Azka memutuskan membawa Rena ke taman dekat rumahnya, dalam keheningan mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Rena."
Rena menatap Azka lembut membuat dirinya merasakan tatapan Rena seperti Tania yang selalu dirindukan, Azka seketika langsung tidak mampu berpikir jernih terlalu hanyut dalam tatapan Rena.
"Perkataan aku yang tadi itu aku serius."
"Kita baru mengenal," tolak Rena "nggak mungkin langsung melamar."
"Apa yang membuat kamu ragu?," Azka memandang Rena yang tampak gugup.
Azka memegang dagu Rena agar menatap wajahnya dan tatapan lembut itu selalu mengingatkan Azka pada orang tercintanya, Azka mendekatkan diri hingga jarak mereka hanya beberapa sentimeter. Azka dapat merasakan hembusan nafas Rena yang sangat berbeda dengan Josh.
Azka mencoba semakin mendekat dan tampak Rena hanya diam dengan keberanian tersisa Azka mencium bibir Rena, hanya sentuhan bahkan Azka tidak menggerakkan bibirnya untuk lebih jauh. Tidak adanya penolakan membuat Azka semakin berani dengan menggerakkan bibirnya, semakin lama semakin dalam dan tidak adanya respon pada Rena membuat Azka menggigit bibir Rena membuat sang pemilik membuka mulutnya.
Azka bermain dengan bibir Rena, menciumnya dan juga mengeksplore giginya. Ciuman mereka semakin dalam karena Rena mengalungkan tangannya pada leher Azka yang semakin membuat Azka berani bahkan tangan Azka sudah berada pada bagian intim Rena, meremasnya perlahan yang membuat Rena mendesah dalam ciuman mereka. Azka menatap wajah Rena yang sudah memerah membuat dirinya gemas dengan perubahan pada diri wanita di hadapannya, Rena menunduk dalam ketika ciuman mereka berakhir membuat sesuatu dalam diri Azka bangkit.
“Kamu sudah menjadi milikku jadi aku akan membawamu bertemu dengan keluargaku.”
Rena membelalakkan matanya mendengar perkataan Azka yang bagi dirinya sangat tiba – tiba, pasalnya mereka baru pertama kali berinteraksi meski berada dalam pekerjaan yang sama. Azka yang melihat perubahan pada wajah Rena seolah tidak peduli dengan mencoba fokus dengan keadaan di jalan, dirinya tahu jika Rena sedang mengatur detak jantungnya sama seperti dirinya.
“Siapkan dirimu karena aku akan datang bersama keluarga minggu ini.”
Rena membelalakan mata mendengar perkataan Azka, tapi melihat jika dirinya sudah berada depan rumah membuatnya mau tidak mau turun dari mobil. Rena tidak menyadari jika Azka mengikutinya masuk ke dalam rumah, Rena baru sadar ketika Redi sang adik menatap dirinya bingung seketika Rena menatap ke belakang di mana Azka berdiri dengan santai dan tersenyum pada pria yang menatapnya.
“Azka calon suami Rena.”
Perkataan Azka membuat Redi terkejut dan Rena menatapnya tajam tapi dirinya tidak peduli dengan apa yang terjadi di hadapannya, tidak lama kemudian Redi teriak memanggil kedua orang tua Rena membuat sekarang dirinya berada di ruang tamu berhadapan dengan keluarga Rena yang menatapnya dengan berbagai pertanyaan. Azka mencoba menenangkan diri melihat mereka semua karena ini pertama kali dirinya berhadapan langsung dengan orang lain terutama melamar wanita yang baru dirinya lihat beberapa hari yang lalu.
“Saya Azka rekan kerja Rena, kedatangan saya ke sini adalah melamar putri bapak untuk menjadi istri dan ibu dari anak – anak saya nantinya. Saya tidak bisa menjanjikan apa pun karena saya masih dalam tahap merintis usaha yang saya sukai tapi saya akan berusaha membuat Rena bahagia meski di pernikahan tidak hanya kebahagiaan tapi saya akan usahakan, ucap Azka tanpa ragu.
“Kami terkejut dengan niat Mas Azka karena selama ini Rena tidak pernah mengenalkan pria apa lagi sampai melamar begini, Rena bukan gadis sempurna tapi kami melimpahinya kasih sayang jadi kami harap Mas Azka bisa melakukan itu dan jika memang serius silakan datang bersama keluarga secepatnya, tapi sebelum itu kami ingin mendengar jawaban Rena apa setuju dengan lamaran mas atau tidak?.”
Rena menunduk pasalnya semua menatap ke arah dirinya “jika ini yang terbaik kenapa aku tolak.”
“Saya Rendi sebagai ayah Rena dan ini Inna sebagai ibu Rena sedangkan pria itu bernama Redi adiknya, mereka hanya dua bersaudara.”
Azka mengangguk “saya akan membawa keluarga besok karena kebetulan kedua orang tua lagi berada di sini.”
“Kalau boleh tahu orang tuanya di mana?” tanya Inna menatap Azka.
“Mereka memegang perusahaan yang ada di Singapore,” jawaban Azka membuat semua mengangguk.
