Home / Romansa / You're My Destiny / Part 33, Kita Harus Putus

Share

Part 33, Kita Harus Putus

Author: Cathalea
last update Last Updated: 2021-07-26 13:37:26

"Mengakhiri hubungan dengan Windi?" Yoo-ill balik bertanya dengan bibir bergetar. 

Sebuah keputusan yang sudah pasti tidak pernah ada dalam kamusnya. Di saat ia sedang menyusun rencana untuk melamar Windi, bagaimana mungkin ia harus mengambil keputusan pahit itu?

"Tidak, Pak. Saya tidak sanggup mengambil pilihan itu. Bapak tahu sendiri bagaimana perasaan kami berdua. Saya sangat menyintai Windi, Pak," tolak Yoo-ill dengan netra berkaca-kaca.

Faris kembali menghela napas panjang. Ia tahu pilihan solusi yang ia tawarkan sulit untuk dijalankan. Namun, bukannya tidak mungkin. Asalkan ada niat dan kemauan, semuanya pasti bisa dilakukan.

Ruangan berukuran empat puluh meter persegi itu mendadak senyap karena masing-masing mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hanya suara detik jam yang bersahutan dengan deru napas yang bergulir dalam kegelisahan.

"Sekali lagi saya katakan. Pikirkanlah dengan kepala dingin," ujar Faris dengan nada pelan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • You're My Destiny   Part 34, Hampir Ketahuan

    "Kamu ... mau ... kita putus?" tanya Windi dengan suara bergetar. "Hanya untuk sementara, Windi. Sampai skandal ini reda. Aku tidak ingin Vanessa melukaimu." "Bagaimana dia bisa melukaiku? Sementara dia tidak mengetahui hubungan kita," "Saat ini, ya, dia memang tidak tahu. Tapi kamu tidak mengenal Vanessa, Sayang. Dia bisa saja bayar seseorang untuk menyelidikiku. Lalu dia tahu hubungan kita, dia pasti akan menyiksamu siang dan malam." Windi tersenyum sinis. "Silakan saja dia lakukan itu, aku tidak takut." "Tapi aku yang takut, Win. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu." "Jadi, kamu ingin kita putus?" "Tidak sebenar-benarnya putus, Win. Aku akan mencari cara untuk tetap bisa berkomunikasi denganmu. Aku mohon bersabarlah." Windi mengangguk, menurut. "Tapi ... benarkah kamu tidak memiliki perasaan apa pun pada Vanessa. Apa lagi kalian sudah tidur bers ...," "Ssst! Jangan berpikir yang

    Last Updated : 2021-07-29
  • You're My Destiny   Part 35, Sentilan Kecil untuk Vanessa

    "Oom, Vanessa sepertinya sudah tahu Yoo-ill punya pacar yang kuliah di Universitas Buana. Bisa carikan cara untuk menghentikannya?""Benarkah? Nanti kita bicarakan. Datanglah ke rumah Oom malam ini," jawab Faris yang langsung diiyakan oleh Windi.Windi keluar dari toilet itu, lanjut mengikuti acara penggalangan dana."Kamu baik-baik saja kan, Win?" tanya Fina khawatir, sambil memerhatikan tubuh Windi."Aku baik-baik aja, Fin. Ayo, kita lanjut beres-beresnya," jawab Windi, seraya meraih tangan Fina, mengajaknya ke belakang panggung.***Pukul delapan malam, Windi sampai di rumah Faris. Fina yang membukakan pintu kaget melihat kedatangan sahabatnya yang tanpa kabar itu."Lho, Win. Tumben malam-malam ke sini gak kasih kabar. Tau mau kesini kan bisa bareng aku tadi," cerocos Fina.Windi berdecak kecil, mendorong Fina untuk masuk ke dalam."Tadi aku janji sama papa kamu, ada yang mau dibicarain," jawab Windi."Penting?

    Last Updated : 2021-08-01
  • You're My Destiny   Part 36, Pria dari Masa Lalu

    "Apa? Vanessa tiba-tiba ke Korea? Ada agenda apa?" tanya Faris heran. Di seberang telepon, Sinta hanya bisa menggeleng. "Saya juga tidak tahu alasannya, Pak. Vanessa bahkan membatalkan semua jadwalnya hingga tujuh hari ke depan," lapor Sinta. Faris mengeraskan rahangnya, menahan emosi, tidak bisa terima tingkah Vanessa yang begitu semena-mena. "Vanessa benar-benar keterlaluan. Ya, sudah. Biarkan saja dia. Nanti aku sendiri yang akan menyiapkan pinalti untuknya. Pesankan saja tiket penerbangan untuk Nona Windi secepatnya," ujar Faris lagi. Ia menutup telepon, lalu kembali menatap Windi. Kali ini ekspresinya sungguh sulit untuk diartikan. "Ada apa, Oom? Ada masalah?" tanya Windi khawatir. "Oom rasa kamu harus bersiap untuk go publik, Win. Saat ini Vanessa sedang berada di atas pesawat menuju Seoul. Oom yakin, orang suruhannya sudah memberitahunya tentang keadaan Yoo-ill," ujar Faris dengan wajah tegang. Windi terdiam, tub

