All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 301 - Chapter 310

606 Chapters

Bab 300. Kamu sudah Berubah

Langkah pasangan calon pengantin yang sedang bergandengan tangan itu terhenti. “Tidak, Tuan,” jawab Baron.“Mungkin penghuni lain yang ada di kantor ini,” tukas Andin. “Aku dari tadi nggak denger apa-apa,” lanjut Andin sembari terus melangkah meninggalkan suaminya.“Kamu jangan bicara sembarangan, Bee.” Haidar segera menyusul sang istri dan menggenggam tangannya dengan erat, lalu mempercepat langkahnya.“Kamu kenapa, Boo? Kamu takut?” Andin menoleh pada suaminya sembari terkekeh.“Nggak,” jawab Haidar dengan cepat. “Aku cuma takut bidadari mesumku ada yang nyolek,” lanjutnya sembari terkekeh.Mendengar ucapan dari istri sang tuan, Tari yang penakut semakin mengeratkan genggaman tangannya. Namun, Baron segera melepasnya. Kemudian laki-laki tampan itu melingkarkan tangan pada bahu calon istrinya.Rasa takut membuat ia tidak malu memeluk tubuh calon suaminya. Ba
Read more

Bab 301. Bidadari Mesumku Marah

"Bee." Haidar membelai rambut istrinya dengan lembut. "Besok aja ya jalan-jalan ke Mall-nya, kita ajak Bara sama Gara. Mereka belum pernah kita ajak jalan-jalan." Haidar membujuk istrinya supaya wanita cantik itu tidak merajuk lagi.Bukannya ia tidak mau mengajak istri cantiknya jalan-jalan, tapi laki-laki yang sudah mempunyai dua anak itu ingin mengajak kedua anaknya jalan-jalan bersama. Namun, Andin berpikir kalau sang suami malu mempunyai istri sepertinya."Nggak mau!" jawab Andin dengan ketus. "Kamu nggak mau aku ajak ke Mall karena malu 'kan bawa istrimu yang kayak gajah bengkak ini," tukas Andin pada suaminya tanpa menoleh pada sang suami yang sedang mengelus rambutnya."Aku nggak malu, malah aku bangga punya istri cantik kayak kamu, Bee. Kamu nggak kayak gajah bengkak, tapi kamu seksi. Wanita paling seksi yang selalu ada di hatiku dan selamanya akan ada di sini" Haidar menunjuk dadanya dengan jari telunjuk yang tak mungkin juga sang istri melihatnya karen
Read more

Bab 302. Benjolan Yang Cukup Besar

"Aww ...." Haidar mengaduh sembari mengusap-usap keningnya yang terbentur tiang pintu."Tuan tidak apa-apa?" tanya Bi Susi kepada majikannya. "Maaf, saya terlambat memberitahukan kalau Tuan melangkah di jalan yang salah.""Tidak apa, Bi. Sekarang tolong ambilkan kompres, sepertinya kening saya benjol," titah Haidar pada pelayannya sembari memutar kenop pintu dan mendorongnya perlahan. Laki-laki itu berjalan sempoyongan sembari memegangi keningnya yang sudah terasa membengkak. Ia hampir saja terjatuh karena merasa pusing dan pendangannya sedikit kabur. Akhirnya ia sampai di pinggiran tempat tidur dan segera menjatuhkan dirinya di kasur empuk itu. "Kepalaku terasa berputar." Haidar memejamkan mata untuk mengurangi rasa pusingnya.Wanita cantik yang sedang marah pada suaminya itu tidak tahu kalau sang suami sedang kesakitan. Ia pergi ke dapur untuk mencari salah satu pelayannya."Bi, itu kompres untuk siapa?" tanya Andin pada Bi Sus
Read more

