Lucas sedang terduduk di ruang kerjanya ketika handphonenya berdering. Nomor rumah sakit menghubunginya. Entah mengapa jantung Lucas berdetak sangat kencang, dia takut hal buruk akan terjadi pada Sera.
"Halo tuan Lucas," suara seseorang langsung terdengar begitu Lucas mengangkat panggilan tersebut.
"Ya, ada apa? Bagaimana keadaan Sera?" tanya Lucas beruntun.
"Kabar baik tuan, nona Sera sudah siuman. Anda bisa menjenguknya hari ini." jawab dari seberang.
Lucas bernafas lega, dia tersenyum dan segera mematikan telfon tersebut. Dia merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya sebelum beranjak pergi dari sana.
Mobilnya melaju sangat cepat ke arah rumah sakit. Dia tidak sabar bertemu dengan Sera. Dia ingin meminta maaf dan mengutarakan apa yang selama ini ada di hatinya. Mungkin dia sedikit egois pada Sera, tapi itu dulu sebelum dia sadar jika dia mencintai Sera.
Begitu sampai, Lucas dengan segera masuk ke ruangan Sera. Ketika Lucas datang, wanita
"Kenapa harus ada pesta, sudah aku bilang jika aku tak suka pesta," ucap Maria bersungut kesal, dia sedang duduk di meja rias dengan Rose menata rambutnya. Sedangkan Jake duduk di ranjang menatap Maria."Kau ini, wanita seharusnya suka dengan pesta," ucap Jake sambil memasang jam di tangannya."Kau menyamakanku dengan wanita lain?" Maria langsung menatap tak suka pada Jake.Jake menghela nafas pelan, terkadang sikap Maria memang tak bisa ditebak. "Bukan begitu sayang, aku tidak pernah menyamakanmu dengan wanita mana pun. Aku hanya ingin membuatkan pesta untukmu, agar orang-orang di luar sana bisa mengenalmu sebagai wanitaku." Jake menjelaskan sambil mendekati Maria, dia melirik Rose yang telah selesai merapikan rambut Maria. Mengerti dengan tatapan tuannya, akhirnya Rose segera mengundurkan diri.Jake berjongkok di depan Maria, dia mengeluarkan sesuatu di saku jas-nya. Benda persegi berbentuk panjang itu dibuka di hadapan Maria. Menampakkan sebuah kalung
"Jake tolong," teriak Maria, tubuhnya bergelantung di pagar balkon lantai 5 aula perusahaan ini. Tangannya menggenggam erat besi di sana, tubuhnya bergetar hebat ketika tak sengaja matanya melongok ke bawah. Ini benar-benar sangat tinggi.Tubuh Jake tersentak ketika dipukul oleh Sean, tangan Sean menunjuk Maria yang belum terjatuh itu. Jake yang melihat langsung berlari diikuti oleh Sean dan Aciel.Serren panik karena aksinya kali ini gagal, apalagi Jake mengetahui hal ini. Dia berusaha menyelinap di banyaknya kerumunan yang penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi sayang, belum sempat dia keluar, tangannya dicekal oleh Kenzo. Lelaki itu menatapnya sangat tajam, meremat kuat tangan Serren seperti memplintirnya.Para wartawan yang diundang untuk mengabadikan moment lamaran Jake sekarang beralih mengabadikan moment di mana Maria hampir terjatuh. Mereka sibuk memotret apa yang terjadi di sekitarnya. Seolah dengan begini mereka akan mendapatkan uang bonusan.