    Last Updated : 2021-08-03
  • You're My Destiny   Part 37, Donor Mata

    Windi mempercepat langkah, tidak ingin orang kepercayaan Tn. Han itu menunggunya lebih lama. Namun, beberapa langkah menjelang dirinya sampai di tempat Sekretaris Kim berdiri, tiba-tiba seseorang meraih pergelangan tangan Windi. Membuat Windi terpaksa menghentikan langkahnya mengikuti kemauan sosok itu. Windi spontan menoleh. Pupilnya langsung membesar. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya ketika mengenali orang yang menghentikan langkahnya. "Kak Pandu?!" seru Windi kaget. Pandu tidak merespon rasa kaget Windi. Ia masih menata napasnya yang terengah-engah. "Ada apa, Kak?" tanya Windi heran. "Jujur padaku, Win. Bagaimana kamu bisa terbang dengan tiket first class?" tanya Pandu dengan tatapan serius. Windi tidak menjawab pertanyaan Pandu. Dia hanya berdiri tegak menatap Pandu dengan ekspresi bingung. Sementara sebelah lengannya masih berada di cengkraman Pandu. Apa yang terjadi pada Windi saat itu tidak lepas dari p

    Last Updated : 2021-08-08
  • You're My Destiny   Part 38, Kandidat Direktur

    "Dia hanya shock," kata dokter keluarga yang memeriksa keadaan Windi. Dokter yang masih terlihat muda itu kembali memasukkan peralatan medisnya ke dalam tas, menuliskan resep, lalu pamit undur diri. Sementara itu Windi masih terbaring tidak sadarkan diri. Kondisi Yoo-ill yang buta setelah kecelakaan itu ternyata benar-benar membuatnya terpukul. "Syukurlah," ucap Tn Han lega. Ia mengusap dadanya dengan wajah cerah. Satu beban besar terasa terangkat dari pundaknya. "Terimakasih banyak, dokter," ujarnya sambil membungkukkan badan. "Yoo-na-yah, tolong antarkan dr. Kang kembali ke mobilnya," pinta Tn. Han pada Yoo-na yang baru saja tiba. Yoo-na mengangguk, lalu keluar dari kamar itu disusul dr. Kang di belakangnya. Suasana hening memenuhi ruangan. Pasangan suami istri itu duduk dengan kepala tertunduk di samping ranjang Windi. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar saling beesahu

    Last Updated : 2021-08-13
  • You're My Destiny   Part 39, Tumbal Jabatan

    "Yoo-ill-ah, kamu sudah bangun?"Ny. Ko kaget, langsung mengejar Yoo-ill yang sudah berdiri di bibir tangga."Stop! Cukup sampai di sana, Eomma. Biarkan aku mencoba sendiri," ujar Yoo-ill, mencegah wanita yang melahirkannya itu membantunya menuruni tangga.Yoo-ill menjejakkan kakinya satu persatu pada anak tangga sambil berpegangan pada dinding. Sementara semua orang yang berada di bawah mengamatinya dengan perasaan berdebar. Terutama sekali Windi yang tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya. Tubuhnya tegang, ia meremas keliman roknya dengan kuat, hingga buku-buku tangannya memutih.Sepuluh menit kemudian, akhirnya Yoo-ill sampai juga di ruang tengah, tempat keluarganya berkumpul."Win, kamu masih di situ, kan?" tanyanya seraya mengayunkan tangannya ke kanan dan ke kiri."Ya, aku di sini," sahut Windi. Ia bergerak melangkah untuk menghampiri Yoo-ill. Namun, baru saja satu langkah, Yoo-ill mencegah."Jangan kemana-mana. Tetap di

