Di dalam mobil Lana terus saja melihati bunga yang diberikan oleh Noah. Mamanya yang duduk di sebelahnya tampak sangat kesal.
"Kenapa kamu melihati bunga tidak berguna itu? Pria berandalan itu hanya bisa memberikan kamu bunga seperti itu. Apa yang kamu harapkan dari dia?"
Lana melihat ke arah mamanya. "Bunga ini mungkin bagi mama tidak berharga, tapi bagiku ini sangat berharga. Ini pemberian yang tulus dari kakaknya Noah, Ma."
"Kakaknya Noah? Jadi pria berandalan itu punya kakak? Apa dia juga seorang berandalan?"
"Kak Nathali bukan berandalan, dia wanita yang sangat baik, hanya saja hidupnya tidak baik."
"Tidak baik? Apa maksud kamu?"
"Noah selama ini mengikuti balapan motor karena dia ingin mengobati kakaknya yang sedang di rawat di rumah sakit jiwa akibat mentalnya yang terganggu."
"Apa? Jadi berandalan itu memiliki kakak yang di rawat di rumah sakit jiwa? Ya Tuhan! Lalu apa yang kamu lihat dari pria berandalan itu?
Dengan ce
Daniel tidak dapat memaksa Noah untuk meminta tolong pada mamanya karena hal itu tidak akan pernah Noah lakukan."Ya sudah, kamu berusaha sendiri saja dengan lebih giat, tapi entah kenapa hal itu pasti akan sangat sulit, Noah." Daniel menepuk pundak Noah dan pergi dari sana.Hari-hari dilalui Noah dan Lana penuh dengan rasa rindu yang mendalam. Lana selalu diawasi oleh mamanya dan Lana tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Noah pun hanya bisa melihat Lana dari kejauhan tanpa bisa mendekat pada gadis yang dicintainya itu."Lana, nanti malam kita akan ada pertemuan dengan teman mama, mama harap kamu bisa ikut makan malam dengan kita dan tolong raut wajah kamu jangan seperti itu. Mama tidak suka jika setiap hari melihat wajah kamu seperti itu.""Ma, mana ponselku. Apa mama selain menjauhkan aku dari Noah, Mama juga mau membuat hidupku seperti di kurung tidak boleh berkomunikasi dengan orang lain, hanya boleh dengan kalian saja yang bahkan tidak pernah mengajakku
Malam itu tepat jam tujuh, mama dan papi Lana serta Leon sudah siap untuk berangkat ke pesta yang di adakan oleh teman mamanya Lana."Leon, apa tadi kamu tidak melihat Nala di kamarnya? Kenapa dia lama sekali?""Aku tidak melihatnya, Ma. Mungkin dia masih bersiap-siap. Kalian para wanita kan memang lama kalau di suruh dandan," celetuk Leon."Mama akan lihat Nala di atas, siapa tau anak itu belum bersiap-siap karena tidak mau ikut dalam acara pesta ini." Wanita dengan tinggi semampai itu menjinjing dress panjangnya menaiki anak tanggan untuk melihat Lana."Aku tidak mau datang ke pesta itu. Aku benar-benar malas ikut ke sana," Lana sedang berdialog di depan cermin di meja riasnya."Lana! Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa kamu lama sekali di kamar kamu? Mama dan papi dari tadi menunggu kamu!" Wanita itu masuk dan mendekat ke arah putrinya yang sudah menggunakan gaunnya, tapi belum memakai make up sama sekali dan hanya membiarkan rambu
Lana berjalan dengan Jason mencari minuman dingin. Jason tampak senang dengan Lana, dia dari tadi tidak hentinya memandang Lana. Lana yang dipandang seperti itu tampak sangat tidak nyaman."Lana, setelah lulus sekolah kamu ingin melanjutkan kuliah di mana?""Aku masih belum tau, Jason." Lana tampak enggan melihat ke arah Jason."Bagaimana jika kamu kuliah denganku? Kita bisa tinggal bersama di apartemen milikku yang ada di sana?""Tinggal bersama? Aku tidak mau, apalagi kita tidak ada hubungan apa-apa. Lagian aku tidak tertarik kuliah di tempat kamu.""Memangnya kamu tidak pernah berdua dengan seorang pria?""Aku memiliki kekasih, tapi aku tidak tinggal bersamanya."Jason seketika memegang tangan Lana. Lana sontak saja terkejut. "Lana, aku di beritahu oleh mamaku jika kamu dan aku akan di jodohkan. Jujur saja saat melihat kamu aku tertarik dengan kamu. Apa kamu juga suka denganku?"Seketika kedua bola mata Lana mendelik. "Apa?
