All Chapters of The Crown Prince, Sang Putra Mahkota: Chapter 51 - Chapter 60

64 Chapters

Penyusup Tengah Malam

 Kania baru saja selesai beberes, mengunci semua pintu, lalu siap-siap tidur. Kakinya menyusup pelan ke selimut di samping Nadin yang sudah terlebih dahulu pulas. Saat matanya sudah hampir terpejam, Samar-samar ia mendengar suara ketukan pintu dari luar. Semula Kania mengira itu hanya halusinasinya. Namun, ketukan itu berlanjut, bahkan semakin keras. Kania segera bangun dari tempat tidur, ia melirik Nadin yang masih tertidur pulas, berharap gadis kecil itu tetap tertidur. Jam di dinding kamar menunjuk angka sebelas lebih. "Siapa malam-malam ketok pintu?" tanyanya sambil menyeret langkah keluar kamar, tak lupa ia membawa ponsel pintar bersamanya, sekedar untuk berjaga-jaga. "Apa jangan-jangan Marlo kembali?"Gegas Kania menuju pintu depan. Tak lupa ia menyalakan semua lampu.Tangan rampingnya menggeser gorden tepat di samping pintu. Ia berusaha mengintip sebelum membuka pintu. Aneh sekali, pa
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more

Pindah

Barry kembali ke rumah dengan kesal dan marah, lagi-lagi usahanya gagal untuk mendekati Kania. Wanita yang dicintainya itu ternyata sudah terlalu membenci dirinya. Tak dapat dipungkiri, ini semua memang kesalahannya. "Brengseeek!" Barry memaki dirinya sendiri. Marlo, pamannya yang angkuh itu kini selalu berada di dekat Kania. Bagaimana ia bisa mendekat kepada Kania. Barry sebenarnya cukup yakin, apabila Kania mendengar penjelasannya secara gamblang dan runut, wanita itu pasti bisa maklum. Kania yang baik dan perhatian adalah Kania yang dikenalnya dulu. Barry membuka kembali ponsel pintarnya, ada sebuah pesan suara dari Aahsita. Dikirim dua jam yang lalu. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama kata-kata yang meluncur dari microfon ponselnya. ***"Sebaiknya aku bawa Nadin ke atas dulu, ke kamarnya, takut terbangun, kasihan," kata Marlo. Kania mengangguk setuju, lalu mengikuti Marlo yang m
last updateLast Updated : 2021-07-15
Read more

Rumah Baru

Arifin sudah menunggu Marlo di rumah yang berada dekat taman. Marlo melihat laki-laki itu menunggu di depan rumah sambil merokok. Ia pun segera memarkir mobil, mendekati Arifin. "Udah, lama, Arifin?" tanya Marlo setelah turun dari Mobil. "Baru beberapa menit, Tuan Muda." "Ayo, masuk. Matikan rokokmu.""Baik, Tuan." Arifin mengikuti perintah Marlo. Ia mengikuti Tuan Muda masuk ke dalam rumah. "Bagaimana, sudah ada kabar lagi?" Marlo memberi tanda supaya Arifin duduk di sofa ruang tengah. "Saya berhasil membuat dia mengaku Tuan Muda. Memang dialah yang menyabotase mobil Nyonya Besar waktu itu, ia merusak rem mobil yang membawa Nyonya besar keluar dari rumah.Tiba-tiba Marlo membisu. Ia memejamkan mata berusaha meredakan emosi yang bergejolak. Dari awal ia sudah curiga, berita kematian Anjani memang telah direncanakan. " Apa dia mengaku suruhan Clari
last updateLast Updated : 2021-07-18
Read more

