“Tidak bisakah kau membukanya dengan pelan?” protesku karena seseorang yang sedang menyibak tirai dengan kasar hingga ring gantungannya menimbulkan bunyi yang sedikit melengking di ruangan yang sunyi itu.Aku sontak langsung terbangun dan duduk untuk melihat siapa yang datang.“Hei, kenapa kau di sini?” tanyaku pada Arin yang tengah berdiri mantap di depanku sambil melipat tangan di dada.“Enaknya jadi orang nomor satu di sekolah ini,” ujarnya.“Kenapa kau ke sini?” aku bertanya untuk kedua kalinya dengan mulut yang terkatup kesal.“Iseng. Kudengar kau sakit, makanya aku datang. Aku teman yang baik kan?” Ia menarik kursi lalu duduk di atasnya. “Untuk mengingatkan kalau kau berhutang padaku,” jelasnya.“Apa?”“Makanya jangan seenaknya menyuruhku begitu saja, sepertinya karma itu berlaku dengan cepat,” lanjut Arin.“Oo… ma
Read more