Azka tidak ingin membongkar silsilah keluarga karena ingin semua terbuka dengan sendirinya bukan dari bibirnya, Azka hanya ingin hidup tanpa bayang – bayang nama besar keluarga maka dari itu dirinya memilih bidang lain meski nanti akan kembali berada di perusahaan milik keluarganya ini. Azka berbicara banyak pada Rendi mengenai rencana lamaran dengan keluarganya yang akan dilaksanakan besok, sesekali pandangan Azka mengarah pada Rena yang hanya diam dan mendengarkan.
Azka berpamitan tidak lama kemudian dan selama perjalanan banyak hal yang dirinya pikirkan termasuk tindakan dirinya yang dengan berani melamar Rena, gadis yang baru dirinya temui dan langsung cium dengan tiba – tiba. Azka tidak sadar jika saat ini mobilnya mengarah ke rumah orang tua bundanya, perlahan dirinya mematikan mesin dengan masuk ke dalam yang membuat pekerja terkejut dengan kedatangannya.
“Opa di mana?”
Azka masuk ke dalam melihat Wijaya dan Tania sedang berbicara, meski usianya tidak mudah lagi tapi fisik Wijaya masih sangat kuat dan tidak terlihat seperti orang tua pada umumnya. Azka mendekati mereka berdua dan tampak wajah terkejut mereka ketika melihat Azka yang sangat jarang datang ke rumah, Tania memeluk Azka erat seolah menyampaikan apa yang dirasakannya yaitu merindukan Azka.
“Ada apa?” tanya Wijaya setelah Tania melepaskan pelukan.
“Lamarkan Azka pada seorang wanita, sebenarnya tadi sudah melamar hanya saja butuh orang tua untuk melamar jadi Azka minta oma dan opa ikut serta.”
“Ke mana orang tuamu?” tanya Wijaya yang mendapatkan pukulan dari Tania.
“Bunda terlalu drama jadi oma saja yang bicara sama bunda.”
Wijaya mencibir perkataan Azka “oma kamu ini lebih drama dari bunda kamu.”
Azka menceritakan tentang lamaran yang baru saja dirinya lakukan, Tania bertanya banyak hal terutama keyakinan Azka dalam melamar seseorang. Berbagai nasehat mereka berikan pada Azka mengenai pernikahan terutama pernikahan harus berdasarkan perasaan bukan karena tuntutan dari orang tua atau lingkungan sekitar. Wijaya akan membantu Azka jika Via sang bunda masih menginginkan dirinya untuk segera menikah dalam waktu dekat, Azka hanya mendengarkan tapi dalam hati menyetujui perkataan mereka berdua.
“Aku memutuskan menikah untuk membahagiakan bunda, karena kebahagiaan bunda akan membuat langkahku akan menjadi mudah nantinya.”
Perkataan Azka secara tiba-tiba membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain, sedangkan Azka sendiri tidak menyadari kata-kata yang keluar dari bibirnya tersebut. Menatap mereka berdua yang hanya diam membisu setelah perkataannya membuat Azka bingung dan mencoba mengingat apa yang dikatakannya.“Kamu mencintai wanita itu?”Azka menatap bingung dengan pertanyaan Wijaya “apa perlu cinta kalau kebahagiaan bunda adalah yang utama?”“Opa tidak akan melamarkan wanita ini buat kamu jika itu tujuan kamu.”Azka membelalakkan matanya mendengar perkataan Wijaya “tapi Azka bilang besok akan bawa keluarga untuk melamar dia.”“Opa selama ini hanya tutup mulut atas apa yang kamu lakukan termasuk hubungan dengan pria itu, sebelum kamu memutuskan menikahi wanita ini lebih baik kenal terlebih dahulu perasaan kamu karena kita disini sangat menghormati para wanita.”Azka terdiam lebih tepat
Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?”Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.“Bagaimana?”“Lo ikut proses negosiasi?”Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya
Azka hanya diam mendengar perkataan Endi dan saat mengalihkan pandangan dimana Via langsung masuk ke dalam kamarnya membuat Azka mengikuti dari belakang, pandangan yang Azka lihat adalah Via menatap pakaiannya lalu mengeluarkan kemeja dan juga celana membuat Azka hanya menggelengkan kepala.“Bunda kalau nanti Endi nikah juga begini?”“Tentu secara waktu Billy menikah dulu juga sama sibuknya.”“Billy menikah bunda nggak ngapa-ngapin baru bergerak setelah Kak Zee melahirkan.”“Gimana mau gerak kalau ibunya orang gila macam itu,” jawab Via dengan kesal “bunda penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu seperti sekarang atau tepatnya langsung mengajak menikah tanpa pacaran.”“Nanti juga tahu sendiri.”“Jadinya jam berapa?” suara Bima membuat mereka mengalihkan pandangan.Azka membuka ponselnya yang ternyata sudah mendapatkan jawaban dari Rena tenta