Hak Milik

Marlo membuka pintu ruangan Barry dengan kasar. Suara pintu yang menjeplak tiba-tiba membuat Barry terpaksa mendongak. Laki-laki bersetelan jas abu-abu itu memburu ke hadapan Barry. "Apa-apaan ini?" tanya Barry geram. Ia menatap lelaki jangkung yang berdiri menantang di seberang mejanya. Sejak dahulu ia tak pernah bisa akrab dengan adik ayahnya itu. Namun, selama ini belum pernah mereka melakukan konfrontasi senyata sekarang ini. "Kamu yang apa-apaan? He, bocah, enggak tahu diri! Setelah apa yang kamu lakukan pada Kania, masih berani kamu mengusik hidupnya?" Marlo menatap berang ke arah Barry yang masih diam terduduk di kursi kerjanya. "Enggak usah ikut campur! Om nggak tahu permasalahannya!"Marlo justru terkekeh mendengar balasan Barry yang seolah-olah tak mau diusik. "Kamu yang enggak perlu ikut campur! Sekali lagi saya dengar atau lihat kamu berusaha menemui Kania, s
last updateLast Updated : 2021-07-22
Read more

Proposal untuk Nadin

Seminggu sudah dilewati Kania di rumah Marlo. Kania dan Nadin mulai menyesuaikan diri. Marlo tidak selalu pulang ke rumah, hari-hari kerja lebih banyak dihabiskan di apartemen. Alasan sesungguhnya selain fokus ke pekerjaan, perusahaan barunya sedang meroket, juga karena ia bisa gila jika terus-terusan berada satu rumah dengan Kania, tetapi harus terpisah kamar. Sore itu Marlo sengaja pulang lebih awal untuk mengajak Kania dan Nadin makan malam bersama. Ada sebuah restoran baru tak jauh dari rumah di pinggir kota dengan nuansa keluarga. Marlo yakin Nadin akan senang menghabiskan waktu di sana. Dengan sweter warna Navy dan celana bahan warna abu-abu, Marlo memasuki rumah mewahnya, menjemput sang pujaan hati. "Om, Marlo! Aku sudah siap!" Sambut Nadin. Gadis kecil itu tampak semakin cantik dengan terusan warna lavender sebatas lutut, kerahnya yang tinggi cukup sesuai untuk menghalau hawa dingin yang berusaha menembus ku
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more

Pertunjukan

 Kania mememui Prasetya di sebuah kafe di pusat kota. "Sehat, Pak?" Wanita itu duduk di kursi di seberang lelaki berambut kelabu. "Alhamdulilah," jawab lelaki itu mantap. "Maaf, agak lama menunggu."*Saya juga baru sampai. Kamu gimana, Kan? Sehat?""Puji Tuhan, Pak."Seorang pelayan membawa baki berisi satu cangkir kopi pekat untuk Prasetya. Lelaki itu mengangguk menunjukkan Terima kasih, sebelum sang pelayan undur diri. "Kania sudah pesan?""Sudah, tadi di konter depan, sebentar lagi mungkin datang.""Saya senang kalau kamu sehat, Kan. Saya lihat kamu juga malah lebih fresh sekarang."Kania tersenyum merona. Pak Prasetya belum mengetahui sejauh mana hubungan dirinya dengan Marlo. "Pak, saya dengar Bapak mau resign dari kantor. Apa betul?"Lelaki itu menatap Kania dari balik kepulan uap panas ko
last updateLast Updated : 2021-07-31
Read more

Tak Bisa Jauh

"Mama!" Gadis kecil itu berteriak, berlari ke arah Kania. Sedetik kemudian Kania limbung karena tubuh kecil nan energik itu menghantam bagian bawah tubuhnya. Gadis kecil itu terkikik girang, membuat Kania langsung menangkap dan menggendongnya di lengan. "Aduuuh, Sayang, kebiasaan!" Dengan gemas Kania menowel hidung mungil Nadin. "Hei, Cantik, selamat yaa, pertunjukanmu berjalan lancar. Kamu luar biasa sekali!" Marlo memekik tertahan. Nadin tersenyum semringah, merentangkan tangan kepada lelaki di sebelah Kania itu. Marlo buru-buru meraihnya, memindahkan Nadin dari lengan Kania ke lengannya sendiri. "Makasih, Om," ucap Nadin dengan riang. Gadis kecil itu memeluk bahu Marlo dengan kencang. Dengan ekspresi bangga, Marlo menatap Kania. Senyumnya lebar, matanya berbinar. Kania sangat suka melihat ekspresi Marlo seperti ini. Batinnya terus berteriak bahwa Marlo adalah tipe seora
last updateLast Updated : 2021-08-03
Read more