    Last Updated : 2021-08-15
  • You're My Destiny   Part 40, Perawat Pribadi

    Ruang rapat berukuran 200 meter persegi itu tampak mewah dan megah. Beberapa lukisan mahal melekat di dinding, di sudut-sudut ruangan juga terdapat beberapa macam bunga yang memperindah ruangan.Satu buah meja oval berukuran besar terletak di tengah-tengah ruangan, dengan dua puluh arm chair yang berbaris berhadapan di sisi meja. Di bagian atas sedikit ke sudut, terdapat satu podium ukuran sedang, dan layar proyektor masih tergulung di tempatnya.Pukul sembilan tepat, orang-orang mengenakan jas masuk dengan wajah tegang, dan langsung duduk menempati kursi masing-masing.Semua berjumlah 17 orang, merupakan dewan direksi yang akan membahas kandidat direktur yang baru untuk menggantikan Han Yoo-ill yang sedang cedera."Pokoknya, aku tidak akan menyetujui kandidat dari Tn. Han. Bagaimana mungkin kita mempercayakan jabatan sepenting itu kepada orang yang belum kita ketahui prestasi kerjanya," ujar salah satu direktur berwajah bulat.Dia berkata dengan b

    Last Updated : 2021-08-20
  • You're My Destiny   Part 41, Kecurigaan Windi

    Perasaan tidak enak langsung menjalar di hati Windi.Namun, sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak hilang kendali. Windi memutuskan untuk tetap fokus di hari pertamanya berkerja sebagai direktur Han Enterprise.Windi sengaja tidak mengumpulkan karyawannya untuk memperkenalkan diri, tapi langsung menyapa mereka di ruang kerjanya. Dengan begitu Windi bisa merasakan langsung bagaimana suasana kerja di perusahaan yang akan ia pimpin.Tepat pukul enam sore Windi berhasil menuntaskan agenda pertamanya. Setelah memastikan semua dokumen penting selesai ia tanda tangani, bersama Sekretaris Kim, Windi pun meninggalkan ruangannya untuk pulang.Saat jam istirahat tadi, Windi menyempatkan diri menghubungi Ny. Ko menanyakan perihal perawat pribadi Yoo-ill.Ny. Ko bilang, perawat itu bernama Kim So-hee, yang berkerja melalui jasa penyalur pengasuh dan baby sitter. Dia merupakan profesional yang sudah terlatih merawat pasien sakit.Namun, hati kecil Windi

    Last Updated : 2021-08-21

Latest chapter

  • You're My Destiny   Bab 93, Takdir yang Menyatukan Mereka (TAMAT)

    Windi terpaku di tempatnya berdiri, sementara matanya tak berkedip menatap Yoo-ill. Untuk beberapa saat ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi bingung, terlebih saat melihat tangan Yoo-ill yang terulur padanya. Ia pun tersadar tak lama kemudian. Dengan raut wajah gelisah dan bingung, Windi mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia baru sadar kalau kursi-kursi di gereja itu telah banyak yang ditinggalkan penghuninya. Hampir separuh dari tamu undangan itu pergi setelah mengetahui pengantin prianya sosok yang berbeda.Di barisan paling depan Windi berharap menemukan keluarga Pandu, tetapi barisan itu pun terlihat lengang. Hanya rekan kerjanya yang setia menyaksikan acara pemberkatan itu sampai selesai."Ha-ni-yah. Apa yang terjadi. Mana Kak Pandu dan keluarganya?" tanya Windi dengan mata berkaca-kaca.Ha-ni yang bertugas sebagai bridesmaids tak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya kepada Windi. Ia menghampiri Windi lalu memeluknya dengan erat. "Maafkan aku, Win. Aku tidak bisa m

  • You're My Destiny   Bab 92, Hadiah untuk Pandu

    Satu jam sebelumnya. Di ruang tunggu pengantin pria, Pandu bercengkrama dengan sejumlah tamu yang merupakan teman kuliahnya dulu. Ternyata perihal pertunanganan Yoo-ill yang batal telah menyebar luas di kalangan mereka."Aku tidak mengerti dengan cara pikir si Yoo-ill itu. Padahal kalau aku tidak salah dengar, ini pertunangannya yang kedua kali. Yang pertama dulu, belum sempat dikenalin ke publik, masih di kalangan internal perusahaan aja. Tapi, hanya beberapa bulan, Yoo-ill memutuskan wanita itu secara sepihak," kata salah satu di antaranya."Tapi aku dengar wanita itu ada skandal dengan salah satu pamannya," kata yang lain pula.Namun, pria yang lain membantah dengan gerakan tangannya. "Itu tidak benar. Kamu lupa kalau aku juga bekerja di Han Enterprise? Skandal itu adalah hoaks yang diciptakan oleh Han Tae Soo, paman Yoo-ill yang lain, karena ingin menurunkan tunangan Yoo-ill dari kursi direktur.""Gila. Parah juga persaingan di perusahaan itu.""Paman Yoo-ill yang satu itu memang

