakin hari, Rafael semakin membenci Elma. Bukan tanpa alasan. Rafael tidak menyukai kedekatan antara Elma dan Alexander. Bukan sekali dua kali bocah itu memergoki ayahnya duduk berpegangan tangan dengan E
Read more

PART 12

Rafael mengusap wajah kasar, rasanya seperti mimpi, saat ia terbangun dalam keadaan tanpa busana. Wanita berambut kecokelatan yang berbaring di sisinya jelas bukan Selly. Setelah ingatannya terkumpul, kini ia tahu siapa wanita yang masih terlelap dengan selimut membungkus tubuhnya sebatas dada.Queen, tergolek lemah setelah berkali-kali Rafael menghujaninya dengan kenikmatan. Gadis polos yang menyerahkan keperawanan karena tipu daya Rafael. Saat ini Rafael bahkan tidak bisa memahami perasaannya sendiri. Haruskah ia senang, sedih, atau menyesal?Rafael menyeringai, seharusnya ia merasa senang karena bisa mengalahkan Joshua. Akan tetapi, ketika mengingat Selly, Rafael merasa bersalah karena telah mengkhianati kekasihnya. Sungguh, kalau saja boleh memilih, Rafael juga tidak ingin menyentuh wanita selain Selly. Dia hanya menginginkan Selly, dan dia terpaksa mengambil keperawanan Queen hanya untuk menyakiti Joshua.Menyingkirkan rasa bersalah, Rafael meraih celana panja
Read more

PART 13

Rafael kecil berdiri mematung di ujung tangga. Untuk kesekian kali, ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar. Pertengkaran yang lebih hebat dari sebelumnya. Baru kali ini Rafael melihat ibunya berteriak histeris sembari menampar Nona Elma yang perutnya sudah membesar.Rafael tidak tahu apa yang mereka ributkan. Hanya saja, sepertinya bayi di dalam perut Nona Elma lah yang membuat mereka bertiga bertengkar hebat. Tetapi kenapa? Apa yang salah dengan bayi itu?"Aku tidak ingin bayi itu terlahir ke dunia!" Mama menunjuk perut Nona Elma. "Aku tidak akan pernah percaya jika dia anak Alexander!""Dia anakku!"Rahang Rafael gemetar. Bayi di dalam perut Nona Elma, anak Papa? Artinya Rafael akan memiliki adik? Rafael juga akan memiliki ibu baru? Tidak, Rafael hanya sayang Mama. Dia tidak ingin memiliki ibu lagi selain Mama. Bagaimana mungkin Nona Elma dan bayinya tega merebut Papa dari Rafael?"Pergi! Aku tidak ingin melihat wanita ini menginjakkan kaki di lant
Read more

PART 14

"Mama!" Rafael kecil mengguncang tubuh Mama yang terbujur kaku. "Bangun, Ma! Rafael takut sendirian!"Percuma Rafael berteriak sekuat tenaga. Sekalipun ia menangis hingga air matanya habis, Mama tidak akan pernah terbangun lagi. Mama telah pergi untuk selamanya, setelah siang tadi penyakit jantungnya kambuh."Mama! Aku tidak ingin tinggal dengan ibu baru! Aku hanya ingin Mama! Bangun, Ma! Bangun!" Teriakan Rafael semakin kencang saat Nona Elma menyentuh pundaknya, lalu membawa Rafael mundur beberapa langkah.Saat brankar mulai didorong suster, Rafael mencoba menggapai tubuh Mama lagi, tetapi Nona Elma menahan gerakan Rafael. Rafael mencoba memberontak. Namun, ia tidak memiliki kekuatan sedikit pun.Selama ini, satu-satunya sumber kekuatannya hanyalah Mama. Dan sekarang, saat Mama harus pergi, ke mana lagi Rafael harus mendapatkan kekuatan itu?"Mama! Kenapa Mama tega meninggalkan aku sendiri? Kenapa Mama tidak mengajakku pergi? Rafael ingin pergi bersam
Read more

PART 15

"Baru kali ini aku melihatmu makan dengan lahap. Sangat lapar, Sayang?"Queen bisa dengan jelas melihat wanita cantik di hadapan Rafael, bertopang dagu sembari mengawasi Rafael menghabiskan sushi. Kalau tidak salah dengar, namanya Selly. Wanita berambut panjang dengan sedikit curly di bagian ujung, sangat modis dan rapi seperti baru keluar dari salon.Jadi, siapa Selly? Wanita panggilan yang disewa Rafael? Queen menggeleng. Jika dilihat dari interaksi mereka berdua, mereka lebih pantas menjadi sepasang kekasih. Apa setelah meninggalkan Queen, Rafael memiliki kekasih baru? Atau memang selama ini Rafael sudah memiliki kekasih, tetapi tidak jujur pada Queen?Queen merasa menjadi wanita paling bodoh di dunia. Kenapa dulu dia tidak pernah mempertanyakan hal itu pada Rafael? Seharusnya Queen tahu kenyataan ini sehingga dulu dia tidak perlu berharap lebih, lalu menyerahkan keperawanannya pada lelaki brengsek itu.Kalau saja sejak awal dia tahu, Raf
Read more