Gejolak Hati Divia

Divia baru saja selesai melakukan aktivitas rutin di akhir minggu. Pagi tadi ia sudah berangkat ke fitness center, melakukan yoga sekitar sejam lamanya. Kini setelah mandi dan sedikit bersolek di ruang ganti fitness center, ia menjejakkan kakinya ke lorong mal yang masih sepi. Pusat kebugaran favoritnya itu terletak di dalam mal. Jam di dinding masih menunjuk pukul 09.00 ketika ia keluar dari pusat kebugaran itu. Mode getar dari ponsel pintarnya berfungsi, sambil terus berjalan menyusuri lorong, Divia meraih benda pipih itu dari kantong tas fitness-nya. Bibir wanita itu melengkung ke atas saat melihat nama Damar muncul di layar. "Halo, Mar?" sapanya. "Vi, bisa ikut aku, nggak?" Lelaki di ujung telepon rupanya tidak suka basa-basi. "Ha? Ikut ke mana? Aku baru aja selesai yoga di Gym, sebentar lagi nyampe kos-kosan." Divia masih mengayunkan langkah dengan pelan. "Okelah, setengah jam l
last updateLast Updated : 2021-08-10
Read more

Anjani

"Menurut kamu, Divia sudah tahu mengenai identitas Damar?" Kania melirik ke arah Marlo yang sedang menyetir di sebelahnya. "Entahlah, mungkin sudah. Sepertinya hubungan mereka semakin akrab, aku mencium bau romantis di antara mereka."Sontak Kania tertawa terpingkal-pingkal, membuat Marlo melirik kekasihnya itu dengan tatapan tersinggung. "Kok malah ketawa?"Kania buru-buru menahan tawanya sambil geleng-geleng kepala. "Sorry, Sayang, kamu bilang mencium bau romantis, mendengar kamu yang bilang seperti itu membuatku geli, Tuan Serius!"Akhirnya, Marlo mengulas senyum juga di bibirnya, memang benar yang diucapkan Kania. Dia orang yang serius, tak pernah kenal istilah cinta apalagi romantis. Namun, kebersamaan dengan Kania merubah semuanya. Indra perasanya menjadi semakin peka. "Aku berkali-kali menggoda Divia soal hubungannya dengan Damar, tetapi dia selalu mengalihkan pembicaraan."
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more

Tentang Clarissa

 Clarissa bergeming di tempat duduknya, sebuah sofa tunggal dari bahan beledu cantik, warnanya senada dengan nuansa kamar tidur yang keemasan, terkesan mewah dan glamor. Mata wanita cantik itu menerawang jauh. Kacamata berbingkai emas yang ia kenakan tidak dapat menyembunyikan matanya yang nanar. Ia baru saja menerima telepon dari salah seorang kepercayaannya.“Nyonya, lelaki itu sudah buka mulut. Sepertinya lelaki tua yang mengancamnya itu adalah Arifin. Nyonya ingat? Lelaki kepercayaan mendiang Tuan Hadinegoro dulu,” ucap suara serak di ujung telepon.“Kurang ajar! Bukannya lelaki itu ada di dalam penjara? ““Betul, Nyonya, Arifin menginterogasinya di dalam penjara. Sepertinya ia punya koneksi orang dalam, hingga bisa melakukan ancaman kepada orang kita.”“Kamu habisi saja lelaki itu di dalam penjara! Sekarang! Saya tidak mau si Arifin itu sempat menemukan bukti lain!” tegas Clarissa, suaranya
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status