  • You're My Destiny   Bab 91, At The Wedding Day

    Untuk beberapa saat Windi terpaku di tempatnya berdiri karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Windi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Yoo-ill sedang bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang sibuk memainkan ponsel. Windi juga heran bagaimana Yoo-ill bisa tahu tempat kerjanya."Yoo-ill? Kamu kenapa bisa ada di sini? Kamu tahu dari mana aku kerja di sini?" Windi mencecar Yoo-ill tanpa jeda.Yoo-ill mendekat tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Windi, wajah wanita yang selama beberapa tahun terakhir ini terus mengusik hati dan pikirannya bahkan di saat tidur."Aku sudah menerima undangan pernikahanmu. Jujur ... aku kaget sekali karena tidak menyangka kalian akan menikah secepat itu," ujar Yoo-ill mengabaikan pertanyaan Windi."Apanya yang aneh? Kami memang sudah merencanakan sejak lama, hanya sedikit dipercepat saja karena keluarga Pandu inginnya begitu," jawab Windi beralasan. Padahal ia sendiri yang meminta hal itu pada Pandu, karena tidak i

  • You're My Destiny   Bab 90, H-3

    Dua hari berlalu. Di kediaman keluarga Han sedang terjadi ketegangan. Pasalnya adalah kepulangan Yoo-ill setelah tiga hari menghilang pasca membatalkan pertunangannya dengan Ji-hyun.PLAK! PLAK!Tamparan keras dari tangan Tn. Han mendarat di wajah Yoo-ill. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Masih tak puas juga, tetua keluarga Han itu juga menendang Yoo-ill dengan kakinya yang memakai sepatu pantofel. Sakit? Jangan ditanya. Ringis kesakitan dari Yoo-ill sudah menjawab semua itu, betapa sakit tubuhnya yang didera pukulan bertubi-tubi dari sang ayah.Sementara Ny. Ko hanya bisa menangis tersedu sambil menahan kaki sang suami agar berhenti memukuli buah hatinya."Cukup, Yeobo. Jangan pukuli Yoo-ill lagi. Berhenti memukuli kepalanya, matanya masih sangat rentan dengan guncangan. Tolong berhentilah!" pinta Ny. Ko yang kalut melihat luka di kening Yoo-ill. Ia takut sekali penglihatan Yoo-ill kembali bermasalah akibat pukulan itu.Namun, Tn. Han mengabaikan rengekan istrinya. Matanya y

  • You're My Destiny   Bab 89, H-5

    Dengan penuh tanda tanya Windi menyeret langkah menuju pintu, lalu mengintip lewat peephole yang ada di sana. Windi mengernyit heran saat melihat wajah Ji-Hyun di sana. Tak ingin memendam rasa penasarannya lebih lama, ia pun membuka pintu itu."Ji-Hyun?! Ada keperluan apa kamu di sini?" "Aku mau bicara." Dengan lancangnya, Ji-Hyun menerobos masuk lalu berkeliling kamar, masuk ke kamar mandi, membuka pintu lemari seolah sedang mencari sesuatu. Setelah gagal menemukan apa yang dicari, dia pun duduk di sofa yang tersedia di sudut kamar."Kamu sendiri?" tanyanya dengan tatapan menyelidik."Bersama Pandu. Dia sedang membeli makanan ke luar."Ji-hyun tak percaya. "Kenapa tidak pesan di restoran hotel saja?""Dia lagi pengen makan masakan Indonesia. Di restoran hotel ini tidak ada," jawab Windi asal. Padahal ia tidak tahu pasti Pandu ke mana, karena lelaki itu pergi saat dirinya sedang mandi.Windi menghela napas panjang, menutup pintu, lalu duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Ji-hy

  • You're My Destiny   Bab 88, Tamu Tak Diundang

    "Aku senang sekali, Win. Memang itu yang aku mau. Tetapi, kalau aku boleh tau, apa alasan kamu tiba-tiba ingin mempercepat pernikahan kita?" Pandu bertanya tak sabar setelah mereka berada di hotel. Tadi ia terpaksa beralasan ada pekerjaan mendadak sehingga bisa pamit lebih awal dari pesta pertunangan Yoo-ill dan Ji-hyun. Meskipun ia sendiri heran dengan sikap Windi yang bersikeras untuk pulang, tetapi demi kenyamanan sang kekasih hati ia pun menuruti permintaan Windi."Tidak ada alasan khusus. Melihat Kak Pandu dikelilingi wanita-wanita cantik saat di pesta tadi membuatku berpikir sepertinya aku harus segera mengikatmu dengan cincin pernikahan," jawab Windi beralasan. Padahal ia melakukan itu karena takut hatinya kembali goyah oleh Yoo-ill. Windi takut, nama Yoo-ill yang telah terkubur di hatinya hidup kembali karena terbayang tatapan laki-laki itu yang dipenuhi rasa bersalah saat menatapnya tadi. Sementara ia sudah berkomitmen dengan Pandu. Pandu dan keluarganya adalah orang-orang