Part 16

Queen menatap benda pipih di tangannya. Setelah semalam ia melakukan tes kehamilan di apartemen Nara, pagi ini ia mengulanginya di rumah. Tidak ingin mempercayai hasil tes semalam.Ia menggigit bibirnya kuat-kuat. Hasilnya tetap sama, dua garis merah tercetak jelas di sana. Ia hamil. Tanpa ikatan pernikahan. Dan ia tidak tahu ke mana harus meminta pertanggungjawaban. Satu-satunya lelaki yang harus menjadi ayah dari sang bayi sudah memilih untuk lepas tangan.Tubuh Queen luruh ke lantai, menggenggam test pack erat-erat. Rasa penasarannya terhadap lelaki dengan sejuta pesona, membuahkan hasil. Queen tidak hanya mendapatkan jawaban bagaimana rasanya berada di dalam dekapan lengan kokoh Rafael, tetapi ia juga mendapatkan hadiah kecil yang kini bersemayam di rahimnya.Seharusnya ia mendengarkan peringatan Joshua jika Rafael pria berbahaya. Dan seharusnya pula ia tidak melanggar prinsip yang diajarkan Maura. Kesenangan sesaat yang ia rasakan bersama Rafael hanya
Read more

Part 17

Suasana ruangan kerja Alexander begitu hening. Alexander duduk di kursi kebesarannya, sementara Rafael dan Joshua duduk bersisian di depan ayahnya. Lelaki berperawakan tinggi tegap itu, masih menampakkan garis-garis ketampanan meski sudah berusia setengah baya. Di sana terlihat jelas dari mana Rafael mewarisi hidung mancung dengan pahatan dan detail sempurna di setiap inchi wajahnya.Tegas dan berwibawa adalah ciri khas Alexander. Kedua putranya—dari ibu yang berbeda—telah didikte menjadi anak yang patuh. Senakal-nakalnya Rafael, Alexander selalu bisa mengendalikannya. Itulah mengapa sampai saat ini, Rafael masih bersedia tinggal serumah dengan keluarganya meski jelas-jelas Rafael tidak menyukai mereka.Sebenarnya, ada satu hal yang membuat Rafael memilih bertahan. Rumah itu satu-satunya tempat yang menjadi kenangan manis bersama sang ibu. Karena itu, Rafael tidak sudi jika Elma mengambil alih rumah itu dan menjadi satu-satunya penguasa. Jadi, jangan heran jika hampir di
Read more

Part 18

Rafael mengunci pintu kamar Queen, lantas melangkah perlahan menuju ranjang. Ia tidak ingin membangunkan gadis yang sedang terlelap. Sepertinya Queen lupa mematikan lampu utama, sehingga kamar bernuansa pink itu terlihat terang.Tatapan Rafael tertuju pada boneka kelinci dan music box di atas meja kecil tepat di samping ranjang. Rafael tersenyum pahit. Bahkan setelah Rafael melukainya, Queen tetap menyimpan barang pemberian Rafael? Apa Queen sangat mencintai Rafael? Atau memang gadis itu berhati lembut sehingga tetap mempertahankan benda pemberian Rafael, tidak peduli meski ia sudah terluka.Rafael melangkah semakin dekat ke arah ranjang. Dengan hati-hati, ia duduk di bagian sisi ranjang yang kosong. Ditatapnya tubuh lemah Queen. Gadis itu berbaring telentang, mengenakan celana jeans selutut serta kaos longgar berwarna putih. Tatapan Rafael beralih pada wajah sayu di hadapannya.Rafael membungkuk, menatap wajah Queen dari jarak yang sangat dekat. Wajah ber
Read more

Part 19

Maura meletakkan sepiring sandwich dan segelas susu putih di atas meja. Sementara itu, Queen menatapnya lesu, duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua tangan menyilang di depan dada."Sejak semalam kau tidak makan. Makanlah, bayimu butuh nutrisi.""Rafael sudah pulang, Ma?" tanya Queen lirih."Ya, Rafael pulang setelah sarapan bersama Mama. Dia kelaparan, sampai-sampai menghabiskan banyak sandwich. Katanya, masakan Mama enak." Maura tersenyum tipis."Mama senang karena dia akan menjadi menantu Mama?""Sayang, kenapa kau bertanya begitu? Mama menghargai niat baik Rafael untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.""Tapi Rafael sudah memiliki tunangan, Ma.""Tunangan, kan? Bukan istri?""Rafael mencintai tunangannya.""Dan nanti dia pasti akan mencintai istri dan anaknya.""Aku tidak yakin, Ma. Mungkin lebih baik batalkan rencana pernikahan itu sebelum terjadi sesuatu yang lebih buruk." Queen menunduk.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status