Pagi itu di rumah Lana,mereka berempat sedang makan pagi, Lana makan dengan sedikit malas karena harus mendengar pembicaraan mamanya dengan papinya tentang Jason, seolah pria itu tidak ada cela di mata mamanya."Kita berangkat sekarang ya Leon? Aku sudah selesai makan paginya." Lana beranjak dari tempat duduknya. Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk dari depan. Seorang maid membuka pintunya dan ternyata yang datang adalah Jason."Pagi semua," sapanya ramah."Jason, kamu kenapa baru datang? Tante sudah mengundang kamu untuk makan pagi bersama dengan kami.""Maaf, aku tadi ada urusan sebentar jadi ke sininya baru bisa sekarang. Lana, kamu mau berangkat sekarang? Kalau mau aku akan antarkan kamu ke sekolah?"Lana hanya melihat ke arah Jason tanpa berkata. Laura berdiri dari tempatnya dan memeluk pundak Lana. "Tentu saja Lana mau, Jason. Dia akan sangat senang sekali kamu bisa mengantarkan dia ke sekolah, nanti biar Leon be
Miss Emma berjalan masuk ke dalam ruangannya dan Lana mengikutinya dari belakang dengan berlari kecil. Noah dan Jason masih saling menatap sengit di tempatanya."Miss Emma, apa aku bisa bicara sebentar?" Lana mencoba menghentikan langkah gurunya itu.Miss Emma berhenti dan melihat Lana dengan napas panjangnya. "Ada apa? Kita akan bicarakan hal ini di dalam ruang guru dengan kedua orang tua kamu.""Miss, aku mohon jangan memanggil kedua orang tuaku, aku akan menyelesaikan semua ini secara baik-baik dengan Noah dan Jason. Mereka hanya salah paham saja. Miss, aku mohon jangan membuat Noah dalam masalah lagi, dia sudah banyak mendapatkan masalah dalam hidupnya," mohon Lana.Miss Emma lagi-lagi melihat Lana dengan membetulkan kacamatanya. "Kamu gadis yang baik Lana, kenapa kamu bisa berkenalan bahkan menjalin hubungan dengan Noah? Apa kamu tidak tau dia pemuda yang seperti apa?""Aku tau semua tentang Noah, dan mungkin Miss Emma mengangga Noah seb
Jason mulai meraba bagian tubuh Lana perlahan, Lana tampak sangat ketakutan dan mencoba menangis tangan perlahan. Namun, lagi-lagi Jason mengingatkan lagi tentang masalah Noah di sekolah tadi. Lana mencoba memejamkan kedua matanya, dan tiba-tiba Lana tidak lagi merasakan ada tangan yang menyentuhnya lagi malahan Lana mendengar suara orang merintih kesakitan. Saat Lana membuka kedua matanya di melihat di kap mobil Jason dia tersungkur dengan darah di wajahnya dan ada Noah yang sedang mencengkeram leher Jason."Noah!" Lana segera keluar dan mencoba melerai mereka berdua. "Noah, sudah! Jangan membuat kamu dalam masalah yang lebih besar." Lana memeluk kekasihnya itu."Berengsek! Bisa-bisanya kamu mau berbuat buruk terhadap kekasihku. Dasar kamu bajingan!" teriak Noah marah."Asal kamu tau jika Lana sendiri yang mau melakukan hal itu, aku tidak memaksa Lana." Jason mencoba membersihkan darah yang keluar pada sudut bibrinya."Apa?" Noah seolah tidak percaya dan
Mereka semua berkumpul di meja makan di mana papi Lana akan membicarakan hal penting tentang kejadian tadi siang. Raut wajah mama Lana sudah terlihat sangat tidak bersahabat.“Lana, Apa kamu benar sangat mencintai Noah?”“Tentu saja, Pi, aku sangat mencintai Noah, dia pria yang sangat baik terlepas dari masa lalunya yang dulu. Aku tau semua kisah hidupnya dan kenapa dia berubah menjadi seperti itu.”“Tetap saja dia pemuda berandalan yang tidak jelas masa depannya, Lana!” bentak Mamanya kasar.“Ma, Noah berjanji akan berubah menjadi lebih baik, dia mau meninggalkan kehidupannya yang bebas dan tidak beraturan, dia akan berhenti untuk ikut balap motor.”“Lalu? Dia akan menjadi apa? Seorang gelandangan atau orang yang tidak berguna?”“Ma, aku yakin Noah akan bisa menjadi orang yang lebih baik, dia bisa bekerja lainnya tanpa harus mengikuti balap motor itu. Tolong berilah dia kesem
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or