Jaccob melepaskan pelukannya pada Maria, dia menatap wajah Maria sekilas sebelum beranjak dari ranjangnya untuk ke kamar mandi.Hari ini dia terlambat bangun, dia tidak sempat berolah-raga. Dia hanya mandi dan langsung pergi ke kantor. Sebelum itu, dia menitipkan Maria pada ibunya agar tak membangunkan Maria, dan membiarkannya beristirahat."Mr. Joe ingin mengajukan pertemuan di luar Jake, dia membatalkan pertemuan kita di kantornya." Kenzo memberitahu jadwal Jake hari ini, dia berdiri sambil mengotak-atik tabletnya."Hemm." Jaccob hanya membalas dengan anggukan. Dia sedikit tertarik pada laporan dari bawahannya saat ini."Nanti setelah istirahat siang juga ada meeting dengan para dewan direksi. Pembahasan tentang proyek baru di kota sebelah." ucap Kenzo."Urus semuanya dengan detail, aku ingin semua rapat dan pertemuan diajukan minggu ini. Kau tahu kan jika 2 minggu lagi akan ada pesta pernikahan. Jadi aku tidak mau semua pekerjaan mengangguku saa
"Hamil?" beo Maria dengan mulut terbuka lebar."Ya, kapan terkahir kali kau menstruasi?" tanya Illene yang sekarang sudah ada di depan Maria."Emm, aku tidak tahu Ibu," ucap Maria tampak mengingat-ingat, tapi dia benar-benar lupa."Baiklah, tak masalah. Kita akan pergi ke dokter untuk memeriksanya," ucap Illene senang. Pikirannya menduga-duga kalau Maria sedang hamil."Baiklah," ucap Maria. Meskipun dia juga senang jika seandainya dia hamil lagi, tapi hatinya juga sedih mengingat dia yang pernah keguguran. Tapi sebisa mungkin Maria tak ingin mengungkit hal itu lagi.Akhirnya setelah selesai dari salon, Illene mengajak Maria langsung ke rumah sakit. Dia langsung membawa Maria ke dokter obgyn, sesampainya di sana Maria langsung diperiksa oleh dokter wanita bernama Calista."Bagaimana dok?" tanya Maria was-was saat perutnya sedang di USG.Dokter Calista tersenyum, tangannya tak berhenti berputar-putar di atas perut Maria. "Sepertin
"Bagaimana kabar Ayah hari ini?" tanya Maria begitu dia masuk ke dalam kamar rawat ayahnya. Di tangannya terdapat sebuah parcel buah, dia meletakkannya di meja dan duduk di dekat ayahnya.Petra tersenyum, dan menatap Maria. "Ayah lebih sehat dari kemarin, trimakasih Maria." ucapnya."Tak ada trimakasih di antara kita Ayah. Kita memang harus saling membantu," ucap Maria diselingi dengan tawa. "Ayah mau jeruk? Akan aku kupas untuk Ayah."Petra hanya mengangguk, dia mengamati anak tirinya itu yang mengupas kulit jeruk. Maria sangat telaten, dia bahkan mencucinya terlebih dulu sebelum diserahkan pada ayahnya."Bantu aku duduk Maria," pinta Petra.Maria dengan segera menaikan sisi ranjang rumah sakit ini. Dia membantu ayahnya untuk duduk bersender di sana.Maria menyuapi satu-persatu jeruk itu ke mulut ayahnya. Mereka saling bercanda sampai Jake masuk ke dalam ruangan itu. Sikap Petra langsung sedikit diam, dia masih takut dengan perlakuan
Saat sampai di tempat, Maria segera masuk ke dalam. Di sana terlihat sepi, hanya ada para pelayan toko yang berlalu lalang. Aciel menyuruh Maria untuk berjalan duluan, dia mengikutinya dari belakang.Senyum Maria merekah ketika melihat Jake berdiri di depan sana bersama seorang lelaki yang tak dikenalnya."Jake," panggil Maria sambil melambaikan tangannya.Jake tersenyum, dia menyuruh Maria untuk mendekat. Saat Maria ada di sampingnya, dia langsung memeluk pinggul Maria."Ricky, perkenalkan calon istriku, Maria," ucap Jaccob tersenyum bangga.Ricky tersenyum, dia menjabat tangan Maria yang dibalas oleh Maria."Baiklah, akan aku tunjukan koleksi berlianku," ajak Ricky setelah perkenalan singkat itu. Dia berjalan ke tempat lebih dalam dari tokonya ini, sesampainya di sana, ada anak buahnya yang menunggunya dengan 3 buah kotak berisikan berlian berwarna-warni."Ini koleksi terbaruku, yang ini salah satu paling sulit ditemukan. Hanya ada
*HARAP BIJAK MEMILAH BACAAN!*Malam semakin larut, tapi kebahagian orang-orang yang ada di sana masih terpancar dengan jelas. Beberapa orang ada yang sudah berpamitan untuk pulang, sebagian lagi masih ada di sana.Jake menyuapi Maria makanan kecil, dari tadi dia tak beranjak meninggalkan Maria sedikitpun. Membuat teman-teman wanita Maria di agency menjadi iri melihatnya."Kau lelah?" tanya Jake."Tidak, aku hanya ingin ganti baju. Gaun ini membuatku kedinginan," ucap Maria menatap memelas pada Jake.Jake membuka jasnya dan menyampirkan di pundak Maria. "Kalau begitu kau harus segera ganti baju." ucap Jake.Maria mengangguk, dia berpamitan pada Illene, Rikard dan yang lainnya. Tapi bukannya membawa Maria masuk ke dalam Mansion, Jake malah menuntun Maria masuk ke dalam mobil."Kita akan ke mana Jake?" tanya Maria heran."Pergi ke suatu tempat," balas Jake dengan tersenyum.Maria tak bertanya lagi, dia yang le
Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.