  • You're My Destiny   Bab 87, Aku Tidak Mau Menunda Lagi

    Pandu heran melihat Yoo-ill dan Windi terdiam dengan tatapan saling bertaut, sementara wajah mereka menggambarkan ekspresi yang sulit untuk digambarkan. Terkejut, kecewa, luka, dan juga rindu yang tersirat dalam. Berada di antara mereka membuat Pandu mendadak merasa berada di dunia yang berbeda. Keadaan itu berlangsung cukup lama sampai suara tunangan Yoo-ill membuyarkannya. "Wah, dunia ini sempit sekali, ya. Ternyata wanita yang ingin kamu kenalkan itu Windi, Pan?" tanya Ji-hyun pada Pandu. Pandu dan Ji-hyun merupakan teman saat duduk di bangku SMA dulu, sementara Yoo-ill adalah temannya di saat kuliah. Itu sebabnya Pandu sangat antusias menghadiri pesta pertunangan ini karena kedua calon pengantin adalah temannya. "Kamu kenal Windi?" Pandu balik bertanya dengan heran. Ji-hyun melirik Yoo-ill yang masih menatap Windi tanpa jeda, lalu bergelayut manja di lengan lelaki itu. Lewat sikapnya itu ia ingin memberi tahu Windi bahwa Yoo-ill adalah miliknya. "Bukan aku yang kenal Windi sec

  • You're My Destiny   Bab 86, Pertemuan Tak Terduga

    Windi mematut pantulan dirinya yang ada di cermin. Sungguh ia merasa takjub sendiri melihat penampilannya dalam balutan gaun malam berwarna maroon itu. Gaun pesta ala mermaid membungkus tubuh Windi yang sintal dengan indah, menonjolkan bagian-bagian tertentu dalam porsinya yang pas. Setelah merasa cukup puas dengan gaun pilihannya, Windi pun keluar dari kamar ganti itu.Pandu yang menunggu di luar kamar ganti spontan berdiri dengan bola mata membesar saat melihat Windi keluar. Mulutnya ternganga, terpesona akan kecantikan Windi yang tak biasa."Bagaimana, Kak? Cocok, tidak?" tanya Windi malu-malu. Pandu tidak menjawab, hanya tepuk tangannya yang menggema ke seantero toko. "Kamu cantik sekali, Win. Super-duper-cantik!" puji Pandu sambil berdecak panjang."Kak Pandu ini bisa saja. Jangan berlebihan, Kak. Jangan buat aku malu," ucap Windi dengan bibir mengerucut, sedikit protes, tetapi tetap saja pipinya merona."Aku tidak berlebihan. Coba saja tanya pada pramuniaga itu," sahut Pandu. "

  • You're My Destiny   Bab 85. Ramyeon Mokgo Gallae?

    Windi terkesiap, ia terduduk, spontan menjauh dari Pandu. Napasnya masih tersengal dan wajahnya masih memerah karena lonjakan libido. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku kalau mengecewakanmu," ujar Windi sambil menenangkan debaran jantungnya."It's okay, Win. Aku juga minta maaf karena telah lepas kendali tadi," ujar Pandu dengan kepala menunduk."Tidak apa, Kak. Ini salah kita berdua, jadi mari jadikan pelajaran saja," kata Windi berusaha untuk bijak.Pandu mengangguk."Silakan mandi dan ganti pakaianmu, aku akan menunggu di luar," kata Pandu.Ia keluar dari kamar, lanjut menuju dapur lalu meminum segelas air dingin. Ia butuh meredakan gelora hasratnya yang masih membara.Sementara itu, di Seoul. Sebuah acara yang mempertemukan dua keluarga baru saja berakhir. Tn. Han tampak antusias melepas kepergian tamu mereka. Tangannya tak henti melambai, dan senyumnya juga tak henti mengembang. Di sampingnya Yoo-ill berdiri dengan ekspresi datar.Mereka yang baru saja pergi ada

DMCA.com Protection Status