Bab 303. Sudah Mengeras

Haidar membuka matanya karena keningnya terasa sakit saat kain berisi es batu itu mengenai benjolannya.Haidar menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Ia masih merasa sedikit pusing saat membuka mata. "Bee.""Apa?" jawab Andin dengan ketus sembari menempelkan kembali es batu gang dibungkus kain tipis itu di kening suaminya yang benjol."Pelan-pelan, Bee! Ini sakit sekali," balas Haidar sembari memegang tangan sang istri supaya wanita cantik itu tidak menekannya terlalu kuat."Iya, jawab Andin sembari terus mengompres.Haidar kembali memejamkan matanya. Walau sakit, ia akan menahannya supaya sang istri terus merawatnya.'Benjol membawa berkah,' ucap Haidar dalam hatinya sembari menahan senyum. Walau terasa sangat sakit, ia merasa bersyukur karena istrinya masih peduli padanya walau masih marah."Boo, kamu ganti pakaian dulu sana!" Andin menyuruh suaminya untuk mengganti pakaian kerjanya yang masih melekat di tub
Read more

Bab 304. Memijat Sang Suami

"Pake bajumu sendiri!" titah Andin pada Haidar. Lalu, ibu dua anak itu meninggalkan suaminya dalam keadaan polos tanpa benang sehelai pun di tubuh laki-laki tegap itu.Wanita dengan tubuh yang semok berjalan dengan cepat, membuat bempernya bergetar yang membuat Haidar menggelengkan kepala sembari tersenyum melihat tubuh sang istri dari belakang."Bidadari mesumku semok bener," ucapnya sembari terkekeh. Laki-laki tegap itu dengan cepat memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh sang istri. Setelah berpakaian ia kembali merebahkan tubuhnya karena kepalanya masih sedikit pusing.Setelah menyusui kedua putranya, Andin kembali ke dalam kamar. Ia berjalan dengan pelan, lalu naik ke tempat tidur dan mengoleskan salep di kening sang suami yang benjol."Selamat malam, Boo," ucap Andin setelah mencium kening sang suami dengan mesra. Lalu, merebahkan tubuhnya di samping laki-laki bertubuh tegap itu."Selamat malam juga, Bee," sahut Haidar dengan p
Read more

Bab 305. Hari Pernikahan Baron Dan Tari

Beberapa hari kemudian, tiba saatnya hari pernikahan Baron dan Tari setelah sebelumnya hari lamaran kedua anak manusia itu. "Bee, kamu sangat cantik," puji Haidar pada sang istri yang memakai kebaya berseragam dengan keluarganya.  Dengan sanggul modern yang terlihat sederhana, wanita yang sudah mempunyai dua anak itu terlihat sangat cantik dan anggun. "Syukurlah baju ini masih pas di badanku, sepertinya berat badanku sedikit menyusut," kata Andin sembari berlenggak-lenggok di depan cermin, "Walau cuma turun satu kilogram aja," ucapnya sembari tertawa geli. Haidar terkekeh mendengar ocehan istrinya, lalu melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, menempelkan dagunya di bahu wanita yang sudah terlihat sangat cantik itu. "Bagaimanapun bentuk tubuhmu, bidadari mesumku ini selalu cantik dan menggairahkan," bisik Haidar di telinga wanita berkebaya itu. Andin segera melepas tangan sang suami yang melingkar di pinggangnya. Ia khawatir laki-la
Read more

Bab 306. Jangan Langsung Ngegas, Om

Waktu akad nikah telah tiba. Baron sudah duduk di hadapan penghulu sambil menjabat tangan Pak Deni, adik kandung dari almarhum ayah Tari, yang akan menjadi wali nikah.Ijab kabul pun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apa pun. Sorak sorai kegembiraan menggema di ruangan itu setelah doa dipanjatkan untuk kebahagiaan kedua mempelai.Laki-laki tampan yang memakai setelan jas berwarna hitam itu terpesona melihat pengantinnya datang menghampiri di dampingi Andin dan Merry, anak Tari bersama kekasihnya dulu.'Istriku sangat cantik,' ucap Baron dalam hati sembari tersenyum menyambut pengantinnya."Assalamualaikum, Suamiku," ucap Tari sembari mencium tangan laki-laki yang baru saja sah menjadi suaminya."Wa'alaikum salam, Istriku," balas Baron sembari tersenyum. Lalu, mengecup kening istrinya dengan mesra.Setelah acara akad nikah selesai, kini para tamu bergantian mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.Acara berjalan dengan lancar
Read more