Kedatangan mereka membuat keluarga Rena terkejut karena dikira oleh mereka hanya orang tua Azka tapi keluarga besarnya ikut serta, kedua orang tua Rena tidak menyangka keluarga Azka adalah orang yang tidak bisa dianggap sebelah mata dan semua orang tahu mengenai perusahaan H&D Group.“Jangan memandang saya seperti itu karena saya sama seperti kalian semua,” Wijaya membuka suara saat melihat mereka semua gugup “saya disini sebagai opa dari Azka dan ini Tania yang tidak lain adalah istri saya, kedatangan kami disini hanya menemani cucu saja dan melihat bagaimana wanita yang disukainya.”“Tetap saja saya merasa terhormat karena tiba-tiba kedatangan orang penting seperti anda semua,” ucap Rendi dengan tersenyum kaku “berarti mau tidak mau kami harus menerima lamaran ini?” goda Rendi membuat semua tertawa.“Anda bisa menolak kalau merasa Azka tidak cocok dengan Rena,” sahut Wijaya “tidak akan mempe
Acara lamaran berjalan lancar dan Azka tidak menyangka jika opa dan omanya mendukung apa yang dilakukan dengan tetap datang ke rumah Rena, acara lamaran kemarin tidak diketahui siapa pun bahkan sahabatnya Brian dan kekasihnya Josh.“Permisi,” ucap Rena membuka pintu membuat semua yang ada di studio menatap ke arahnya.Azka beranjak dari tempatnya dan meminta Rena untuk ikut dengan dia ke dalam ruangannya, ruangan yang ada disamping studio.“Saya kesini hanya ingin membayar uang kemarin,” ucap Rena saat mereka sudah ada didalam.“Kenapa tidak kirim pesan?”“Saya sudah kirim pesan dan sepertinya anda sangat sibuk karena banyak yang ingin dibuatkan lagu.”“Berhenti bersikap formal denganku,” ucap Azka tegas dengan tatapan datar.“Saya harus bersikap formal jika berada di kantor, jadi apakah bisa memberitahukan nomer rekening untuk pembayaran?”Azka menghembusk
Perbuatan Azka pada Rena memberikan dampak luar biasa padanya dimana saat ini ingin melampiaskan hasratnya, tidak mungkin Azka melakukan pada Rena karena mereka belum memiliki hubungan resmi dan satu – satunya yang bisa melakukannya adalah Josh. Selama sisa pekerjaannya bayangan Rena tidak bisa lepas dari dirinya, bibir lembut Rena yang diciumnya memberikan candu tersendiri.“Belum kelar?” suara Fabian membuat Azka menatap kearahnya dengan ekspresi kesal “wait kenapa lo?”“Ganggu aja.”Fabian mengangkat alisnya “dari tadi lo cuman mandang monitor dengan tatapan kosong terus bilang ganggu, darimananya?”“Ada perlu apa?” Azka mengalihkan pembicaraan.“Gue mau ketemu mereka besok kira-kira lo bisa?”“Boleh, atur aja.”“Kerjaan belum kelar?”“Sedikit lagi, kenapa?”“Mau gue ajak ke suatu tempat.”
Tidak menghiraukan tatapan Brian dimana Azka langsung beranjak dari tempatnya setelah memastikan semua tersimpan dengan aman, mematikan semua perangkat yang digunakan sebelum benar-benar meninggalkan ruangan ini.“Kamu akan kencan? Sama siapa?” tanya Brian membuat Azka memandang sekilas dan memberikan senyuman misterius “Woi....aku tanya ini.”Azka berjalan santai keluar dari ruangannya menuju tempat parkir mobilnya berada, langkah Azka terhenti saat melihat mobil seseorang yang dikenalinya. Mencoba untuk tidak melihat kedatangan orang tersebut dengan berjalan cepat menuju mobilnya, tapi sayangnya tidak semudah itu saat mobil itu berhenti tepat disampingnya.“Masuk.”“Bawa mobil sendiri.”“Aish....kamu tu nurun sapa sih? Kita kembar tapi nggak satupun mirip.”Azka menatap kembarannya Dona kesal “Ngapaian datang kesini?”“Masuk dulu.”Menghembusk
“Keluarga kamu menyenangkan.” Rena membuka suara saat mereka berada di taman belakang rumah orang tuanya.Setelah mereka makan malam semua memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, Rena sendiri sudah meminta ijin dengan bantuan Azka juga Dona. Setidaknya kembarannya satu itu bisa diandalkan disaat seperti ini, menatap Rena yang masih memandang lurus ke langit membuat Azka mendekat dan menarik pinggang Rena. Mengalihkan pandangan dengan menatap Azka lembut, tangan Azka membelai pipi Rena perlahan membuat jarak mereka semakin dekat sampai akhirnya Azka mencium bibir Rena lembut.Jantung Azka berdetak kencang saat mereka berciuman, hal yang tidak pernah dirasakan dulu saat bersama dengan wanita. Rena bisa membuat Azka secara perlahan berubah, mencoba lebih dalam dengan melumat bibirnya kasar, menarik pinggang Rena mendekat membuat Azka dapat merasakan miliknya sudah mulai berdiri. Tangan Rena melingkar di leher Azka membuat ciuman mereka semakin dalam, hi
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada