“Tidak apa-apa, Pak,” jawabku parau.“Pak, tolong antarkan ke alamat ini, ya.” Aku menyodorkan kertas berisi rumah mama Katerina. “Okay, Nona.”Sang pengemudi sepertinya tahu aku sedang tidak ingin ditanya banyak hal. Ketika sudah sampai di rumah mama Katerina, aku tidak langsung turun dari mobil. Masuk ke dalam rumah. Mama Katerina menyambut dengan hangat.“Lho, Ryn? Kamu lagi sakit ya? Kok mukanya pucat banget.”Aku menggeleng lemah. “Aku baik-baik saja, Ma. Aku ke kamar dulu, ya.” Kepalaku semakin berputar-putar, tubuh lemas dan aku ingin tidur. Rasanya pusing dan pening di kepala. “Nanti mama buatkan sesuatu untukmu, sesuatu yang lezet pastinya. Istirahatlah, sayang,” kata Mama sedikit berteriak.Aku tersenyum dibalik wajah pucat pasi, aku semakin sadar, aku benar-benar menjadi lakon yang pintar sekali menyembunyikan apa yang aku rasakan.
Last Updated : 2021-02-24 Read more