Bab 307. Kita Sudah Menjadi Satu

"Ibu, aku udah ngantuk," ucap Merry sembari menutup mulutnya karena menguap.Baron berjongkok, lalu menggendong putrinya. "Anak Ayah udah ngantuk?" tanya Baron kepada putrinya.Merry menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, Ayah.""Baiklah ayo kita tidur." Baron melangkahkan kakinya menapaki anak tangga, di susul dengan Tari yang masih menggunakan pakaian pengantin berjalan sangat pelan dibantu oleh Bu Rumi."Kamu mau tidur di mana, Nak?" tanya Baron kepada putrinya."Aku mau tidur di kamarku saja, nggak mau di tempat lain," jawab Merry, "Kamarku sangat bagus, aku sangat menyukainya. Akhirnya aku bisa memiliki barang-barang seperti teman-temanku. Terima kasih, Ayah." Merry mencium pipi ayahnya berulang kali."Sama-sama, Nak," jawab Baron sembari mencubit hidung putrinya. "Apa pun akan Ayah berikan untuk kebahagiaan putri cantik ini." "Biar aku yang buka, Ayah." Merry memutar kenop pintu kamar, lalu mendorongnya dengan pelan.
Read more

Bab 308. Kamu Istri Terbaik

"Bimbing aku supaya bisa menjadi istri yang baik untukmu, Suamiku," ucap Tari sembari menundukkan kepalanya.Baron memegangi dagu istrinya dengan lembut, lalu tersenyum pada wanita cantik itu. "Kamu istri terbaik, saya sangat beruntung memiliki wanita hebat sepertimu."Laki-laki tampan itu memegangi bahu istrinya, lalu menyuruh istrinya duduk di kursi depan meja rias. "Kamu duduk manis di sini, biar saya yang membuka   sigernya."Tari mengangguk sembari tersenyum. Ia menuruti apa yang dikatakan suaminya. Wanita cantik itu memerhatikan suaminya dari cermin.Laki-laki angkuh yang berkarisma itu dengan telaten membuka sanggul sang istri sampai rambut panjang itu terurai kembali, walau masih acak-acakan."Sekarang kamu mandi sana! Supaya badanmu terasa lebih segar. Kalau mau berendam, jangan terlalu lama, ini sudah malam, takutnya kamu masuk angin." Baron membelai rambut sang istri yang masih berantakan bekas sanggul. "Saya mandi di kamar sebelah
Read more

Bab 309. Lingerie Hitam

Tari keluar dari kamar mandi setelah sang suami menaruh ponselnya di atas nakas. Tari tidak ingin suaminya merasa malu karena terpergok sedang menciumi layar ponsel.Wanita cantik itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang membungkus tubuh seksinya dari dada hingga setengah paha. Dan handuk kecil yang membungkus rambutnya yang masih basah.Ia berjalan dengan sangat perlahan menuju ruang ganti sembari menundukkan pandangannya. Tangannya dengan erat memegangi lilitan handuk di dadanya.Baron tersenyum sembari menggelengkan kepala melihat sang istri yang berjalan sambil mengendap-endap."Istriku sangat cantik dan seksi," gumam Baron dengan sangat pelan setelah istrinya masuk ke dalam ruang ganti.Sudah beberapa menit berlalu, tapi sang istri belum keluar juga dari dalam ruangan itu. Baron kembali melirik jam dinding di kamarnya. Dua puluh menit sudah istrinya berada di dalam ruang ganti, tapi belum keluar juga yang membuat
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
61
DMCA.com Protection Status