Beranda / Romansa / Amanda / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Amanda: Bab 41 - Bab 50

59 Bab

Peringatan Pengacara Mendiang Suami Tante Beatrice

“Nggak, dong. Aku tinggal di rumah ditemani dua orang pembantu. Sesekali saja anak dan cucuku datang menginap. Kebetulan rumah mereka juga nggak jauh dari sini.”           “Suami Tante mana?”           “Ah, dia sudah kecantol cewek lain yang jauh lebih muda dariku, Nold. Sekretarisnya sendiri. Udah lama kok, tahunan. Kabarnya mereka udah punya anak sendiri sekarang.”           “Hah?!” seru Arnold berpura-pura terkejut. Padahal dia tidak heran. Salah seorang rekannya sesama instruktur di pusat kebugaran dulu pernah keceplosan kalau Tante Bianca adalah seorang istri kesepian yang diabaikan suaminya akibat berselingkuh dengan perempuan lain.           “I
Baca selengkapnya

Tante Beatrice Mau Menjenguk Rita

Wanita yang tadinya marah besar itu tertegun seketika. Tak pernah terpikir dalam benaknya untuk mengetahui lebih dalam tentang kehidupan keluarga mendiang suaminya, apalagi menjalin kedekatan dengan mereka. Kenangan akan penghinaan mereka terhadap dirinya di masa lalu membuat hati wanita itu  membeku terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan saudara-saudara kandung Wahyu. Namun mendengar penuturan sahabat mendiang suaminya ini membuat perasaan empati mulai singgah dalam sanubarinya.           “Aku mengerti hubunganmu dengan adik-adik iparmu itu kurang baik. Mereka pernah merendahkan dirimu akibat berasal dari keluarga yang sederhana, tidak sepadan dengan Wahyu yang bergelimang harta.”           Sepasang mata Tante Beatrice menatapnya keheranan. Dari mana dia mengetahuinya? Apakah Wahyu pernah menceritakan hal itu padanya?
Baca selengkapnya

Sampai di Malang

Akhirnya Hengky mengalah. “Baiklah kalau begitu, Bu Beatrice. Terima kasih banyak atas perhatian Ibu pada keluarga saya.”           “Sama-sama, Pak.”           “Nanti saya WA-kan nama dan alamat rumah sakit tempat istri saya dirawat.”           “Terima kasih banyak, Pak Hengky. Tolong sekalian nomor kamar Bu Rita juga.”           “Baik, Bu.”           “Selamat malam, Pak.”           “Selamat malam, Bu.”           
Baca selengkapnya

Amanda Bicara Berdua dengan Tante Beatrice

“Syukurlah kalau begitu,” jawab ayahnya lega. Laki-laki itu berpaling pada tamunya dan berkata sopan, “Terima kasih banyak atas tawarannya pada anak saya, Bu.”           “Tidak apa-apa, Pak Hengky. Saya juga lebih senang kalau ada teman ngobrol di perjalanan. Jadi tidak kesepian. Hehehe….”           Selanjutnya Amanda yang mengucapkan terima kasih. Tante Beatrice mengangguk dan tersenyum tulus. Wanita ini kelihatannya orang baik. Kenapa dia bisa mengangkat bajingan seperti Arnold sebagai anaknya, ya? pikir Amanda heran. Benarkah dugaan Mas Josh bahwa Tante Beatrice mungkin termasuk tante-tante yang termakan rayuan maut laki-laki mesum itu?           Diperhatikannya sang tamu yang dengan manisnya bicara pada Rita yang terbaring kaku
Baca selengkapnya

Semuanya Dibeberkan

“Maaf, Tante. Seandainya Tante keberatan menjawab pertanyaan Manda, tidak apa-apa,” cetus gadis itu merasa tidak enak hati. Lalu dia melanjutkan ucapannya, “Terus terang, saya merasa kurang enak mengutarakan hal ini. Tapi saya harus menyampaikannya karena saya melihat Tante orang baik, jangan sampai diperdaya oleh orang yang tidak tulus….”             Si tante mengerutkan dahinya tanda tak mengerti maksud perkataan gadis yang duduk di hadapannya. “Bisa kamu ungkapkan lebih jelas lagi maksud ucapanmu barusan, Manda?” pintanya ingin tahu. “Terus terang Tante kurang paham.”             Amanda menelan ludahnya. Ia menimbang-nimbang bagaimana cara bercerita dengan kata-kata yang dapat diterima oleh wanita itu. Tolong bantu ya, Tuhan, doanya dalam hati. Agar lidahku mengeluarka kata-kata yang berbuah dan dapat diterima dengan baik oleh Tante Beatric
Baca selengkapnya

Foto Mendiang Sonya

 Tanpa sadar aku telah menjadi seorang tante girang, sesalnya dalam hati. Sebenarnya hati kecilnya pernah mencetuskan hal itu, namun dia selalu mengelaknya dengan dalih suka menyenangkan hati orang yang dicintainya.             “Seandainya Tante ingin melihat foto-foto wajah Sonya yang babak belur, saya bisa memintanya pada Mas Joshua,” kata Amanda menawari. Tante Beatrice masih diam saja. Lalu gadis itu melanjutkan, “Oya, ada satu hal penting lagi yang juga mau saya katakan, Tante.”             Hal penting apa lagi?! jerit hati wanita di depannya. Semua hal yang kau tuturkan tadi membuat kepalaku pening.             “Adik saya keguguran….”             “Ya, Tuhan!” seru Tante Beatrice terperanjat se
Baca selengkapnya

Rencana ke Singapore

Kepalanya tiba-tiba terasa pening.           “Ada apa, Bu?” tanya sekretarisnya dengan ekspresi wajah keheranan. Tak biasanya pimpinan  perusahaannya itu lepas kontrol seperti ini. Tante Beatrice yang menyadari bahwa asistennya itu masih berada di ruangan meeting berusaha menguasai dirinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Wanita itu berusaha menghilangkan shock akibat melihat foto wajah penuh memar dan berdarah yang tadi dikirimkan Amanda pada ponselnya.           “Sori,” sahutnya datar. “Akhir-akhir ini saya mudah terbawa emosi kalau membaca atau mendengar berita yang kurang enak. Itu tadi teman saya mengirimkan broadcast berita yang sedang viral. Entah itu hoaks atau tidak. Sudahlah, anggap saja sekedar intermeso.”    
Baca selengkapnya

Impian Oma Merry

Dipeluknya nyonya rumah dan diciumnya kedua pipinya. Oma Merry merasa terharu. Ini pertama kalinya gadis itu memperlakukannya demikian.           “Silakan masuk, Manda,” ajaknya sembari menggamit tangan gadis itu untuk mengikutinya. Sang tamu mengangguk dan tersenyum menurut. Namun ia merasa heran ketika ternyata calon ibu mertuanya itu tidak membawanya menemui Celine, melainkan ke sebuah kamar tidur.           “Celine ada di mana, Tante?” tanyanya heran. Tak terdengar suara maupun sosok gadis kecil itu sama sekali. Padahal dia sudah kangen ingin memeluk dan menciumi wajah lucu menggemaskan itu.           Oma Merry tersenyum senang. Syukurlah akhirnya Kau kabulkan doa-doaku, Tuhan, ucapnya dalam hati. Celine akhirnya akan mempunyai seorang ibu yang m
Baca selengkapnya

Kembali ke Malang

Tiba-tiba Amanda teringat dengan sebuah serial komedi Amerika yang terkenal sekali zaman dulu. “Tante Merry ingin hidup seperti dalam film Golden Girls, ya?” tanyanya sambil tersenyum simpul.           “Hehehe…, kamu kok bisa tahu film itu, Nak? Film itu berjaya jauh sebelum kamu lahir.”           “Kan masih diputar di TV kabel, Tante. Saluran khusus film-film lama.”           “Oh iya, benar.”          Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Pemilik kamar menyahut mempersilakan masuk. Pintu terbuka dan muncullah seraut wajah tampan Joshua. “Lho, ada Amanda? Kapan datang?” tanyanya keheranan.       
Baca selengkapnya

Amanda Dilamar di Depan Keluarganya

Seketika air mata jatuh berlinangan membasahi wajah gadis itu. Ia merasa terharu sekali. Rita rupanya merasakan hal yang sama. Air matanya berjatuhan. Putri sulungnya meraih tisu yang tersedia di atas meja di samping pembaringan ibunya. Dihapusnya air mata Rita dengan lembut.           Sang ibu tersenyum kembali. Lalu ia berusaha berkata-kata lagi, “Ma…ma…min…ta…ma…af….”           Sang putri menganggukkan kepalanya berkali-kali. Kumaafkan dirimu, Ma, jeritnya dalam hati. Segala kepahitan dalam hatiku akibat perbuatan Mama bersedia kulepaskan seluruhnya. Asalkan Mama sembuh….           “Jo…shu…a…,” ucap Rita kemudian.         &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status